Sosok itu menatapku dari balik bingkai kacamatanya, dengan pancaran sayang kebapakan, penuh perlindungan, menunggu keputusanku.
Wajahnya sedikit tegang, tapi keseluruhan sikapnya, terlihat bahwa sosok itu siap menerima semua kemungkinan. Beda usia kami cuma 18th.
“Seruni”, sosok itu bersuara lagi.
“Kami akan menikah, setelah kelulusan kalian, tentu dengan siizinmu”, suara penuh keyakinan dan harapan.
Mataku melirik Indah, sahabatku yang duduk tertunduk pasrah, dan begitu takut kehilanganku.
Ruang tamu berasa begitu sepi, hanya detak jantung ketiga orang yang duduk di situ yang terdengar.
Pikiranku berkelana mundur.
Indah, sahabatku yang cantik dan pintar, yang kukenal semenjak SD, saat dia jadi pendatang baru di Panti Asuhan dekat sekolahku. Dia selalu menghindari teman lelaki yang mendekatinya. Dia ikut begadang setiap aku terbaring sakit, selalu ada untuk mendengarkan curhatanku.
Baru aku ketahui, ternyata secara diam-diam dia begitu mengagumi sosok itu, karena melihat sikap kebapakan dan ketangguhannya membesarkanku.
“Aku, merestui kalian”, jawabku. Aku berdiri sambil merangkul keduanya.
Kebahagian baru bernama keluarga menungguku bersama sosok itu dan Indah.
***
Tulisan ini diikutkan sebagai kontestan dalam kuis cerpelai tiga warna.
hahai nikah euuuy 😀
SukaSuka
Wah… sahabat sendiri bakalan jadi ibunya 🙂
Keren, Mbak…
Semoga sukses ya… 🙂
SukaSuka
Asyik, mba Y ikutan juga 😉
SukaSuka
wuiiihh.. ikutan cerperlai juga mba? sukses! 😉
SukaSuka
Woww,, persahabatan yang indah, sampe mo nikah aja harus minta izin hihi..
Semoga sukses yah Mbak kontesnya..
SukaSuka
aduh..
jadi penasaran sama siapa sosok ini hihihihih
SukaSuka
Kawin….kawin!
Kawin…kawin! hahahahah….
Selamat yan seruni punya mamah baru… *haiyah!
Sukses mbak, ceritanya mantap!
SukaSuka
wah akhirnya direstui juga hehe
salam persohiblogan
SukaSuka
Singkat padat dan penuh makna, selamat untuk cinta direstui dan sukses untuk kontesnya Mbak
SukaSuka
Itu semua karena Indah butuh figur seorang Bapak,,
Semoga sukses ya Mbak..
SukaSuka