Berkaca Pada Siluet (Bayangan) Diri sepertinya memerlukan kesadaran diri yang tinggi. Secara bayangan yang terlihat sangat tergantung pada waktu dan besarnya intensitas sinar matahari yang mengenai diri tersebut.
Melihat bayangan atau siluet diri pada pagi hari tidaklah sama kalau melihatnya pada sore hari. Melihat bayangan diri saat sinar matahari terik, akan berbeda dengan siluet saat sinar matahari di sore hari.
Berkumpul dengan sebuah keluarga yang terdiri dari banyak kepala dan dengan berbagai latar belakang yang tak sama, sungguh sebuah pembelajaran berharga. Bayangan gelak tawa yang terlihat mata, tak selamanya seindah suara hati masing-masing pemilik tawa tersebut.
Memerlukan kepekaan diri yang besar untuk tetap bisa berinteraksi dengan baik. Tetap menundukkan kepala sambil menenangkan ‘suara hati’ untuk tetap diam dan cukup melihat. Harus tetap bisa menjadi pendengar yang baik, walau sebenarnya telinga sudah menolak untuk mendengar pembenaran sepihak. Semua demi sebuah kebersamaan dalam rangka keutuhan sebuah keluarga besar.
Kadang ada yang dengan sadar menjatuhkan satu orang untuk membuatnya ‘terlihat’ di mata yang lainnya. Kadang demi sebuah tujuan pribadi terselubung, ada yang rela membungkusnya dengan polesan berkesan ‘anak baik’. Mereka lupa , apa yang mereka lakukan saat ini, hasilnya akan mereka terima di masa mendatang?
Berkumpul untuk menjaga hati orangtua sepuh yang selalu berharap anak-cucu-cicitnya semua hidup rukun. Dilain sisi anak mantunya sendiri penuh dengan kepura-puraan, semua berharap ‘imbalan’.
Apakah keadaan yang terlihat itu adalah bayangan diri dari orangtua itu sebenarnya? Dulunya dia terbiasa menyanjung ‘kebaikan’ itu dari banyaknya materi yang diterima atau ‘kepatuhan’ terpaksa anak-anaknya akan semua titah yang dia ucapkan? Hmmm,, bisa jadi. Sekarang dia tinggal ‘menikmati‘ hasil dari kumpulan tindakan sebelumnya.
Seperti kisah Mahabarata yang sedang digilai banyak orang itu, betapa perang saudara bisa dipicu oleh kekuasaan dan ketidak jujuran yang sudah tidak tertanam dari awal. Kemegahan yang sudah terbangun bertahun-tahun hanya menunggu waktu yang tepat untuk kehancurannya.
Khilaf memang sudah menjadi sifat manusia, tetapi ‘pencarian’ diri dalam perjalanan untuk memenuhi dahaga jiwa, lewat ilmu pengetahuan atau agama, bisa mengembalikan jati diri untuk berjalan dan kembali ke rel kehidupan yang benar.
Tetapi kalau dalam perjalanan itu kita selalu memupuk diri akan ketidak puasaan, tidak pernah melihat kelebihan akan semua nikmat yang sudah di dapat, alamat hidup akan sibuk dengan mencari cara untuk menjatuhkan oranglain.
Seringlah berkaca pada siluet (bayangan) diri, sekedar pengingat diri, kita sedang berada di putaran matahari yang mana. Berharap siluet yang ditampilkan tetap cantik dan seksi dimata kita, dihadapan DIA ataupun pandangan orang lain 🙂 .
Minal aidzin wal faizin mbak salma
Maaf lahir bathin nggeh 🙂
SukaSuka
Sama-sama Vinda,
Maaf lahir bathin juga untuk komen yang tak berkenan 🙂
SukaSuka
Sama-sama ya mbak 🙂
Kita zero-zero nih..
SukaSuka
Entah kenapa rasanya bahagia sekali kalau kita merasa jauh diatas yang lainya dan merasa terjunjung kalau di agungkan.
mungkin manusia tak luput dari ketamakan..
SukaSuka
benar Ri, sepertinya itu sudah menjadi sifatnya kita sebagai manusia ya,
harus terus belajar biar ga lupa, kalau kita hanya diberi titipan.
SukaSuka
nice posting..terkadang melewati moment kebersamaan membuat kita bahagia karena lamanya kita tak berkumpul seperti ini, tapi terkadang kita tidak bisa menjadi diri sendiri karena semu orang itu tidaklah sama, dan kita harus menyesuaikan diri dengan mereka..Minal aidin wal faidzin yaa 🙂
SukaSuka
yups, menyesuaikan tapi tetap tak melupakan ‘diri’ sehingga tidak ikut kebablasan untuk hal-hal yang bisa memicu ketidak akuran,
Selamat Lebaran Idul Fitri 1435H.
SukaSuka
bayangan / siluet dalah cerminan diri
apa yang diterima adalah apa yang sudah diperbuat sebelumnya
SukaSuka
benar berarti ya Bang Uztad,
berarti kita memang harus benar hati-hati melihat matahari kehidupan,
biar bayangan yang terlihat itu tak menipu, lebih pendek atau lebih tinggi dari diri yang sebenarnya.
SukaSuka
Terkesima pada postingan bayangan diri ini….
Selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf untuk segala khilaf selama berinteraksi ini ya Uni
Mudik kemanakah, SumBar atau Jateng?
SukaSuka
Balik lagi ternyata mudik ke Jateng dari postingan sebelumnya, wuih 30 jam untuk jelang kebersamaan. Salam
SukaSuka
iya Jeng, mudik seru sepertinya tahun ini 🙂
SukaSuka
selamat berkaca mb
SukaSuka
asal jangan sampai kacanya pecah 🙂
SukaSuka
[…] ← Berkaca Pada Siluet (Bayangan) Diri […]
SukaSuka
Introspeksi diri ya, Mbak.. Kadang masih sukak sih membandingkan diri sendiri dengan orang laen, tapi ngerasa akunya ‘lebih’.. Ngga bagus banget 😦
SukaSuka
ngerasa ‘lebih’ dari yang lain itu memang sifatnya kita sebagai manusia Beb,
biar membuat bersyukur, bukannya sombong.
SukaSuka
[…] juga saat melihat bayangan atau pantulan diri di air yang bening dan tenang. Jika banyangan yang terlihat itu perlu sedikit koreksi, tanpa […]
SukaSuka