Buih Kenangan


Terseok melanjutkan langkah di jalan kehidupan, mungkin sudah lama kau rasakan. Itu, karena kau mengira masih membawa beban yang tak sempat kau tarok.

Dalam langkah selama ini, kau selalu berharap, akan ada keajaiban datang. Juga ada Dia yang mengulurkan tangan untuk mengambil alih beban yang kau pikul itu.

Kau sebenarnya tidak mau melihat kenyataan.
Bukannya tidak ada yang mau membantu. Bukannya tidak ada yang mengulurkan tangan. Malah banyak.

Tapi,, semua kau tolak secara halus. Kau hanya mengharapkan satu tangan terbaik yang terulur. Tangan Dia yang kau anggap begitu istimewa.

buih-kenangan
Samar, tak bisa dijemput karena sudah tertinggal jauh dibelakang. Hanya bisa dikenang bersama orang-orang terbaik saja.

Hingga tiba satu waktu, kesempatan itu ada. Tapi sayangnya kau sudah sangat kelelahan.
Terduduk.
Menengok kebelakang, mau mengukur sudah sejauh mana kau beranjak.

Kau terhenyak, mengucek mata.
Awalnya semua terlihat kabur. Perlahan, semua terbentang dengan jelas.

Kau tak pernah beringsut kemana pun, masih diputaran yang sama.

Kau hanya berkutat dalam sarang kenangan.

Sekelilingmu semua sudah berubah.

Bahkan tangan yang sempat sangat kau harapkan akan terjulur itu pun ada sejengkal di hadapanmu, tapi yang empunya tangan mempunyai tatapan tak mengenali mu.

Plak! *Kau merasa tertampar*
Sakit.
Iya.

Untungnya, kau tak larut dan tenggelam dalam rasa yang kau sendiri sebenarnya tak mengenalinya dengan baik.

Rasa hormat yang sudah kau persiapkan lumayan lama, raip entah kemana. Malah diam-diam sebait syukur bersenandung dalam kalbu mu, “ini ternyata maksud dari semuanya.”

Ahh, untungnya lagi itu hanya sebuah lamunan yang sempat menghampiri hari mu disiang bolong.

Kau tersenyum.
Bangkit, mengibaskan debu yang sempat menempel. Melanjutkan putaran kehidupan yang mungkin saja akan membawa langkahmu kembali ketempat semula.

Jika itu terjadi, Kau takkan limbung lagi karena sudah berpijak diwaktu yang benar.

Kau sudah menyadari sepenuhnya, bahwa itu hanyalah buih kenangan masa lalu yang akan segera menghilang dengan kembalinya kau kemasa ini.

Biarkan kenangan yang memang tak ingin diingat itu memudar. Tak perlu kau buang energi untuk menjemputnya.
Nasib sudah membuat jalannya sendiri.

***
Kau, Dia, mungkin pernah berharap bisa seiring sejalan. Tapi kalian hanya saling berjanji, tak saling menggenggam, apalagi mengikat. Apapun dan siapapun bisa berdiri diantara kalian.

Sudah, lupakan saja.

Anggap saja itu penggalan cerita yang sempat kau tulis tapi belum dibukukan.

Kini, saatnya menulis cerita baru bernama persahabatan. Mungkin ini akan jadi sebuah bab terbaik dalam buku kehidupanmu kelak. Jangan lupa untuk saling mengingatkan teman, materi bukanlah pondasi persahabatan ❤ ❤ ❤ .

Penyemangat bagus juga buat dirimu,

Mereka yang melupakan kenangan yang mengantarkannya kemasa kini, patut dicurigai mereka yang belum sepenuhnya berada disaat ini kehidupannya yang singkat 😳 .

Iklan

7 comments

  1. Memang terkadang kita sering terpaku dengan pikiran kita sendiri, dengan dunia yang kita ciptakan sendiri, dan mengasingkan diri dari sekeliling yang sebetulnya juga ingin menjamah kita. Sementara hidup adalah soal perubahan dan tidak ada yang tetap.

    Catatan renungannya bagus sekali Buk. Membuat kita berpikir membacanya

    Suka

    • Pikiran harusnya dibiarkan bebas berkelana ya, Un. Tapi tetap harus berdasarkan realita yang mengalami perubahan dinamis.
      Karena yang abadi ya perubahan itu sendiri.
      Pikir yang baik-baik aja ya Un 🙂

      Suka

  2. Assalaamu’alaikum wr.wb, mbak Ysalma….

    Begitulah hidup yang harus kita terima setiap kenyataannya. Apa yang kita impi dan harapkan belum tentu menjadi kenyataan. Apa yang ingin kita miliki untuk membahagiakan kita belum tentu menjadi milik kita. Ada takdir yang telah direncana sesuai dengan kemampuan kita. Apa yang baik di mata kita belum tentu baik pada Allah kerana itu Allah memberi sesuatu yang kita tidak mampu menolaknya. Semuanya ada hikmah. Semua kenangan yang pernah hadir, anggap satu nikmat yang tidak dilalui orang lain dan ambil iktibarnya. Tulisannya bagus banget, mbak. Saya suka.

    Salam manis dari Sarikei, Sarawak. 🙂

    Suka

    • Waalaikummussalam warahmatullah, bunda Fatimah.

      Kata kuncinya, ada takdir dibalik semua usaha manusia. Tapi harus berusaha maksimal, setelah itu kembalikan semuanya pada pembuat rencana terbaik Sang Pemilik Segalanya.
      Salam kembali cik Gu 🙂

      Suka

Terima Kasih Untuk Jejakmu, Temans :)

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.