Jum’at tanggal 03 November 2017 sepulang sekolah sekitar pukul 16.00 WIB, anak bujang bilang minta ijin mau nonton film Thor: Ragnarok bareng temannya sehabis magrib. Dia pun menjelaskan teman-temannya yang dimaksud, teman sekolah yang sudah beberapa kali main ke rumah.
Saya bertanya alasan pemilihan waktu nonton yang dia sepakati dengan teman-temannya itu, kenapa harus malam, bukan besok siang Sabtu aja.
Persiapan Mental Anak Sebelum Ijin Keluar
Sebagai emak, tentunya saya tahu ini pengalaman pertama nak bujang yang mulai pubertas, yang masih 13,5 tahun, menonton bersama teman-temannya di bioskop pada malam hari.
Saya memberi gambaran suasana usai nonton film di bioskop pada malam hari, itu sudah tengah malam, semua aktivitas di mal sudah berhenti, otomatis lampu-lampu sudah pada mati, yang nyala hanya beberapa lampu dari bioskop menuju pintu keluar. Sepi.
Kalau mereka nonton malam, paling cepat mereka masuk yang pukul 20.00 WIB, kelar nonton bisa sekitar pukul 22.30 WIB.
Lah, kalau dia dan teman-temannya ga gerak cepat, bisa-bisa masuk yang pukul 21.00 WIB, kelar nonton mendekati angka 24.00 WIB. Itu sudah tengah malam. Belum waktunya anak seusia mereka masih berada di luar rumah, tanpa pendampingan orang dewasa.
Si anak bujang menjelaskan alasan pemilihan waktu nonton bioskop malam hari, kalau hari biasa tiketnya lebih murah dibandingkan hari Sabtu dan Minggu. Lumayan selisih harganya, bisa untuk beli camilan.
Apalagi hari yang dipilih hari Jum’at, besok ga sekolah, jadi sekali-sekali gak apa-apa tidurnya telat. Teman sekolahnya malah ada yang sudah nonton sepulang sekolah,ย pulang ke rumah dengan ojek online. Pada gak apa-apa tuh, alasan nak bujang.
Dalam hati emaknya membathin, “mungkin mereka sudah terbiasa. Kamu kan masih dominan berkegiatan di luar rumah dengan kedua orangtuamu”.
Saya coba menawar jam nonton malam itu, dengan mengingatkan dia kalau jauh-jauh hari sebelum film itu rilis di Indonesia, dia sudah janji sebelumnya mau nonton bareng sama emaknya ini.
Si anak bujang malah bilang, “kalau begitu, besok Sabtu nonton lagi aja bareng mama”.
Hadeh!
Akhirnya, karena melihat keyakinan dan alasan-alasan yang diucapkannya, saya mengijinkan dengan catatan, dia memang menonton film yang sudah direncanakan. Saat film usai, sebelum keluar gedung bioskop, dia sudah harus ngasih kabar. Tunggu di tempat yang sudah disepakati. Temannya, juga harus membuat kesepatan dengan orangtua mereka masing-masing, membuat janji bagaimana cara mereka untuk kembali ke rumah setelah nonton.
Anak bujang setuju.
Oiya, sebelumnya, saat kelas VII, si anak bujang juga pernah ijin nonton bareng teman-temannya ke bioskop. Waktu itu juga hari Jum’at, sekolah libur dan mereka nontonnya siang. Sebelum Jum’at sudah pada kembali ke rumah masing-masing.
Saat itu, dia ijinnya mau nonton Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1. Pulangnya, pas ditanya gimana kesannya tentang film yang di tonton, dia malah menunjukkan wajah malas, sembari bilang kalau dia dan teman-temannya tidak jadi nonton film yang diincar.
Saya lupa alasannya, entah mereka ga dapat tiketnya atau bagaimana. Mereka akhirnya pada nonton film yang ada, itu pun terpisah-pisah. Si anak bujang nyesel nonton film Indonesia pengganti yang dia pilih bersama beberapa teman, ga seru dan ngebosanin. Katanya mending dia ga usah ikutan nonton ๐ณ .
Makanya, saat dia minta ijin nonton ke bioskop bareng teman-temannya lagi, saya mengingatkan dia untuk menonton film yang benar-benar sudah diniatkan untuk nonton. Biar ga ada lagi acara nyesel usai nonton .
Saat masih jadi anak SD, dia juga pernah nonton bareng teman-teman dan gurunya nonton di bioskop. Sebenarnya, nak bujang sudah sering sih nobar di luar anggota keluarga pada siang hariย ๐ .
Persiapan Sebelum Berangkat
Walau dia sudah punya rencana mau nonton film bareng teman usai magrib, anak bujang saya ini geraknya masih gerak lambat. Karena pulang sekolah sudah sore, dia masih saja milih ngecek permainan game yang tertinggal selama waktu sekolah.
Dia nyantai aja di depan laptop.
Tinggal emaknya yang mencak-mencak mengingatkan untuk mandi, makan dan minum obat, karena dia masih batuk *ketularan dari emaknya*.
Anaknya sih dengan nyantainya menjawab, “iya, bentar.” Dan baru buru-buru, gradakan, setelah dekat magrib. Duh!
1. Memastikan Janji
Usai magrib, ternyata janjian sama temannya berubah lagi, yang awalnya minta dianterin ke rumah temannya, kemudian dari situ dia berangkat bareng si teman, jadi minta diantar langsung ke mal aja. Dia dan temannya janjian di dekat salah satu tempat makan. Baiklah.
2. Memastikan Bawaan, Pulsa & Batare Ponsel Terisi Penuh
Dari pulang sekolah, dia sudah memastikan batere ponselnya aman dan pulsanya cukup untuk nelp dan chitchat sama temannya. Giliran emaknya minta dia mengaktifkan WA, dia malah bilang ntar sms dan telp ajalah ๐ .
Saya meminta anak bujang untuk tetap membawa botol minum. Secara dia masih batuk dan perlu minum air putih. Ia juga sepakat.
Mengingatkannya untuk membawa jaket, handphone-nya ga usah dimatikan saat nonton, cukup di-silent aja, tapi suara getarnya tidak mengganggu.
Saat pamitan jalan sekitar pukul 18.30, saya mengingatkan pada yang ngantar untuk memastikan si anak bujang ketemu temannya dulu, baru ditinggal.
Sudah Dekat Tengah Malam, Deg-Degan
Yang namanya nonton di bioskop pada malam hari, tentu kelarnya tidak jauh dari pukul 23 keatas. Sebelumnya, sekitar pukul 20.00 si anak bujang sms saya, satu huruf, “Y.” Saya tahu itu artinya, “ya” dan itu adalah jawaban dari sms saya sebelumnya, saat dia ngumpul sama teman-temannya, mengingatkan untuk tidak nonton dan share foto yang aneh-aneh ke medsos dan lainnya di internet. Tapi setidaknya saya tenang bahwa dia sebelum nonton memastikan komunikasi sama emaknya.
Pukul 22.30, saya sms, ga ada balasan. Telpon, ga diangkat. Saya mulai deg-degan. Kalau si anak nonton pukul 20, seharusnya filmnya sudah selesai dari beberapa menit yang lalu, secara durasi filmnya 2 jam 10 menit. Okeh, paling mulai-mulai pukul 20.30, berarti selesai 22.45. Saya coba hubungi sekitar pukul 23.00, masih belum diangkat.
Saya mulai mikir, apa sebenarnya saya salah memberi ijin anaknya nonton malam di bioskop? Tapi tetap berpikir positif dan percaya anaknya inshaa Allah sudah bisa menerima tanggung jawab dan bisa mengantisipasi hal-hal yang sedikit diluar rencana.
Selalu ada pengalaman pertama untuk menambah pengalaman-pengalaman berikutnya dalam kehidupan seorang anak.
*Ulat bulu, menimbulkan rasa jijik bagi yang ga suka, gatel, sebelum akhirnya bisa bermetamorfosa menjadi kupu-kupu*.
Bapaknya yang kebetulan di luar rumah, ternyata sekitar pukul 23 lewat belum ada kabar, langsung nelpon anaknya juga dan diangkat. Anaknya bilang nontonnya sudah selesai dan udah mau keluar.
Secara si anak berasa sudah memberitahu salah satu orangtuanya, nak bujang sudah tidak mengabari saya lagi. Padahal saya di rumah masih deg-degan nungguin ๐ณ .
Tepat sekitar 23.30 WIB, si anak bujang nyampai rumah dengan wajah ngantuk. Tapi masih semangat untuk cerita ๐ .
Kesan Nonton Thor: Ragnarok di Bioskop pada Malam Hari
Si anak bujang yang walau sudah jajan, ternyata tetap kelaparan. Sembari nyamil, dia laporan kalau filmya keren. Besok kalau mamaknya mau ngajak nonton lagi, dia masih bersedia untuk ikut nemenin nonton lagi ๐ .
Saya meminta dia untuk membahas filmnya besok aja, sekarang bersiap untuk tidur dulu.
Besok harinya, si anak bujang semangat menceritakan film Thor: Ragnarok. Film produksi Marvel Studios yang didistribusikan oleh Walt Disney Studios Motion Pictures, besutan sutradara Taika Waititi dan skenario Eric Pearson. Dibintangi oleh Chris Hemsworth (Thor), Tom Hiddleston (Loki), Cate Blanchett (Hela), Idris Elba (Heimdall), Jeff Goldblum (Grandmaster), Tessa Thompson (Valkyrie), Karl Urban (Skurge), Mark Ruffalo (Hulk) dan Anthony Hopkins (Odin).
Si anak bujang bercerita kalau di film Ragnarok ini, si Thor kehilangan palunya dan Asgard hancur. Si Thor ternyata juga punya seorang kakak perempuan yang berambisi menguasai Asgard dan ingin menghancurkannya.
Thor harus berpacu dengan waktu untuk bisa menghentikan Ragnarok, kehancuran Asgard dan peradaban Asgardian.
Thor yang sebelumnya dipenjara di planet Sakaar, sisi lain alam semesta ceritanya. Dalam perjalanannya kembali ke Asgard, Ia harus bertempur ala gladiator melawan Hulk yang sudah dua tahun tidak pernah berubah sebelumnya menjadi Bruce Banner. Hulk yng lupa kalau Thor adalah teman lamanya di Avenger.
Saya pun nyelutuk, “kalau Thor kehilangan palunya, gimana dia mau bertarung dan menyelamatkan Asgard?”
Si anak bujang bilang kalau Thor punya kekuatan petir.
Saya kembali nyahut, “bukannya petir kekuatannya Loki?”
Si anak bujang menjelaskan bahwa ternyata Thor lah yang menjadi ‘dewa petir.’
Intinya, Si anak bujang sangat puas menonton film Thor: Ragnarok di pengalaman pertamanya nonton bioskop pada malam hari.
Bagaimana denganmu temans, sudah pada nonton film ini kah? Pernah punya cerita seru pengalaman nonton bioskop yang bikin deg-degan orang rumah juga kah? ๐ .
Aku sampe sekarang masih gak dilepas keluar magrib ketika lagi dirumah, berhubung ngerantau jam kluar trserah aku, cuma klo jm 9an udah d tlpnin ๐
Waktu cepat berlalu kak, gak lama ngenalin teman ceweknya, trus tiba2 aja udah mnta ijin nikah ๐
SukaDisukai oleh 1 orang
Itu bukan ga percaya sama anak itu Kunu, tapi oragtua memastikan anaknya baik2 saja ๐ .
Iya, waktu cepat berlalu, tapi hingga saat ini masih senang dianter jemput sama orangtuanya, walau pun dalam acara ngumpul sama teman2nya ๐
SukaSuka
Belum nonton film ini. Anak-anak masih terlalu kecil buat diajak ke bioskop hehe…
SukaDisukai oleh 1 orang
Nunggu waktu yang tepat ya mba ๐
SukaSuka
Assalaamu’alaikum wr.wb, mbak Ysalma…
Memang perasaan ibu selalu bimbang dan suka ambil tahu apabila anak berada di luar rumah. Lebih-lebih lagi apabila pulang lewat malam. Apakah anak-anak juga tahu kerisauan ibunya di rumah ya ? Saya juga begitu mbak, bukan kita mahu menggongkong aktiviti mereka tetapi kebimbangan tentang banyak perkara menyebabkan kita sangat mengambil berat keselamatan mereka terutama apablla berjalan di waktu malam. Mudahan anak-anak memahami kasih sayang orang tuanya.
Salam manis dari Sarikei, Sarawak. ๐
SukaDisukai oleh 1 orang
Waalaikummussalam, bunda Fatimah.
Mudahan dengan komunikasi yang baik, orangtua dan anak bisa saling memaklumi ya ๐
SukaSuka
Memang begini ya nasib orang tua yang selalu khawatir anaknya keluar malam hihihi Kudu tetap waspada mbak. Jaman sekarang, kejahatan banyak model dan modus. Semoga terhindar ya kita semua :’)
SukaDisukai oleh 1 orang
Yups, walau anak-anak zaman sekarang selalu di rumah, tapi mereka tersambung dengan internet tanpa pembekalan dari orangtua, tetap saja mereka dalam bahaya pergaulan.
SukaSuka
Belum nonton filmnya, kata temen2 sih lebih cocok jadi film komedi ketimbang film action.
Iya sih ya, puberitas memang selalu bikin deg2an, untung anaku belum puber, ahahaha
SukaDisukai oleh 1 orang
Katanya anak bujang juga kocak.
Cocoklah anak abege nontonnya yaa.
Hahaha,, tunggu akan tiba waktunya takkan lama lagi.
SukaSuka
Postingan ini mengandung spoiler, hehehe.
Bagi kami sebagai anak rumahan untuk keluar saja rasanya malas sekali, terlebih cuma buat nonton pilem. ๐
SukaDisukai oleh 1 orang
Bisa jadi, ada yang diumpetin ๐ .
Anak abege saya juga anak rumahan, justru lain deg-degannya orangtua kalau anak rumahan keluar rumah hehehe.
SukaSuka
Wah, saya kalah sama si anak bujang~ ๐
Saya paling gak bisa keluar malam bun, jadi kalau ada kegiatan pasti harus siang atau sore. ๐
SukaDisukai oleh 1 orang
Agung keren lah, disiplin sama waktu.
Anak bujang baru belajar janjian ituh.
SukaSuka
aku udh noton thor cerita lucu
SukaDisukai oleh 1 orang
Ternyata memang lucu ya, Win.
Si anak bujang juga bilang begitu.
SukaSuka
Nonton di Iflix Bu. Udah ada sekarang
SukaDisukai oleh 1 orang
Yups, bener banget rekomendasinya ituh, boleh dicoba ๐
SukaSuka
[…] membantu Dash dalam mengerjakan tugas sekolah. Membantu Violet yang sedang jatuh cinta dengan anak lelaki remaja teman sekolah, yang sebelumnya sempat melihatnya dalam kostum […]
SukaSuka