Modus penipuan baru sepertinya selalu mencari celah kelengahan calon korbannya. Mereka seperti ‘menguntit’ kebiasaan calon sasarannya sebelum menebarkan perangkap untuk menipu.
Sebenarnya, modus yang dipakai hampir mirip dengan yang sudah-sudah, tapi kemasannya diperbaharui.
Sebelumnya saya pernah menuliskan di blog tentang modus penipuan melalui iklan ganti hp lama dengan hp baru gratis. Tapi data yang diminta data kartu krediti hingga data asuransi calon korban. Iming-iming ganti hp gratis tapi malah dimintain data-data penting.
Waspada Modus Penipuan Baru Melalui Sesuatu yang Dekat
Beberapa waktu lalu, anak saya dan beberapa teman sempat hampir terpedaya oleh modus penipuan melalui media yang dekat dengan keseharian.

Misalnya saja melalui alert yang terkesan dikirim oleh provider yang kita gunakan, melalui pesan WhatsApp dan mengaku teman lama, melalui panggilan telepon dan mengaku saudara jauh, dan banyak moduslainnya.
Phising Melalui Alert (Notifikasi) ‘Provider’ Internet Rumah
Pada 23 Mei 2021 lalu, anak saya yang sedang asyik di depan komputernya tergopoh memanggil saya. Dia mengatakan bahwa ada notif dari MyRepublic, provider internet di rumah yang kami gunakan saat ini.
“Mam, itu ada program reward pelanggan dari MyRepublic. Bertanya tentang perangkat yang digunakan dan tingkat kepuasan pelanggan. Pengguna yang menjawab ada kesempatan memenangkan gadget kece-kece, bentuk apresiasi pada pelanggan. Tapi ada minta nomor kartu kredit untuk pembayaran pengiriman sebesar lima belas ribu rupiah saja.”
Begitu mendengar minta nomor kartu kredit, saya langsung merespon, “Hish, tipu-tipu itu.”
Anak saya yang biasanya ga pernah terpengaruh oleh berbagai iming-iming phising, tetap berusaha meyakinkan emaknya, “masa iya MyRupublic mau nipu pelanggannya yang sudah lama? Coba mama lihat dulu deh ke komputerku sebentar.”
Saya pun mengikuti nak bujang yang tampak penasaran. Dia memperlihatkan laman yang memang terlihat seperti dari provider internet yang kami gunakan.
Judulnya memang ‘Program Reward Pelanggan MyRepublic’, tapi URL yang digunakan adalah parcel-tracking-info.
Nak Bujang memperlihatkan step by step pengisian. Pengisiannya diberi jatah waktu beberapa menit. Salah satu pertanyaannya adalah perangkat yang digunakan saat ini, puas tidaknya terhadap pelayanan internet yang diberikan.
Kemudian pindah ke laman berikutnya.
Saya lupa meminta dia untuk men-screenshot perpindahan laman tersebut. Laman yang baru terbuka ini link yang digunakan berbeda dari URL sebelumnya.
Laman terakhir merupakan milik pihak lain yang memang gunanya untuk menerima pembayaran melalui kartu kredit.
Saya yang melihat proses pengisian data yang dilakukan dari awal hingga berpindah-pindah laman, yang tanpa disadari oleh pihak pengisi yang diburu waktu itu.
Ketika sampai di halaman minta isi nomor kartu kredit, saya langsung berkomentar, “bukannya di awal pengisian, ini baru pengumpulan data dan mencari tahu tingkat kepuasan pelanggan? Pelanggan terpilih yang akan mendapatkan hadiah. Kenapa diujung disuruh bayar biaya pengiriman barang? Kan ga ada pemberitahuan bahwa kamu yang terpilih.”
Nak bujang langsung ngeh, “iya ya Mam.”
Untuk lebih meyakinkan anaknya, saya meminta dia untuk browsing mencari informasi.
Anaknya malah browsing aplikasi pihak ketiga yang digunakan untuk penerima dana biaya pengiriman tersebut. Aplikasi tersebut memang valid keberadaannya.
Nak bujang sempat agak bingung lagi.
Saya mengingatkan untuk browsing tentang informasi reward pelanggan dari provider yang kami gunakan. Kenapa kalau ada informasi begitu tidak ada woro-woronya melalui email atau di laman resminya.
Begitu nak bujang browsing tentang reward provider yang dicatut itu, terpampang lah informasi bahwa program reward itu HOAX.
Nak bujang ngedumel, “phising makin serem aja modusnya. Masa aku lagi nonton, di layar monitorku muncul pemberitahuan seperti itu. Ya, pasti ngiranya itu dari MyRepublic beneran.”
Saya mengingatkan nak bujang untuk lebih hati-hati lagi.
Belantara dunia maya ga kalah garangnya, walau tak ada hewan buas yang terlibat, tapi banyak manusia yang memakai teknologi untuk mengelabui manusia lain dengan memanfaatkan kelengahannya.
Nipu Dengan Menelpon dan Ngaku Keluarga Jauh
Kalau modus penipuan seperti ini saya sudah pernah beberapa kali coba mau dikibulin.
Karena telepon saya beberapa kali berganti, walau sekarang masih tetap hp jadul, banyak nomor yang saya kira sudah dipindah, ternyata tak ada.
Terkadang saya sudah input manual, giliran dicari di phone book hp, gak ada juga. Mbigung, dan lumayan bikin jengkel kalau saat diperlukan. Ketahuannya, saat nyari nomor seperti nomor PAM.
Pernah juga saat mau nelpon saudara yang nggak bisa dihubungi melalui WA. Ketika mau ditelpon, cari nomornya, di contact, tak ayak. Moso mau dicatat dulu dari WA. Hadeh ponsel, itu nomor diumpetin di mana.
Berkaca dengan kondisi hp yang seperti itu, saya lumayan sering mengangkat nomor tak dikenal. Begitu diangkat, yang nelpon langsung nyerocos sok akrab. Ada yang manggil mba, tante, dan bibi.
“Bibi sekarang tinggal di mana sih. Kok lama ga ngasih kabar.”
Kalau dipanggil Bibi, saya yang seumur-umur nggak pernah dipanggil ‘Bibi’, otomatis langsung nyengir, “wah ini mo nipu-nipu nih.”
Begitu ditanya dia siapa. Ada yag nyebutin nama, trus langsung ngejar dengan penekanan bahwa yang dipanggil bibi kok gak peduli banget, sama ponakan lupa. Dia minta dikasih alamat Bibi terbaru, biar dia samperin. Kesan meyakinnya boleh juga.
Inti dari yang nelpon sok akrab ini, dia ngejar empati yang ditelpon, karena selama ini seperti melupakan dia dan keluargnya.
Saya pernah iseng, setelah bilang ‘halo’, dia nyerocos bibi kemana aja menghilang selama ini.
Saya jawab, ‘gw ini bukan bibi-bibi, tapi nini-nini, lho’. Panggilan teleponnya langsung dimatikan dong, hahaha. Gak mau dia bicara dengan nininya apa?
Menggunakan Foto Profil Teman, Sok Akrab di WhatsApp/Medsos lain
Saya sering membaca status dari teman-teman di media sosial yang memberikan informasi untuk berhati-hati. Ada oknum tak bertanggungjawab yang menggunakan foto dia sebagai foto profil si oknum di WA.
Si penipu menghubungi orang-orang terdekat yang punya foto, mengaku itu nomor barunya.
Ada juga yang menggunakan foto tersebut sebagai foto profil di media sosial seperti FB. Kemudian si penipu meng-add ulang pertemanan.
Ada beberapa modus yang digunakan oleh pencuri foto orang lain dan digunakan sebagai foto profilnya, diantaranya:
- Nawarin barang elektronik terbaru dengan harga murah
Saya ingat untuk menuliskan ini karena dua hari yang lalu dihubungi seorang teman lama di Linkedin. Teman saya menanyakan apa saya ingat salah satu teman kerja kami dulu.
Teman saya menceritakan kalau dia ditawarin gadget yang katanya merupakan barang lelang di sebuah kementrian.
Saat teman saya mengelak secara halus bahwa uangnya sudah dipergunakan oleh istrinya untuk keperluan lain, dia dikejar dengan mengatakan boleh di DP dulu.
Teman saya menghubungi saya untuk mencari second opinian tentang kejurigaannya terhadap orang yang menghubunginya via WA itu.
Saya mengingatkan teman untuk hati-hati dan cari kebenarannya dulu. Soalnya saya banyak membaca status teman-teman blogger belakangan ini yang mengalami hal yang sama.
Saya sempat meminta teman untuk menelpon nomor yang ngaku-ngaku itu, sebab sosok yang diakunya itu mempunyai suara yang khas, pasti ketahuan. Palingan ntar si penipu bilang sinyal jelek, kalau ditelpon suaranya kurang jelas.
Berhubung si teman posisinya sedang kerja di luar wilayah Indonesia, menelpon si penipu kurang memungkinkan.
Teman saya sebenarnya sudah yakin itu penipuan, sebab terakhir komunikasi dengan teman yang diaku-aku itu, karirnya sudah melejit, ga mungkin nawar-nawarin seperti itu.
Tapi kalau ternyata benar, gak enak juga. Sebab kondisi teman yang dihubungi ini sangat mampu banget untuk membeli gadget terbaru yang ditawarkan tersebut secara tunai, gak perlu DP-DP-an.
Itu artinya, si penipu mengenal baik calon korbannya.
Beruntung, saat kami berbalas pesan di Linkedin, teman saya bisa mengontak teman yang diaku-aku itu via FB. Dan benar banget, itu modus penipuan dari oknum yang ngaku-ngaku.
- Ngajak kerjasama
Penipu yang nyaru jadi teman dekat korban dengan tampilan foto profil yang sangat meyakinkan, ada juga yang ngajak bekerjasama, ngajak berbisnis.
Si penipu juga ngaku dapat lelangan barang dari kementrian, tapi kurang modal untuk mengambilnya, karena ada minimun kuota pengambilan.
Penipu coba merayu dengan mengiming-imingi keuntungan, karena barangnya dibeli murah dan bisa dijual dengan harga bersaing di pasaran.
Ada juga yang dihubungi oleh si penipu untuk diajak bisnis tanpa modal, cukup mencarikan calon pembeli serius dengan dibuktikan mau menyetorkan uang tanda jadi.
Kalau ada yang tertarik dengan penawaran seperti itu, tanpa sadar kalau dia jadi target penipuan, dia hanya dijadikan kaki tangan oleh si penipu untuk mencari mangsa. Kasihan.
- Ngutang (Pinjam Uang)
Ada yang menggunakan foto profil curian itu dan menghubungi orang-orang terdekat yang punya foto untuk meminjam uang alias ngutang. Banyak yang kena karena niat mau bantu, bukan karena sudah berlebih, tapi karena memposisikan diri dalam kesulitan keuangan yang sama.
Betapa ga beradapnya si penipu *mana ada penipu beradab?* Sudah lah menipu, memfitnah orang lain dengan mencuri foto dan menggunakannya untuk menipu.
Di atas hanya beberapa modus penipuan terbaru di masa pandemi, yang digunakan oleh orang-orang yang mencari jalan pintas dengan cara curang.
Tetap waspada, walau orang yang menghubungi mengaku sebagai kerabat yang sudah lama tak berkomunikasi sekalipun.
Temans, adakah kenalannya yang pernah didekatin oleh penipu seperti modus di atas? Atau ada cerita lainnya? Boleh sharing di kolom komentar.
Sayangnya catatan nomor yang menelepon saya dan mengaku-ngaku sebagai ponakan jauh itu, tercampur-campur sama oretan lain. Ada beberapa nomor yang saya oret-oret di buku dengan nama ‘tipu’. Apa itu nomor tipu beneran, atau nipu perasaan, hehehe.
Kalau nggak, nomor-nomor penipu itu kan bisa dicatatkan dalam postingan ini. Agar orang-orang yang mencari informasi dengan browsing jadi tercerahkan dan terhindar dari modus penipuan.
Salam,
Jejak mata, rasa, dan pikiran YSalma
saya beberapa kali dapat telpon sok akrab, suruh nebak nama. Kalo sudah nebak nama, maka si penipu langsung mengiyakan dan lanjut tricknya. Belakangan melalui chat Wa dengan trick yang mirip, tapi saya abaikan saja
SukaDisukai oleh 1 orang
Nggak boleh blank kalau nerima telpon nggak dikenal yaks. Apaenya kalau di telpon pada jam2 rawan, seperti mata lagi ngantuk.
SukaSuka