Toples bekas kue lebaran yang sudah kosong di-reuse oleh para lelaki di rumah. Mereka menggunakan toples-toples tersebut untuk tempat atau wadah memelihara ikan cupang. Toplesnya ga diisi ulang kue kering, tapi ga kebuang percuma juga. Dan yang paling penting, yang sedang demen lagi sama ikan cupang, ga perlu beli wadah baru. Irit π .

Ceritanya, pada lebaran 1442H ini saya tidak begitu antusias membuat kue kering. Sepuluh hari terakhir puasa terasa cuaca sangat gerah. Saya seperti kehabisan tenaga untuk mantengin oven. Diniatkan nanti aja setelah lebaran, baru bikin-bikin. Hingga saat ini, bikin kuker juga masih sebatas niat, belum dikerjakan. Alasannya, antusias dan suasana penyemangatnya ternyata beda, hahaha.
Pada lebaran kali ini saya hanya menyiapkan menu untuk makan dan stok lauk untuk jaga-jaga. Antisipasi kalau setelah lebaran yang jualan pada tutup lama.
Ternyata, perkiraan ini juga keliru, aktivitas pasar tradisional sudah langsung buka keesokan harinya, yang jualan makanan matang juga sudah ada yang buka, walau baru beberapa.
Untuk kue kering, saya hanya memesan beberapa toples kecil pada tetangga yang punya usaha pembuatan beragam camilan dan kue. Pesanan kuenya diniatkan untuk camilan nak bujang, sekaligus untuk jaga-jaga kalau ada yang bertamu dengan duduk ngobrol.
Ternyatanya lagi, semua bertamu dengan tetap menjaga protokol kesehatan. Salam-salam lebarannya hanya di teras dan sebentar aja. Semua langsung pada memilih balik ke rumah masing-masing.
Itu pun, sekarang, karena tetangga ada yang kecapek an, daya tahan tubuhnya menurun, mengalami demam dengan diagnosa positif covid setelah menjalani swab test. Semoga setelah isolasi mandiri di rumah, segera pulih dan kembali beraktivitas normal.
Hal itu jadi pengingat untuk semua, alarm tubuh harus diperhatikan di masa pandemi ini. Apalagi dengan cuaca yang kurang bersahabat. Jika kondisi tubuh sedang kurang fit, lebih baik melakukan kegiatan yang hanya berupa hobi di rumah saja, daripada di tempat fasilitas umum.
Hobi perlu biaya dan waktu, kalau dapat, hobi itu yang menyehatkan secara kantong dan pikiran .
Hobi Musiman Memelihara Ikan Cupang
Dulu, waktu nak bujang masih diperkenalkan dengan cara merawat hewan peliharaan, ikan cupang merupakan pilihan pertama. Hobi ini tentu dibantu oleh bapaknya. Mereka malah sempat membeli wadah kaca dan akuarium kecil.
Saat itu, harga ikan cupang sangat murah. Banyak dijual oleh abang-abang di depan sekolah dasar. Anak-anak SD masih bisa membeli ikan cupang hidup yang diplastikkin itu dengan uang jajan mereka.
Seiring waktu, hobi musiman itu pun meredup. Ikan cupang udah ga ada, wadah untuk memelihara yang dari kaca, umurnya juga berakhir. Hobi memelihara ikan cupang ini hilang-hilang timbul alias musiman.
Reuse Toples Bekas Kue Kering Jadi Tempat Ikan Cupang
Kebetulan, kue kering yng dipesan kali ini, penjualnya menggunakan toples plastik yang kualitasnya lumayan bagus. Toples yang ga langsung pecah kalau ketekan agak kuat. Saya malah berniat untuk menjadikannya wadah kue kering buatan sendiri. Kalau jadi bikin π³ .
Beberapa hari usai lebaran, setelah toples-toples kue kering berjejer kosong, entah dapat inspirasi darimana, si bapak membawa dua ekor ikan cupang ke rumah dan ditaruh di dalam toples bekas kue kering yang sudah dibersihkan. Nak bujang yang melihat langsung antusias.
Keesokan harinya, dua ekor ikan cupang itu sudah berganti tampilan. Saya yang melihatnya agak heran, “bagaimana ikan cupang bisa berubah dalam semalam?”
Para lelaki pada nyengir.
Ga taunya, si bapak membawa kembali ikan cupang yang dibeli sebelumnya ke tempat dia beli, kemudian tukar tambah dengan ikan cupang yang harganya lebih.
Si bapak juga nambah beli satu ekor ikan cupang lagi, juga nambah pernak-pernik lainnya. Penjual ikan senang pastinya dengan tipe konsumen yang seperti ini .
Para lelaki di rumah menemukan keasyikan baru dengan ikan-ikan cupang tersebut.

Saya pikir bakal udahan, ternyata, mereka memesan dua ekor ikan cupang lagi melalui online. Pengirimannya dari Cirebon.
Keren sekarang bisnis ikan cupang ya, ikan-ikan imut itu tetap dalam kondisi fit sampai di tangan konsumen. Kemasannya plastik diisi air dan oksigen, serta dibungkus kardus kecil. Dua ikan cupang tambahan itu usianya lebih muda dibanding ikan cupang yang sudah ada.
Keesokan harinya, saya perhatikan jejeran toples kuker kosong, udah bertambah satu lagi yang terisi ikan cupang.
Para lelaki pun sibuk mendisikusikan ikan-ikan cupang tersebut.
Melihat hal tersebut, saya mulai ‘bersuara’, “ikan cupang yang udah ada ini tinggal dirawat dengan baik. Jangan ditambah dan tukar tambah lagi. Emang kalian mau jualan? Mama ga yakin, kalau ikan-ikan cupang ini dijual lagi sekarang, harganya bakal sama dengan harga kalian beli.”
Para lelaki itu hanya senyum-senyum mendengar ‘ocehan’ saya.
Untuk hobi musiman mereka kali ini, saya tidak ambil bagian, saya hanya jadi penonton dan penikmat kelincahan ikan cupang imut-imut dengan sirip dan ekor yang menawan mata saat diperhatikan.
Saya hanya agak sedikit rewel mengingatkan, jangan lagi memberi makan ikan peliharaan secara berlebihan. Bukan membuat ikan tumbuh sehat, tapi malah mati kekenyangan. Apalagi ikan cupang, makannya hanya dikit.
Para lelaki itu pun bersuara kalau mereka sudah dapat ilmu dasar cara merawat dan memelihara ikan cupang di rumah dari penjual ikan. Mereka pun menyebutkan poin-poinnya:
- Jika belum ahli, ikan cupang sebaiknya ditaruh di wadah terpisah. Kalau gak, si ikan bakal berantem.
- Airnya harus rutin diganti, setidaknya, 2-3 hari sekali. Saat mengganti air, jangan secara langsung, tapi melalui proses pencampuran air baru dan lama, agar ikannya ga kaget.
- Agar sirip dan sisik ikan terjaga baik, sisa-sisa makanan harus dibersihkan. Jangan biarkan mengambang.
- Kasih pakan pelet khusus ikan cupang pada pagi dan sore hari. Memberi makan secukupnya, ga boleh banyak-banyak.
- Bagusnya, air untuk ikan cupang dikasih potongan daun ketapang. Berhubung ga selalu ada yang jual, bisa diganti dengan obat khusus yang tersedia di tempat penjual ikan-ikan cupang. Tujuannya agar sirip dan sisik ikan cupang tetap sehat.
Saya mengangguk-angguk mendengarkan.
Baiklah kalau begitu, emak juga senang melihat keelokan warna dan sirip yang dimiliki ikan-ikan cupang. Selamat merawat hobinya, emak ikut senang karena kalian bahagia dan toples-toples kuker bisa di-reuse dengan penuh hati-hati oleh kalian π β€ .
E tapi, mereka tak ingat jenis, nama dari ikan cupang yang mereka pelihara. Alasannya, namanya susah-susah untuk diingat. Mending sebut ikang cupang aja deh. Hahaha.
Tulisan ini hanya sebuah catatan tentang apa yang kita lakukan saat ini. Mungkin nanti akan kita baca dan tertawakan bersama.
Temans YSalma, apakah juga suka memperhatikan ikan cupang? Ikut memelihara di rumah, atau jangan-jangan sudah menjadikan ikang cupang sebagai komoditi bisnis?
Masya Allah bagus bagus banget cupangnya ituh..
dan akupun sempet ikutan miara, pertama beli 2 warna ungu dan orange, namanya cupa dan cupi, lalu nambah lagi 2 blue dan red,
yg mati duluan biru dan red, mati secara bersamaan entah kenapa, nangis lalu kuburin
trakhir si ungu ama si orange mati mendadak juga pas akunya lagi ga dirumah, nangis lagi
trakhir tetangga kasih 6 biji ikan cupangs, 1 bunuh diri loncat dari tangga ke3 sampai dasar lantai, mati, 4 lagi mati tanpa sebab, sekarang tinggal 1 dan itu membuatku jadi ga mau miara lagi, kalo mati capek nangisnya wkwkkw
SukaDisukai oleh 1 orang
Si Cupang tahu sadar kalo tampilannya tjantik dan imut2, makanya suka lompat sana sini. Kadang kebanyakan ngasih pakan jg mati dan bikin sedih.
Aku hanya tukang lihat, ga ambil bagian dalam percupangan yg lagi heboh lg di rumah, hehe.
SukaSuka