Seruni Indah


 

Sosok itu menatapku dari balik bingkai kacamatanya, dengan pancaran sayang kebapakan,  penuh perlindungan, menunggu keputusanku.

Wajahnya sedikit tegang, tapi  keseluruhan sikapnya, terlihat bahwa sosok itu siap menerima semua kemungkinan. Beda usia kami cuma 18th.

“Seruni”, sosok itu bersuara lagi.

“Kami akan menikah, setelah kelulusan kalian, tentu dengan siizinmu”, suara penuh keyakinan dan harapan.

Mataku melirik Indah, sahabatku yang duduk tertunduk pasrah, dan begitu takut kehilanganku.

Ruang tamu berasa begitu sepi, hanya detak jantung ketiga orang yang duduk di situ yang terdengar.

Pikiranku berkelana mundur.

Indah, sahabatku yang cantik dan pintar, yang kukenal semenjak SD, saat dia jadi pendatang baru di Panti Asuhan dekat sekolahku. Dia selalu menghindari teman lelaki yang mendekatinya. Dia ikut begadang setiap aku terbaring  sakit,  selalu ada untuk mendengarkan curhatanku.

Baru aku ketahui, ternyata secara diam-diam dia begitu mengagumi sosok itu, karena melihat sikap kebapakan dan ketangguhannya membesarkanku.

“Aku,  merestui kalian”, jawabku. Aku berdiri sambil merangkul keduanya.

Kebahagian baru bernama keluarga menungguku bersama sosok itu dan Indah.

***
Tulisan ini diikutkan sebagai kontestan dalam kuis cerpelai tiga warna.

Iklan

42 comments

Terima Kasih Untuk Jejakmu, Temans :)

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.