Mengejar Rezeki? Memangnya ia lari? Bukankah itu sudah diatur oleh Allah. Kita hanya wajib berusaha semaksimal mungkin, hasilnya tetap ada ‘tangan langit’ yang menentukan. Akan tetapi, selama ini rezeki itu juga selalu identik dengan harta benda yang sudah kita miliki.
Kemudian kita juga suka membanding-bandingkannya dengan rezeki yang dipunyai orang lain. Akhirnya kita bukan mensyukuri apa yang sudah dipunya, tetapi sibuk menghitung apa yang belum dimiliki 😥 .
Karena konsep mengejar rezeki yang seperti itu, yang juga membuat kita jungkir balik tak mengenal waktu. Semua dilakukan hanya demi memenuhi keinginan menjadi yang ter,,, dalam hidup di dunia. Dalam mengumpulkan materi itu mati-matianlah bekerja. Semua kesempatan yang datang diembat, tanpa berpikir panjang. Semua bisnis yang sepertinya menjanjikan keuntungan yang memuaskan, dilakoni.
Karena niatnya hanya untuk mengumpulkan yang bernama rezeki itu, bukan menjemput rezeki dalam rangka memenuhi kebutuhan dari rezeki halal yang disediakan Allah, makanya si rezeki justru semakin berjalan menjauh. Modal ludes, tenaga terkuras. Keimanan semakin terkikis menuju titik nadir, karena mulai mempertanyakan keadilan Tuhan itu ada di mana.
Kurangnya apalagi? Kejar setoran dari pagi buta sampai matahari kembali keperaduannya, tapi yang didapat tak sesuai yang diinginkan.
Tertunduk lelah, teringat kata-kata mereka yang sudah ‘sukses’ menurut kaca mata manusia, ”Anda masih kerja keras, belum kerja pintar.” Hiks.
Bathin langsung bergejolak, kurang pinter apa lagi? Sebagian uang yang didapatkan sudah diinvestasikan, dikelola oleh mereka yang profesional di bidangnya. Akan tetapi, tetap saja keuntungan itu masih menjauh, malah buntung yang semakin mendekat.
Apa yang kurang dan salah?
Kalau sudah seperti itu, mau tak mau harus merenung dan belajar lagi, yang mudah-mudahan belum telat, demi sebuah kesadaran.
Rezeki Itu, yang Habis Terpakai
Belum terlambat untuk mulai berhitung. Betapa banyak rezeki dari-NYA yang sudah diterima. Mulai dari anggota tubuh yang lengkap dan berfungsi dengan baik, keluarga yang saling peduli, dan tentunya rezeki sehat. Terakhir, yang paling penting, masih ada rezeki kesadaran, bahwasanya semua hanya titipan.
Jangan pernah lupakan tentang kajian di majelis ilmu yang terus diulang, bahwa sesungguhnya rezekimu yang sebenarnya adalah rezeki yang habis untuk kebutuhanmu, berupa sandang, pangan, dan papan. Termasuk juga di dalamnya rezeki yang dihabiskan di jalan kebaikan.
Syukur adalah kunci kecukupan
Walaupun ini itu banyak dan lengkap, tapi jika tidak bisa dinikmati karena terkungkung oleh waktu kerja yang ketat, atau selalu dihantui ketakutan akan kehilangan. Rezeki yang sudah terkumpul banyak itu bukanlah rezekimu. Semua itu menjadi rezeki orang-orang di sekitarmu. Itu semua adalah rezeki orang-orang yang bisa menikmatinya, termasuk supir pribadimu, dan asisten rumah tanggamu. Sementara kau hanya mendapatkan capeknya kerja aja.
Mulailah pahami makna mengejar rezeki dengan menjemput rezeki yang halal sekaligus mensyukuri dan menikmati yang sudah ada, gunakan sebagai tabungan akhirat.
***
Tulisan ini hanya sebuah catatan dari menguping khotbah Jum’at pada satu hari.
Ya… bersyukur… itu yang harus aku tingkatkan nihh…
SukaSuka
Sama Firsty, kayaknya kadarnya bisa naik turun jug, hiks.
SukaSuka
Iyaa… kadang naik kadang turun… tapi sering turunnya nih… 🙂 *malu
SukaSuka
Tahun 2015 optimis untuk naik dalam level syukur 🙂
SukaSuka
amiinn … 🙂
SukaSuka
Kuncinya memang selalu bersyukur ya uni, seberapapun atau apapun bentuk rejeki itu, jika pandai bersyukur berasa adem hidup itu.
Terima kasih untuk pengingatnya uni…
SukaSuka
Iya, Teh, sebaliknya, sebanyak apapun rezeki itu, kalau kurang syukur tetap aja terasa kurang.
SukaSuka
kalau rumah mewah cuma jarang ditempatin karena sibuk terus bekerja… ya sayang banget yah. bener2 pembantunya yg beruntung
SukaSuka
Hihihi iya, apalagi kalau yg kerja sibuk pusing mikirin bisnisnya 🙂
SukaSuka
Bersyukur… telah diingatkan kembali sama uni.
SukaSuka
saya cuma menuliskan yg saya dengar, sebagai catatan buat diri jg 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
aku suka pic nya tuh.. boleh gak aku share di fb dan path? hehe.. pic yg bahas ttg rezeki
SukaSuka
Boleh banget, dipersilahkan dengan senang hati 🙂
SukaSuka
terima kasih sudah mengingatkan,,merasa terlalu banyak mengeluh ternyata emang cuman kurang bersyukur aja dengan apa yang sudah di punya sekarang 🙂
SukaSuka
catatan itu juga untuk mengingatkan diri saya sendiri di awal tahun ini 🙂
SukaSuka
Bener ya Mba Y. Memang kudu pinter bersyukur ya. Makasih Mba Y. 😀
SukaSuka
sebenarnya buat ngingatin diri sendiri Dan, mumpung awal tahun 😀
SukaSuka
Mungkin persepsi rejeki selama ini beda-beda ya, Mbak.. Adanya sekian, tapi banyak yang ngga bersyukur dan malah nganggapnya bukan rejeki.. :’
SukaSuka
Cukup untuk setiap orang juga beda persepsinya ya Beb,
SukaSuka
Setuju banget “Bersyukur adalah kunci” tapi nama nya manusia kadang masih suka membandingkan meskipun kita sadar itu malah menjerumuskan kita ke iri dengki 😦
SukaSuka
Apalagi kalau udah ngelihat foto jalan-jalan mu yang cantik itu *bukan foto adminnya yg berkolor itu lho ya*, selalu membuat cemburu dompet yg tak bisa2 diajak kompromi 😦
SukaSuka
Sentilan sentilun. 😉
Terus berusaha bersyukur, rezeki akan terus mengalir. Insya allah ya, Mbak.
Met tahun baru ya, Mbak. Lama nggak ke sini. 😀
SukaSuka