Ketemu Pecal dan Ongol-Ongol Medan di Pasar Festival GNI Cileungsi


Olahraga sembari menikmati kuliner merupakan sebuah paket family time yang murah meriah, tetapi sangat berkualitas bersama keluarga. Apalagi jika menemukan jajanan tradisional yang tidak mudah dijumpai di tempat lain. Misalnya seperti pecal dan ongol-ongol khas Medan. Terlebih lagi, jika rasanya dapat mengobati kangen akan penganan khas daerah. Rasanya lidah bahagia banget.

Pecel & Ongol-ongol di Pasar Festival GNI

Keseruan Olahraga Akhir Pekan Sembari Kulineran

Berolahraga seperti jalan santai di pagi hari, jalan cepat, lari, atau bersepeda, merupakan sebuah alasan untuk mengunjungi suatu lokasi yang mempunyai lingkungan yang asyik dan nyaman untuk melakukan kegiatan tersebut.

Apalagi jika ada gerai-gerai wisata kuliner di sepanjang jalan yang dilalui alias street food, merupakan bonus tambahan yang bikin semangat dan lapar mata.

Seperti kebiasaan yang saya lakukan dari usia SMA, semenjak mulai menjadi anak kost. Jalan pagi pada hari Ahad, biasanya sudah tidak jelas tujuan utamanya, entah jalan paginya atau berburu kulinernya karena malas memasak, wkwkwk.

Apalagi semenjak merantau dan sudah bekerja, makin rada-rada. Saya yang kost di Bekasi Selatan bisa bela-belain ke Senayan setiap Ahad pagi bareng beberapa sahabat. Alasannya, jogging track akan memacu diri menyelesaikan lintasan beberapa kali. Padahal, tujuan utamanya memuaskan lidah terhadap kuliner Minang yang setiap Ahad pagi, waktu itu ramai di seputaran GBK Senayan. Olahraga hanya jadi ‘kambing hitam’ saja, hahaha.

Setelah menikah, saya menularkan kebiasaan alasan berolahraga sembari kulineran ini pada keluarga. Kami sangat rajin bersepeda ke GOR Bekasi yang ada penjual lontong Padang yang maknyus. Atau bersepeda menyusuri jalan-jalan yang akan mempertemukan lidah dengan jajanan tradisional yang rasanya sepadan dengan usaha menuju tempatnya.

Awal-awal pindah ke daerah Kabupaten Bogor yang banyak mempunyai jalur bersepeda dengan pemandangan hijau yang sangat memanjakan mata, gowes bareng keluarga juga masih bersemangat.

Akan tetapi, karena lingkungan tempat tinggal masih sepi, berada di desa yang suku masyarakatnya homogen, jadi jarang ketemu street food yang rasanya lumayan menurut lidah kami.

Nak bujang jadi malas ikut, apalagi semenjak pandemi. Dia memilih ngetem di rumah. Jadilah hanya saya yang masih ‘berkeliaran’ dengan sepeda. Penjelajahan saya tentunya ‘berbuah’, saya menemukan tempat jual pecel Jawa yang rasanya oke. Mari kulineran #eh bersepeda santai πŸ™‚

Berolahraga dan Beragam Jajanan di Pasar Festival Grand Nusa Indah Cileungsi

Pasar Festival GNI ada setelah pandemi agak mereda pada tahun lalu. Lokasinya berada di sepanjang bulevar menuju Blok I pada bundaran kedua di dalam perumahan Grand Nusa Indah Cileungsi, dari arah pintu masuk gerbang utama.

Geliat keramaian pada pasaranya dimulai dari pukul 6.00 WIB hingga pukul 9 – 10 pagi.

Perumahan ini belum semua lahannya dibangun, tapi infrastrukturnya sudah jadi. Awal-awal sih masih gersang, tapi seiring waktu, dengan ditanamnya pohon-pohon di sepanjang jalan, jadi lumayan teduh. Sehingga jalan di perumahan ramai dikunjungi setiap Ahad pagi oleh orang-orang berolahraga.

pecel mie Medan enak
foto seporsi pecal Medan komplit

Sesuai hukum alam, di mana ada orang ramai, maka di situ terdapat sebuh peluang ekonomi, berdagang, bisnis UMKM pun bertumbuh. Ramai juga lah pedagang makanan dan minuman keliling yang berjualan.

Melihat pasar yang ada, pengurus lingkungan sepertinya menangkap peluang tersebut, memanfaatkan untuk warga yang mempunyai usaha, yang biasa dilakukan di rumah, dihimpun di sepanjang jalan tersebut. Yang berjualan mempunyai pangsa pasar dari luar komplek, yang berolahraga jadi mempunyai lokasi kulineran yang terpusat pada satu tempat. Simbiosis mutualisme pun terjalin, ditambah marketing dari mulut ke mulut dan media sosial tentunya.

Ketemu Pecal dan Ongol-Ongol Khas Medan di Pasar Festival Perumahan GNI

Pasar Festival yang ada di Perumahan Grand Nusa Indah Cileungsi diadakan setiap hari Sabtu dan Ahad pagi setiap pekannya. Hari Sabtu agak sepi, mungkin karena sebagian orang masih ada yang mempunyai aktivitas wajib pada hari itu.

Terkadang, pada Ahad pagi, di Pasar Festival ini ada live music, lain kesempatan ada kelompok ibu-ibu yang senam pagi. Tentu semuanya dilakukan dengan prokes memakai masker.

Saat awal keramaian di pasar festival ini, saya hanya melihat dari kejauahan. Gowes hanya melipir di pinggiran bundarannya saja, tidak melintas di jalan bulevar yang dijadikan lokasi keramaian.

Mungkin karena saya sudah sadar diri oleh kelakuan waktu muda, yang kuliner dengan alasan olahraga. Makanya, untuk usia sekarang, harus ada poin menarik versi saya yang mampu membuat saya singgah dan menggugah rasa penasaran *gaya lu mak! πŸ˜› *.

Setelah mendapatkan informasi bahwa di pasar festival GNI ada yang menjual pecal, lupis gula aren, dan ongol-ongol khas Medan, saya jadi bersemangat.

Pada salah satu hari Sabtu yang sudah agak siang, sudah sepi, saya pun singgah ke pasar festival, mencari yang menjual kuliner inceran, pecal Medan.

Ongol-ongol khas medan
foto seporsi ongol-ongol Medan

Beruntung, pada kunjungan pertama itu saya masih kebagian seporsi pecal Medan, seporsi lupis gula aren yang bisa saya bawa pulang. Kenapa disebut beruntung, sebab saat menunggu uang kembalian, pemesan pecal setelah saya, ternyata mendapatkan porsi terakhir. Telat sedikit saya nggak kebagian. Kunjungan pertama saya bakal bikin kecewa dong *lebay*.

Kok saya ke-trigger untuk singgah setelah mengetahui ada penjual penganan tradisional di pasar festival tersebut. Apa menariknya?

Menurut saya, makanan tradisional khas suatu daerah selalu istimewa, sebab jarang ditemukan. Maka mencobanya merupakan sebuah experience. Apakah rasanya mampu memuaskan lidah atau tidak.

Jika rasa makanan tradisional yang ditawarkan sesuai ekspektasi lidah Sumatera saya, maka saya telah menemukan satu tempat membeli jajanan yang pasti dikunjungi lagi setiap ada kesempatan.

Terkadang kita (kita? maksudanya saya πŸ™‚ ) membeli makanan bukan karena rasa lapar perut, tapi lebih kepada rasa lapar pada pikiran terhadap getaran kenangan saat mencicipi penganan tersebut. Makanya authentic rasa makanan adalah koentji.

Jadi, bagaimana rasa pecal Medan dan lupis gula aren yang saya beli di pasar festival GNI Cileungsi? Alhamdulillah, mampu membuat saya tersenyum saat memakannya. Rasa lupisnya juga seperti rasa lupis yang biasa saya makan di daerah asal. Pas.

Makanya, setelah membeli yang pertama itu, beberapa waktu kemudian saya membelinya lagi. Kali ini saya memesan pecal Medan dan ongol-ongol. Rasa ongol-ongolnya juga menggelitik saya membuat keputusan, jika nanti lidah saya kangen mencicipi ongol-ongol, maka saya akan kembali membelinya pada penjual di pasar festival ini.

Harga setiap porsi makanannya, pecal, lupis, ongol-ongol hanya IDR 5K saja. Murah, tapi rasanya boleh lah, khas street food ya πŸ™‚ .

Oiya, pecal Medan komplit terdiri dari bahan utama mie kuning besar, sedikit bihun, sedikit toge, sedikit kangkung, sedikit kacang panjang dan potongan bakwan, kemudian di atasnya disiram dengan kuah kacang. Endes.

Sedangkan seporsi lupis dengan harga IDR 5K itu terdiri dari 3 buah lupis yang disiram saus gula aren. Rasanya manis dan ada sedikit gurihnya. Sesuai rasa lupis yang seharusnya.

Ongol-ongol seporsinya terdiri dari empat potong, saat ditelan ada rasa dingin dan ada rasa tipis gula aren juga. Kenyal-kenyal enak. Sayangnya balutan kelapa parutnya tidak menggunakan kelapa yang setengah tua. Kalau nggak, maknyus banget.

pecal Medan mantap di Cileungsi
foto kiri, pecal Medan sebelum disiram kuah

Ssstt, saya antusias menuliskan pengalaman mencicip kudapan trasional ini karena saya penggemar makanan tersebut.

Nah, di tempat tinggal sekarang, kecuali pecal Medan, saya sering mencoba membeli kue lupis dan ongol-ongol pada penjual berbeda yang saya temukan. Rasa lupisnya terkadang hanya manis, sedangkan ongol-ongolnya lebih sering terasa anyep dengan balutan ampas kelapa. Mengecewakan lidah dan perasaan pokoknya *halah*.

Apa Saja yang Ditawarkan Pasar Festival Perumahan GNI Cileungsi?

Kuliner yang ditawarkan di pasar festival ini lumayan beragam, diantaranya ada bakso bakar yang recommended juga untuk dicoba. Ada yang jual jamu handmade, mpek-mpek Palembang, rujak jambu kristal, burger, pecel Madiun, dan kuliner kekinian lainnya.

Ada juga menu sarapan gudeg, soto, nasi kuning, bahkan ayam ungkep. Beberapa waktu lalu malah ada yang menjual durian.

Selain kulineran juga ada yang menjual ikan cupang, jilbab, mainan anak, serta keperluan rumah tangga lainnya seperti sprei, selimut bulu. Lengkap dah. Temans penasaran juga? πŸ™‚ .

Makanan urusan selera masing-masing, rasa yang ingin dicecap lidah. Tapi, jika rasa itu tidak terjaga, maka bersiaplah kehilangan lidah dari pelanggan petualang kuliner. Akan tetapi, jika rasa yang tercecap pertama kali mampu membangkitkan kenangan, dan rasanya konsisten. Maka bersiaplah menerima banyak kunjungan, efek dari kabar yang disebar si petualang.

So, bagi Temans yang kebetulan sedang gowes, atau berkunjung ke daerah Cileungsi pada akhir pekan, mungkin ingin mampir ke pasar festival ini, dipersilahkan.

Sayangnya beberapa hari belakangan, casus covid-19 kembali merebak. Kegiatan pasar festival sepertinya ditiadakan dulu hingga menunggu situasi covid-19 kembali mereda. Jika situasi sudah kondusif, saat berkunjung nanti, jangan lupa tetap menjaga prokes ya.

Salam #kuliner dari jejak mata, rasa, dan pikiran YSalma. Stay healthy, stay happy.

Iklan

22 comments

  1. Bener mbak, kadang beli makanan bukan karena lapar tapi keingat kenangan lama. Kalau sudah ingar ‘DULU’ rasanya susah untuk nahan gak beli. Mumpung ada, jenis kulineran begini nggak setiap hari ditemui kan ya

    Suka

  2. Aku pikir tadi pecel mbak, ternyata pecal makanya kok bingung ada kaya mie kuningnya. Ya ampun ngiler aku belum pernah nyoba pecal medan soalnya. Tapi bumbu sama kayaknya ya sama pecel bumbu kacang biasanya

    Suka

  3. Ada yang jualan ikan cupang juga? Duh anak saya bakal betah deh kalau dibawa ke sana. Hehehe…
    Salah satu daya tarik tersendiri ya bisa menarik hati kita dengan tersedianya kebutuhan yang diperlukan ya

    Suka

  4. Wah aku juga halak Medan mba, jarang-jarang yah ketemu mie pecal komplit kayajk gitu. Memang cuma di Medan mba selama ini yang komplit makanya suami setiap mudik ke Medan nyarinya mie pecel πŸ™‚

    Suka

  5. Berolahraga di tempat umum begini suka bikin saya senang, tapi sekaligus galau. Kan, kalau olahraga selain pengen sehat juga maunya kurus. Tapi, memang biasanya suka banyak yang jual makanan. Godaan banget hehehe

    Suka

  6. Alhamdulillah ya mbak, berkah jalan pagi ini bisa menemukan Pecal dan Ongol-ongol yang pas di lidah. Apalagi kalau rasanya mirip dengan asal kampung halaman, jadi mengobati rindu yaa.

    Suka

  7. Kirain tadi “pecel” ternyata “pecal” hehehe
    Ternyata itu dari mie kuning dengan berbagai topping sayuran gitu ya mbak? Aku baru tau ada makanan ini ternyata khas Medan yaa πŸ˜€
    Ini Cileungsi yang dimaksud di kabupaten Bogor itu kan ya?Owalah ternyata kita tinggalnya masih mayan deketan ya mbak hehehe

    Suka

  8. Aku baru denger pecal, itu sama dengan pecel ga sih, mbak? Soalnya itu ada mie ya? Tapi bumbunya kacang ya, mbak?

    Jadi penasaran mau rasain deh 😍

    Suka

  9. Aduh aduh, baca postingan ini jadi kepingin ongol ongolnya. Menggoda lidah banget. Senang ya bisa nemu jajanan favorit di festival yang kita kunjungi. Apalagi kalau lokasinya dekat dengan kita. Bisa bolak balik ke sana hehe

    Suka

  10. Sedih ya..
    Karena kasusnya meningkat lagi, semua aktivitas di ruang publik jadi kembali dibatasi.
    Tapi sudah sempat menikmati Pecal dan Ongol-Ongol Medan di Pasar Festival GNI Cileungsi ini…jadi penasaran biasanya orangnya mangkal di mana gitu ya..?

    Suka

Terima Kasih Untuk Jejakmu, Temans :)

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.