Childfree Pilihan Pernikahan? Kesehatan Mental Salah Satu Alasan


Beberapa waktu lalu isu childfree sempat menjadi obrolan yang menghebohkan dunia maya di berbagai platform media sosial. Pro dan kontra saling berargumentasi.

Gegara beberapa influencer mengungkapkan dengan bersuara tentang keberpihakan mereka pada konsep tersebut dalam pernikahan yang baru dijalani atau dalam pernikahan nantinya yang masih direncanakan (baru ancang-ancang berencana mau menikah).

Childfree pilihan penderita kesehatan mental

Salah satu alasan memilih childfree karena kesehatan mental. Alasan lainnya adalah karena pernah mengalami luka pengasuhan (inner child yang terluka) dan belum sembuh. Atau alasan tidak ingin fokus membangun karir jadi terbagi, atau alasan karena melihat bumi yang semakin sesak dan tidak ingin menambahnya.

Pembahasan childfree menjadi perbincangan hangat, karena sebuah pilihan dalam pernikahan atau pendapat personal dibawa ke ranah publik dengan nada agak sedikit gimana, ‘ini pilihan paling benar’ dan agak men-jugde plihan berbeda, hanya karena mereka yang memilihnya nampak terseok menjalaninya.

Dan semakin membuat heboh bahasan childfree saat ini karena medsos sudah dalam genggaman setiap orang.

Benarkah Childfree Merupakan Pilihan Demi Kesehatan Mental?

Kalau jaman saya remaja dulu, aktris hollywood Cameron Diaz paling vokal menyuarakan childfree sebagai salah satu pilihan dalam hidupnya.

Saat itu, dunia merespon hanya dengan pikiran masing-masing, “O, pilihannya seperti itu. Itu hidup dia, biarin aja. Kita hanya nonton aktingnya di film kok”.

Sekarang, dunia dapat mengetahui bahwa Cameron Diaz akhirnya memutuskan memiliki anak pertamanya pada usia 47 tahun.

Lha, kalau kita fanatik buta pada idola dengan mencontoh semua pilihan yang dianggap keren, kita yang jalan kaki aja malas, kalau baru kepikiran juga ingin punya anak di usia kelewat matang begitu, walau penampakan fisik masih bisa ngaku usia 30 tahunan, tapi dengkul pastinya gak bisa bohong banyak, yaa kan. *Kudu cerdas memilah*.

Saat ini yang melontarkan isu childfree kemudian menjadi perbincangan, usia pernikahan dan usianya masih muda. Perjalanan hati dan pikirannya masih panjang. Masa ini menjadi pilihannya, mungkin nanti beda lagi.

Untuk follower sang influencer tetap bijak, pilihan hidupmu harus menjadi keputusanmu sendiri, bukan karena ikut-ikutan idolamu, karena hidupmu kamu yang akan menjalaninya.

Apa Itu Childfree?

Childfree adalah keputusan bersama dalam pernikahan antara suami dan istri memilih untuk tidak memiliki anak atau keturunan, baik biologis, adopsi, atau lainnya.

Alasan Memutuskan Childfree

Banyak alasan yang menjadi pemicunya. Bagi yang mengalami trauma masa kecil dan belum selesai dengan dirinya sendiri, ataupun yang mengalami kesehatan mental dan kurang memiliki suport sistem dari keluarga besar, mungkin childfree sebagai pilihan dalam pernikahan yang dijalani.

Kita yang jadi penonton tidak perlu berteriak-teriak menyalahkan. Pilihan yang dibuat orang dewasa pastinya sudah pada memahami konsekuensinya.

Pernahkah Temans di dunia nyata, di lingkungan tempat tinggal, ikut meneteskan air mata miris karena melihat anak-anak yang diperlakukan secara tidak manusiawi dan sepantasnya perlakuan yang harus didapat seusia mereka, yang dilakukan oleh orangtua yang belum selesai dengan dirinya sendiri?

Sementara kita yang melihat, tidak bisa berbuat banyak, hanya bisa mengajak anak-anak tersebut bermain jika diijinkan keluar rumah. Lebih seringnya hanya bisa membantu melalui do’a agar anak-anak tersebut kuat dan nantinya tidak mengalami trauma masa lalu.

Bagi yang pilihannya childfree, apapun alasan yang menjadi penyebabnya, juga tidak perlu mengajak-ajak yang lain. Itu pilihan hidup masing-masing. Jika sakit yang menjadi alasannya, alangkah eloknya fokus dalam ikhtiar mengusahakan kesembuhan.

Lingkungan akan maklum bahwa kehadiran seorang anak dalam pernikahan tidak hanya perlu sandang, pangan dan papan, tetapi juga perlu terpenuhi kebutuhan kedekatan emosional berupa kasih sayang dan rasa aman dari orangtua.

Pernahkah di circle perbestianmu Temans, kamu ikutan terharu dengan usaha pasangan yang belum mendapat keturunan. Ikut merasakan capeknya yang mereka lalui.

Mereka melakukan berbagai ikhtiar dalam rentang waktu yang lama. Usaha tersebut ada yang berhasil dan banyak juga yang tidak. Tapi mereka tidak kecewa dengan semua pengorbanan dalam ikhtiar mendapatkan keturunan dalam pernikahan tersebut.

Bagaimana Childfree dalam Islam?

Apakah dibolehkan? Sudah pasti pilihan tersebut bertentangan dengan fitrah manusia.

Dalam keyakinan sebagai muslim, ada beberapa poin yang harus selalu diingat, diantaranya:

  • Berketurunan, identitas manusia dalam Al-Qur’an

Berdasarkan penjelasan QS.Ar-Rum ayat 20, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak”.

  • Anak Termasuk Anugerah dan Rezeki

Allah sudah menjamin rezeki seorang anak yang tentu saja didahului oleh ikhtiar untuk menjemputnya. Mengacu pada QS. Al-Isra ayat 31, “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami-lah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu”.

  • Anak Keturanan adalah Amal Jariyah

Amal jariyah merupakan amal yang pahalanya terus mengalir meskipun telah meninggal dunia. Menurut HR. Muslim, “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang sholeh”.

Jika hanya menunda kehamilan, menurut ulama hukumnya makruh. Sedangkan jika menghilangkan fungsi reproduksi tanpa alasan kuat yang menyertainya maka hukumnya haram.

Waktu Mengubah Hati, Komitmen dan Pilihan Childfree

Saya termasuk hamba Allah yang sempat lupa bahwa jodoh termasuk takdir dan anak adalah anugerah Allah.

Saya sempat takut dengan komitmen pernikahan, karena sadar diri bahwa saya termasuk pribadi yang susah membuka hatinya untuk menerima orang lain.

Saya takut kecewa, takut bakal gak bisa bangkit lagi kalau ditinggalkan orang yang sudah dititipkan separuh jiwa.

Di lingkup pergaulan saya tetap berteman baik dengan berbagai kepribadian, tapi gak berbagi hati. Sering jadi tempat curhat, tapi gak tau mau curhat ke siapa. Sering jadi mak comblang, giliran dijadikan objek comblang malah keder *kasian 😛 .

Semua ketakutan tersebut hanya disimpan sendiri, gak dikabarkan pada dunia. Baru sekarang dituliskan sebagai bagian dari catatan kehidupan yang sudah dilalui.

Tapi dalam ketakutan tersebut saya sempat membathin, jika diri berani menikah, hati mengatakan bahwa mungkin ini orangnya, mudahan saya dipertemukan sebelum usia 29 tahun dan bisa memiliki anak sebelum usia 30 tahun. *Takut tapi tetap banyak kandak alias banyak maunya.

Setelah menikah dan sempat shok dengan realita yang dihadapi, saya jadi takut mempunyai anak. Takut tidak mampu memberikan yang terbaik pada amanah yang sudah dititipkan Allah.

Teman hidup berhasil meyakinkan dengan mengingatkan poin bahwa memiliki anak itu gak sepenuhnya suka-suka kita.

Walau sudah diusahakan membuatnya sesering mungkin, tapi jika belum rezeki maka tidak hadir. Sebaliknya, sekeras apapun kita mencegah kehadirannya, tapi jika memang diijinkan, maka dianugerahi keturunan.

Alhamdulillah, apa yang saya batinkan dihijabah oleh Allah. Setelah melahirkan anak pertama melalui proses panjang dan berujung di ruang operasi, saya menunda anak berikutnya. Hamilnya sih baik-baik aja, tanpa rewel, tapi keder dengan proses melahirkan. Karena sebelumnya saya juga menjalani operasi yang lumayan membuat ngilu.

Ketika saya berniat menambah momongan, riwayat kesehatan sudah tidak memungkinkan lagi. Sebab harus dibantu dengan didahului dengan suntik hormon dan kawan-kawannya, proses yang justru bisa menjadi pemicu penyakit bagi tubuh saya, hiks.

Pesan moralnya, mempunyai anak dalam pernikahan merupakan rezeki yang tidak semua orang dapat memilikinya dengan mudah.

Oiya, tentunya apa yang saya alami tidak luput dari pertanyaan orang-orang di seputar, kapan menikah, kapan punya anak, kapan nambah anak.

Semua dijawab dengan senyuman manis, gak pernah dijelaskan alasannya. Karena mereka juga tidak butuh penjelasan, hanya melontarkan pertanyaan umum. Jadi gak perlu dibawa ke hati.

Nah, begitu juga pendapat saya dengan pilihan Temans yang memutuskan childfree, jadikan itu keputusan bersama pasangan dan kalau memang perlu memberikan informasi pada keluarga kedua belah pihak, yo silahkan.

Gak usah ngajak-ngajak yang lain untuk mengikuti pilihan tersebut, atau mengajak membenarkan pilihan tersebut.

Sebab kita tidak pernah mengetahui kapan hati dan pikiran akan berpindah pada pilihan lain dalam perjalanan hidup ke depannya.

Setidaknya untuk meminimalkan rasa resah nurani jika ada yang mengikuti jejak pilihan kita, tetapi waktu membuat kita mengubahnya pada pilihan lain.

“Ah, itu kan salah dia yang latah ikut-ikutan. Gak punya pendirian”.

Iya sih, tapi jika nanti waktu membuat kita kembali ke fitrah penciptaan manusia, bukankah ada semacam kesadaran baru yang mengusik nurani? Bikin gak tenang.

So, selamat membuat keputusan terbaik bersama pasangan masing-masing ya.

Bukan tentang punya dan tidak punyanya keturunan, tapi tentang pertanggungjawabannya nanti.

Salam dari jejak mata, rasa dan pikiran YSalma.

Iklan

19 comments

  1. Sebenarnya sih kalau mereka diem aja, nggak masalah ya mau childfree atau nggak. Toh risiko mereka yang tanggung sendiri. Masalahnya mereka adalah influencer yang bisa menggerakkan orang juga

    Suka

  2. Kalau di era sekarang serba repot sih mau ngomong kudu ounya anak, itu hak mereka..tapi kalau saya pribadi tetap butuh keturunan, agar ada yang bisa memperhatikan di saat butuh perhatian anakm ada yang bisa menghibur di kala sedih, ada yang menguatkan di kala terpuruk. Pastinya ada yang bisa bikin tersenyum kala pulang dari kantor dengan rasa penat akinat banyaknya pekerjaan.

    Kalau penyebab mengambil keputusan childfree adalah karena kesehatan atau kondisi kesehatan tertentu masih okey lah. Misal risiko besar kalau ahrus hamil

    Suka

  3. Lagi pro kontra yaa soal ini di sosmed….kalau aku pribadi dulu takut menikah karena takut hamil malahirkan sakit, mendidik anak jg PR belum lagi kalau suami ga mau bantu cuex.

    Setelah menikah di usia yg matang 27 memutuskan menunda hamil sampai bener2 siap Alhamdulillah disaat siap Allah mudahkan segalanya sampai skrg anak2 sdh mulai besar.

    Bisa jadi memang faktor lingkungan trauma dulu lihat tetangga anak pd nakal2, melihat kdrt membuat saya takut bisa jd yg memutuskan childfree spt itu dan Allah belum memberi hidayah juga ya.

    Suka

  4. Kalau bagi saya sih, kehadiran anak bukanlah penentu kebahagiaan krn anak itu sesungguhnya adalah anugerah sekaligus ujian.
    Kalau ada2 yg child free, itu pilihan hidup masing2. Toh yg menjalani mereka.

    Suka

  5. Children memang pilihan masing-masing,tapi bagi yang sudah menikah ada masanya merasa kesunyian dan ingin memiliki momongan

    Suka

  6. kalau menurut saya pribadi sih bebas aja kalau mau childfree, daripada punya anak tapi gak bisa mendidik dan malah menyiksa hingga amitamit menghilangkan nyawa. tapi ini balik lagi ke alasan utamanya ya, kalau karena trauma oke lah. tapi kalau karena takut gak bisa membiayai atau takut jadi melar badan dan segalanya, duh keterlaluan sih. jadi mau childfress atau gak ya tentu balik lagi ke diri masing-masing, gak bisa nge judge juga. karena terlepas dari agama, memiliki anak bukan sekadar ngebet atau kepengen, tanggung jawabnya masyaallah banget.

    Suka

  7. Setuju sama mempunyai anak dalam pernikahan merupakan rezeki yang tidak semua orang dapat memilikinya dengan mudah. Ndak usah takut sih sama omongan orang ya, Kak. Kalau emang udah takdirnya 1 anak atau childfree karena kondisi tubuh yang memungkinkan, mau gimana gitu kan ya? Yang penting semuanya udah diusahakan ya Kak. Semangat. Sehat selalu, Kak

    Suka

  8. Yang belum punya minta punya.. yg bisa punya malah ngga mau padahal fitrahnya manusia yg menikah kan pubya keturunan.. tapi yaa kalo ada yg begitu, tugas kita cuma ngingatkan

    Suka

Terima Kasih Untuk Jejakmu, Temans :)

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.