Salma melangkahkan kakinya dengan gontai saat keluar dari ruangan guru. Rasa sesal tak ada gunanya lagi, nasi sudah menjadi bubur. Kata mereka yang bijak, buburnya hanya bisa diolah menjadi bubur ayam nan lezat biar tak terbuang sia-sia. Semoga.
***
Dua hari yang lalu, Pak Zidan, guru favorit Salma, sekaligus guru fisika di sekolahnya, SMP Bintang Kehidupan, meminta tolong untuk mengisi piagam kelahiran putra pertamanya.
Salma begitu senang dan bersemangat mendapat tugas spesial itu. Dia ingin memberikan yang terbaik dan tidak ingin mengecewakan sang guru.
Sesampai di rumah, saat suasana santai di ruang keluarga, Salma mulai berniat melaksanakan tugas dari pak guru tersebut.
Dia ngerayu Ayah untuk dimintain tolong, “Ayah, tulisan ayah kan bagus, biasa menulis ijazah kelulusan muridnya. Bantuin aku nulis piagam kelahiran putra pak guru ini ya, Yah”.
Ayah mengamati piagam yang disodorkan Salma. Kemudian menatap putrinya itu, “lho, pak guru bukannya menyuruh kamu yang menuliskannya, bukan minta tolong mencarikan orang lain untuk menuliskannya. Itu artinya, beliau percaya kalau kamu bisa”. Ayah malah memberi nasehat.
“Wah, bakal lama nih”, pikir Salma.
Sebelum nasehat berlanjut, dan bunda juga ikut bersuara, Salma dengan wajah cemberut langsung meninggalkan ruangan, sembari ngedumel di dalam hatinya, “kok Ayah ga ngerti sih, aku kan memang pengen ngasih hasil yang bagus buat Pak Guru”.
Tiba-tiba, sebuah ide cemerlang muncul berkelabat di kepala si Salma.
Sambil senyum-senyum kecil, Salma main kerumah sebelah.
Om Zinadin juga seorang guru, malah beliau lebih sering menulis ijazah tanda tamat belajar daripada Ayah. Sudah pasti tulisannya lebih bagus.
Semua berjalan lancar dan berhasil, sesuai apa yang diinginkan Salma.
Dengan senang hati tetangga sebelah membantu Salma, karena diberi alasan kalau Salma hanya dimintain tolong sama guru untuk mencari orang yang tepat untuk menuliskannya.
Salma tersenyum puas melihat hasil tulisan nama putra pertama guru kesayangannya.
***
Hari ini, Salma ke ruang guru menemui Pak Zidan. Beliau tersenyum ramah dan sangat senang melihat murid kebanggaannya itu. Salma menyerahkan piagam kelahiran putra pak guru yang sudah selesai ditulis.
Pak guru melihat hasilnya, dan mengerutkan dahinya.
Salma mulai was-was dalam hati, “apa ada yang salah ya?”
Pak guru mengajak Salma ke ruangan “murid dan guru” (ruangan guru untuk menyelesaikan masalah anak didik secara empat mata).
Perasaan Salma makin tak karuan, saat pak guru mempersilahkannya duduk, tidak seperti biasanya, formal. Kali ini beliau memperlakukannya lebih seperti adek.
Salma semakin gelisah. “Ucapan terima kasih, ga perlu se formal inilah Pak,” bathin Salma.
“Salma, bapak sangat bangga selama ini denganmu. Kau murid terbaik sekolah ini. Makanya, saat putra pertama bapak lahir dan bapak ingin membuat piagam kelahirannya untuk dipajang di dinding. Biar mudah mengingat kelahirannya, bapak menyuruhmu. Tujuannya apa? Bapak ingin, setiap melihat piagam itu, bapak ingat tanggal kelahiran anak bapak, sekaligus juga murid yang menuliskan itu, yaitu kamu. Bukan tulisan indahnya yang bapak minta, tetapi tulisan tanganmu. Bapak bisa aja menyuruh oranglain yang tulisannya jauh lebih bagus. Ini, sebuah tugas sekaligus sebuah kepercayaan kepadamu, Nak. Kamu mengerti maksud bapakkan”.
Salma tercekat. Ia mulai mengerti maksud dari tugas dari pak guru tersebut. Nasehat Ayah kini mulai ikut menggema di telinga Salma sekarang.
Dengan terbata-bata, Salma meminta ma’af kepada Pak Zidan.
Salma merasa telah mengecewakan guru idolanya.
Hikmah :
- Jangan berpuas diri kalau mendapat sebuah tugas dan kepercayaan.
- Karya sendiri jauh lebih bernilai, walau penampakan tak sebagus yang lain.
- Mendengarkan nasehat orang tua.
Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Cermin Berhikmah di Blog Camp.
kepecayaan besar yang luar biasa dan bermakna mba.. wah jadi merinding baca perkataan pak guru itu
SukaSuka
Kisah yang sangat menyentuh Bu, penuh dengan pembelajaran. Salut. slam persahabatan dari pekalongan.
SukaSuka
wah, banyak banget ya hikmah yang bisa diambil dari postingan-postingan mbak ysalma. blognya menginspirasi banget.
SukaSuka
Assalamu’alaikum.. keep blogging.. terus berkarya dengan tulisan2 yang bermanfaat 🙂
SukaSuka
janganlah berhenti berkarya setelah dapat penghargaan 😀
salam kenal…….
SukaSuka
Pada musim lomba neh kayak na
SukaSuka
tapi ini asli tulisan Mbak Salma kan, bukan pak Guru yang nulis… awas dimarahi Pakde loh
SukaSuka
Apapun keadaannya, akan lebih banga dengan hasil karya cipta sendiri ..
BTW, sukses ya dengan kontesnya.
SALAM hangat dari Kendari…. 8)
SukaSuka
saya doain menang deh mbak…………semogaaaaa
SukaSuka
..
cerita pendek tapi padat, mantaf Mbak..
pesan moralnya oke banget..
tapi wajar juga sih seorang anak belum mengerti, kan masih belajar.. ^^
..
semoga menang ya..
..
SukaSuka