[Pepatah Minang] Alun Takilek Alah Takalam, Cerdas Memahami Sikon


Tanggal 18 Juni 2023 siang, saya kembali diingatkan tentang pepatah Minang “Alun Takilek Alah Takalam” karena melihat gestur dan ekspresi seseorang yang dikenal. Auto membathin, nih orang ‘sakit gigi’ lagi?

Lelahmu melewati hari, jangan kamu lampiaskan pada orang lain. Tetua di daerah saya selalu berpesan dalam bersosialisasi, lamak diawak katuju di urang.

Orang lain diam bukan karena mengakui kamu benar, tapi males berurusan dengan orang yang selalu mengatakan “Lillah“, tapi yang terlihat, bukan tersirat lagi, kamu masih sangat butuh pengakuan atas apa yang sudah dilakukan. Capek sendiri kan?

Temans, yang belum mengetahui makna dari pepatah alun takilek alah takalam, terus baca hingga selesai ya.

alun takilek alah takalam pepatah Minang

Alun Takilek Alah Takalam, Ungkapan Salut karena Cerdas Membaca Situasi dan Kondisi

Sebenarnya, kalimat ungkapan alun takilek alah takalam ini biasanya dilontarkan sebagai rasa kagum karena mahir atau jagonya seseorang dalam membaca, memahami situasi, kondisi atau keadaan yang sedang terjadi.

Kata “Alun” dalam bahasa Minang sama artinya dengan kata “Belum”. Sedangkan kata “Takilek” sama dengan “terkilat”, tampak berkilat sebentar (terlihat). Dalam untaian kalimat pepatah ini, kata terkilat bisa diartikan “dikatakan”.

Semantara kata “alah” berarti “sudah” dan kata “takalam” sama dengan “tertulis”, tapi makna dalam kalimatnya di sini “paham, ngerti”.

Dapat dikatakan kalimat ungkapan atau pepatah Minang alun takilek alah takalam dalam bahasa Indonesia, Belum terkilat (terlihat) sudah terkalam (tertulis).

Makna atau arti ungkapan tersebut adalah seseorang itu harus peka, bijak, sehingga bisa memahami apa yang dimaksud seseorang dengan melihat mimik, gestur, atau isyarat, sebelum orang tersebut menyampaikan atau mengutarakan dalam bentuk ucapan atau kata-kata.

Wah, ilmu tingkat tinggi dalam memahami seseorang dong. Ribet pastinya, seribet memahami seorang cewek yang diam aja dengan wajah cemberut dengan kalimat andalan “terserah”, hahaha. Enggak lah.

Peka dan berperasaan halus dalam memahami seseorang dalam pepatah Minang, alun takilek alah takalam ditunjang dengan melihat situasi dan kondisi yang ada. Menarik garis lurus dari rangkaian situasi sebelumnya.

Dengan memahami pepatah tersebut maka akan sangat membantu dalam beradaptasi dalam lingkungan sosial. Bukan hanya paham memberikan ‘treatment‘ alias perlakuan cerdas, tapi juga cepat membaca situasi tanpa perlu mendengar ucapan penegasan, ‘elo gak diajak, jangan nimbrung’.

Contoh Alun Takilek Alah Takalam dalam Kehidupan Sehari-hari

Bisa juga seperti kasus yang saya alami, saya gak perlu harus mendengar nada ucapan ketus dari yang bersangkutan untuk mengetahui bahwa dia sedang tidak menyukai kehadiran saya.

Dari mimik, gestur yang ditunjukkannya, semua terlihat jelas. Apalagi jika dihubungkan dengan situasi saat itu. Kepala saya juga sedang penuh dengan urusan sendiri, diabaikan saja. Hari dia saat itu mungkin jauh lebih lelah.

Contoh lainnya, pernah teman saya sekeluarga berkunjung ke rumah. Karena saya sekarang tinggal di desa, tapi jalan yang dilalui macetnya naudzubillah. Waktu tempuh yang harusnya 1 jam, baru sampai di tempat saya setelah menempuh macet hingga dua jam lebih.

Teman sekeluarga muncul di depan rumah dengan wajah letih perjalanan. Menyerahkan buah tangan yang dibawanya.

Setelah saya suguhkan minuman, dan ngobrol bertanya kabar sebentar, dari situasi yang tersirat dapat saya pahami bahwa teman saya dan keluarganya kelaperan selama perjalanan, udah gak mempan dengan suguhan camilan.

Saya segera menawarkan agar kami makan bersama dulu baru melanjutkan obrolan. Auto disambut oleh teman, “Ko iyo, alun takilek alah takalam, Sal. Paruik iyo lah lapa, makan nasi kandak e“. Kami pun tertawa.

Di lain waktu, ada juga kenalan yang singgah ke rumah tanpa berkabar sebelumnya, serombongan. Mereka singgah setelah berkunjung dari rumah keponakan salah satu anggota rombongan.

Kebetulan saya sedang sendiri di rumah. Perumahan masih sepi, warung nasi belum ada di dalam komplek perumahan, waktunya juga sudah lewat jam makan siang. Saya menjamu tamu dengan minuman dan stok camilan yang ada di rumah.

Sebenarnya, dari situasi yang dapat saya baca, mereka kelaparan, perutnya pada gak mempan diumpan camilan. Tapi situasi saat itu tidak ada yang mau dimintain tolong untuk nyari nasi bungkus, belum ada juga buibu yang berjualan online.

Mau diajak ke rumah makan terdekat, sepeda motor juga lagi dibawa teman hidup. Mau ikut kendaraan mereka, trus ntar nganterin saya lagi ke rumah, kok yo ribet amat.

Akhirnya, saya mengabaikan pepatah alun takilek alah takalam, saya memilih kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu, hahaha.

Biarin aja kalau setelahnya diomongin, “Si Salma, padiah baso e wakatu kami singgah batamu ka rumahnyo. Ndak dapek nasi sapiriang doh = Si Salma agak kasar basa basinya dalam menyambut tamu orang sekampung, gak disuguhkan makan”.

Pada kesempatan lain, kami 6-8 orang ada mengerjakan tugas kegiatan sosial, udah waktunya jam makan siang. Ketua dan bendahara pandang-pandangan, kemudian bisik-bisik, mereka kudu nyiapin nasi bungkus untuk makan siang, tapi kasnya semakin minim. Kami yang lain memilih pura-pura gak melihat, gak paham. Seakan kompak berprinsip, selagi masih ada, bukan minus, ya digunakan lah, wkwkwkwk.

Sebenarnya banyak kasus dalam kehidupan bersosial sehari-hari yang sangat erat dengan pepatah Minang alun takilek alah takalam, yang membuat kita memahami situasi yang ada, sehingga memberikan pilihan pada kita untuk menentukan sikap.

Simpulan

Hati-hati dengan mimik, gestur dan ekspresi yang sengaja kamu tunjukkan pada orang lain dengan maksud-maksud tersembunyi. Orang lain bisa membacanya sesuai ungkapan, alun takilek alah takalam.

Hidup itu bukan hanya tentang dirimu yang minta dipahami, tapi ada juga kondisi orang lain yang membuatnya memilih bersikap seakan tidak memahami apapun, pura-pura bego.

Jika lelah dalam menjalani hari, ingat selalu tiga pusaka kebajikan yang diingatkan HR.Thabrani, merahasiakan keluhan, merahasiakan musibah dan merahasiakan sedekah.

Selamat mengingat pepatah, petuah kehidupan dari tetua. Salam jejak #Sastra dari mata, rasa dan pikiran YSalma.

1 comments

Terima Kasih Untuk Jejakmu, Temans :)

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.