[Pengalaman] Pemulihan Muntah Diare Karena Keracunan Makanan


Seminggu yang lalu, Rabu 4 Agustus 2021 teman hidup tetiba beberes kloset yang bermasalah, yang sudah dibongkar dari dua minggu sebelumnya. Dia mau memasang kloset pengganti.

Ceritanya, dia mau memulihkan kembali tempat ‘nongkrongnya’, tanpa harus terburu oleh anggota keluarga lain yang harus ke kamar mandi juga.

Ternyata, setelah dibongkar dari kardus dan mau dipasang, baru ngeh kalau lubang buangan kloset yang baru, beda posisinya dengan yang sudah ada. Mau ditukar udah nggak bisa, karena saat membongkar kardusnya tidak dilakukan dengan rapi.

Jalan keluarnya, dilakukan sedikit modifikasi pada area pemasangan, sedikit bagian keramik harus dibongkar untuk membuat lubang sambungan. Itu juga udah dilakukan dari beberapa waktu lalu. Tinggal pemasangan sambungan paralon yang belum ketemu posisi pas.

pengalaman pemulihan perut karena keracunan makanan di rumah

Muntah dan Diare Karena Keracunan Makanan ‘Basi’

Pagi Rabu itu, saya kebangun setelah teman hidup berangkat ke masjid. Karena berasa mata masih berat, setelah subuhan saya rebahan lagi hingga pukul tujuh.

Biasanya, kalau saya kesiangan seperti itu, teman hidup udah ‘nyari’ sarapan sendiri. Kalau ada roti, ya udah bikin sendiri, kalau nggak ya beli nasi uduk.

Tapi, pagi itu saya ngeh kalau dia hanya minum air putih hangat dan sedikit kopi. Kopinya di gelas masih tampak utuh.

Saat ditawarin sarapan sama nak bujang, dia bilang entar aja.

Nak bujang yang melihat bapaknya kebingungan memasang kloset yang salah beli itu, sempat berkomentar, “mending panggil tukang aja masangnya, daripada dikerjakan sendiri tapi ujungnya manggil tukang juga. Capek iya, selesai enggak.”

Teman hidup tetap mau menyelesaikan sendiri.
Dia bolak balik manggil saya untuk minta pendapat.

Menjelang siang, dia tampak semakin kurang fokus. Ketika saya minta untuk makan dulu, dia baru ngomong kalau sebenarnya dari sebelum Subuh perutnya sudah terasa nggak enak, berasa penuh, begah.

Udah tau badannya berasa nggak enak, kok malah gratak-gratak kloset. Phiuf, bapak-bapak.

Alasannya, nyari keringat sekaligus mengalihkan perhatian dari perut yang nggak nyaman.

Saya pun ‘mengintoregasi’, semalam setelah saya tidur, dia makan apa. *Saya terbiasa tidur ‘sore’. Lelaki di rumah, jam tidurnya setelah lewat waktu Cinderella balik dari pesta*.

Yang nyahut malah nak bujang, “makan bakso yang sebelumnya disimpan di kulkas, sama minuman isotonic dingin.” *nyebut merek tertentu*.

“Bakso biasanya tahan. Apa udah basi? Kok main makan aja. Atau jangan-jangan ngasih sambelnya ampun-ampunan, plus minuman isotonic-nya super-super dingin. Hmmm, wajar lah perutnya ngibarin bendera putih.”

Karena sudah mau Dzuhur, pengerjaan kloset jalan di tempat, teman hidup memilih bersih-bersih badan ke kamar mandi satunya.

Tiba-tiba terdengar suara muntah.

Ketika saya bilang badannya dilap aja. Dia malah bilang nanggung.

Usai mandi, saya kasih minum campuran garam dan gula serta air hangat (oralit buatan). Punggung dan perutnya juga saya balurin minyak kayu putih. Dia sempat tertidur sebentar.

Terbangun, bilang merasa haus. Saya kasih minum air hangat dan suapin roti tawar yang dikasih air panas hingga lunak dan ditaburin gula. Makannya tinggal telan. Maksudnya biar perutnya sedikit keisi.

Selesai makan, baru saya naruh piring ke dapur. Teman hidup sudah muntah lagi di kamar mandi. Keluar semua yang barusan diminum dan makan.

Mengira perutnya bakal enakan, dia minta dibuatin jeruk peras hangat. Gak lama usai minum air jeruk, muntah lagi.

Teman hidup mulai mengeluh kepalanya terasa pusing. Sepertinya efek cairan nggak ada yang masuk. Untung nggak disertai deman.

Saya menduga, muntah ini merupakan reaksi perut terhadap makanan yang semalam dia makan. Sebab, hari ini sebelum muntah pertama, boleh dibilang dia hanya minum air putih hangat dan sedikit kopi.

Teman hidup mulai parno untuk minum dan makan, takut bakal muntah lagi. Perutnya bersuara ‘gemuruh’.

Saya tetap memintanya untuk minum air hangat sedikit-sedikit, karena kalau nggak minum bisa dehindrasi. Etapi benar, dia muntah lagi.

Saya kepikiran untuk meminumkan obat maag, untuk menenangkan perutnya sebelum diisi.

Obatnya bisa diminum tanpa muntah. Tapi setelah satu jam kemudian, saat minum air hangat, semua keluar lagi.

Berikutnya, apa aja yang masuk, dimuntahkan lagi.

Menjelang Magrib, perutnya terasa melilit, diare. Dan muntah lagi. Yang keluar hanya air.

Saya minumkan lagi segelas kecil larutan oralit buatan. Perutnya agak tenang dan nggak muntah.

Usai magrib, saya ajak untuk berobat ke tetangga yang buka klinik di rumah.

Hasil diagnosanya, kemungkinan besar teman hidup keracunan makanan dan minuman yang dikonsumsi pada malam sebelumnya.

Dikasih obat yang harus diminum setengah jam sebelum makan, minumnya dengan sedikit air hangat.
Jika setelah meminum obat tersebut muntah lagi, dikasih juga obat muntah. Kalau enggak muntah, obat muntahnya nggak usah diminum. Ada juga dua tablet obat minum setelah makan.

Dianjurkan juga untuk banyak minum air hangat, minum teh, dan makanan yang lembek-lembek dulu. Punggung dan perut juga tetap balurin dengan minyak kayu putih.

Setelah berobat itu sudah tidak muntah lagi, tapi berganti dengan mules-mules dan diare hingga pagi. Untungnya perut bisa diisi minum air hangat, teh hangat, dan sedikit makanan yang diencerkan. Teman hidup juga bisa tertidur lelap. Kebangun kalau perut terasa mules-mules. Obat yang diminum sepertinya ada obat tidurnya, agar bisa istirahat sepertinya.

Esok hari, Kamis, diare sudah agak jarang rentang waktunya. Tubuh lemas, merasa haus, dan sedikit kliyengan serta ngantuk setelah minum obat. Sempat ngunyah pucuk daun jambu klutuk juga untuk mempercepat menghentikan diare.

Jum’at, masih lemas dan perut juga masih agak mules, tapi diarenya semakin jarang. Makan masih bubur nasi rumahan dan pisang. Sempat minum air kelapa juga karena berasa haus banget katanya.

Hari Sabtu, dia merasa agak enakan. Makan masih bubur. Sudah bisa duduk berjemur di depan rumah. E, dia pesan lumpia rebung pada salah satu tetangga.

Saya yang diberitahukan kalau dia pesan lumpia rebung, tentu aja ngedumel, “rebung enggak bersahabat dengan perut yang sedang mules lho.”

“Maasaa. Lumpianya enggak pedas. Kata pak A enak kok.”

Saya hanya menunjukkan ekspresi terserah, risiko rasakan sendiri.

Seperti dugaan saya, setelah makan beberapa lumpia rebung, doi mencret lagi. Lumpia yang masih tersisa, suruh saya yang ngabisin. Nak bujang nggak doyan.

Saya tentu saja merepet, “mbandel saat badan nggak fit kok dipelihara. Mbok sabar dulu untuk icip-icip kuliner.”

Untung diarenya enggak berlanjut. Tapi itu benar-benar membuat dia kapok sementara untuk nyoba makan yang ‘aneh-aneh’.

Minggu pagi, saat saya pulang dari kang sayur, teman hidup ngasih tahu kalau dia manggil tukang untuk masang closet.

Piuf!
Saya ngingatin kalau kondisi tubuhnya masih belum pulih, mana lagi corona dengan status wilayah perumahan zona merah. Tunda dulu aja.

Teman hidup ngelesh, tukangnya nanti kerja dengan prokes kok.

Ya sudahlah.

Tukang yang memang kerjaannya itu, begitu ngelihat area pemasangan kloset, langsung menyimpulkan, “dikasih adukan semen aja sedikit. Gak usah kasih penyambung paralon.”

Kurang lebih dua jam, klosetnya sudah terpasang dengan rapi oleh si tukang.

Yang enggak ahli, hampir tiga minggu gratak-gratak. Diselengin keracunan makanan segala. Hadeh!

Tukang balik, yang perutnya nggak enak langsung tidur juga.

Bubur Nasi, Makanan Pemulihan Perut yang Muntah dan Diare

Setelah berobat dan sudah tidak muntah lagi, walau masih diare, bubur nasi campur cincangan wortel dan kentang merupakan menu wajib teman hidup. Bubur nasi ini sangat membantu mengademkan perut yang melilit.

bubur nasi untuk diare dan orang sakit
bubur nasi gurih

Sebelum sempat membuat bubur nasi, saya kasih bubur bayi. Tapi dia nggak suka kalau harus makan itu lagi. Saya seling dengan biskuit gandum yang diencerkan dengan air hangat.

Oiya, selain bubur nasi, saya juga selalu membuat wedang jahe yang dicampur labu kuning.

Jadi, untuk menenangkan perut teman hidup yang seperti ‘bergejolak’ karena salah makan itu, selain obat, asupan makan dan minumnya adalah air hangat, bubur nasi, wedang jahe labu kuning, pisang, dan roti gandum yang diencerkan.

Resep Bubur Nasi Gurih untuk yang lagi diare

Bahan:

  • Beras, 1 genggam
  • Air, 1000 ml
  • Daun salam, 2 lembar
  • Serei, 1 batang, geprek
  • Bawang merah, 1 butir, cincang
  • Bawang putih, 1 siung, geprek dan cincang
  • Bawang bombay, 1/4 ukuran kcil, cincang
  • Wortel, 1/2 buah (ukuran sedang), potong dadu kecil
  • Kentang, 1/3 buah (ukuran sedang), potong kotak kecil
  • Kaldu bubuk, secukupnya, sekitar 1/2 sdt (sesuai selera)
  • Garam, sejumput ujung sendok teh
  • Seledri, 1 batang, rajang

Cara Mengolah

  • Cuci bersih beras, sisihkan.
  • Rajang semua bahan yang diperlukan.
  • Tumis bawang merah, bawang putih, dan bawang bombay hingga layu dan harum, ditumisnya di panci tempat membuat bubur.
  • Tambahkan air 500 ml.
  • Setelah air mendidih, masukkan beras yang sudah dicuci.
  • Tambahkan 2 lembar daun salam yang sudah diremukkan dengan tangan. Tambahkan juga serei. Aduk-aduk terus (kondisi pengapian sesuaikan dengan penyusutan air).
  • Kira-kira 15 menit kemudian, setelah air menyusut dan adonan bubur mulai mengental, tambahkan lagi air sekitar 300 ml.
  • Setelah air mendidih, bubur harus terus diaduk-aduk lagi. Kecilkan api karena didihan dan letupannya lumayan tinggi.
  • Setelah adonan bubur kembali mengental, tambahkan wortel, kentang, dan air 200 ml. Aduk rata.
  • Tambahkan kaldu bubuk dan sejumput garam. Aduk lagi hingga bubur mengental. Tes rasa.
  • Sebelum api dimatikan, tambahkan seledri dan kembali aduk rata.
  • Matikan api kompor, bubur nasi gurih untuk yang perutnya kurang sehat siap disantap.

Bubur nasi ini rasanya gurih dan segar, jauh lebih nikmat jika dibandingkan bubur ayam yang dijual. Waktu memasak mulai dari persiapan hingga jadi bubur sekitar 45 menit, tapi hasilnya sangat sebanding dengan rasa.

Setelah perut teman hidup agak enakan, bubur nasi ini saya sajikan dengan topping suwiran daging ayam goreng dan tahu, atau dengan udang goreng.

Teman hidup nggak makan bubur nasi ini baru kemarin Rabu, 11 Agustus 2021. Alhamdulillah, perutnya sudah enakan, sudah bisa makan seperti biasa. Jangan sampai salah makan dan keracunan makanan lagi, serta makan rawit pedasnya coba dikurangi. Masa catatan pengalamannya kena diare gegara sambal makanan :mrgreen: .

Kesimpulan

Jika tubuh sudah memberikan alarm, cepat lakukan tindakan antisipasi. Kalau dari kasus teman hidup di atas, harusnya pagi hari itu dia maksain sedikit makan roti dan minum teh hangat, bukan kopi.

Kondisi badan kurang fit, harus istirahat. Bukan mengalihkan dengan menyibukkan diri tanpa memberikan asupan yang tepat.

Keracunan makanan bisa terjadi setelah beberapa menit, beberapa jam, beberapa hari setelah mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi kuman seperti bakteri, virus, dan parasit lain.

Kontaminasi pada makanan atau minuman menghasilkan zat beracun. Zat tersebut dapat menyebabkan orang yang menyantapnya mengalami mual, muntah, perut mules-mules, diare, lemas, dan terkadang sampai demam.

Atasi keracunan makanan dengan tetap menjaga kecukupan cairan tubuh, santap makanan lunak bersih dan sehat, berobat ke tenaga medis, dan istirahat.

Salam sehat dari jejak mata, rasa, dan pikiran YSalma.

Iklan

16 comments

  1. Terimakasih untuk sharingnya, intinya memang kita harus cepat bertindak untuk penanganan pertama, dan pelajaran juga, setiap pagi memang penting untuk kita sarapan, walaupun hanya makan roti. Sehat selaluu ya mbak.

    Suka

  2. Anak saya pernah apapun yang dimakan dan diminum langsung keluar lagi. Katanya masuk angin.
    Harusnya diinfus, tapi dasar anak dia gak mau. Akhir di rumah saja. Minum larutan gula kurma yang katanya terasa enak. Sampai makan makanan yang lembek dan akhirnya normal lagi.

    Pengalaman yang bisa kita ambil hikmahnya ya dari sakit karena makanan ini

    Suka

  3. Wah, pengalaman yang cukup menegangkan ya mba. Untunglah bisa dicari solusinya. Semoga teman hidupnya sehat-sehat selalu..Btw, lumpia rebung kalo dimakan pas badan fit enak juga hehe..

    Suka

  4. Ya Allah, menjadi istri dan Ibu itu kudu sigap dengan segala kemungkinan yang terjadi selama di rumah yaa…
    Semoga segera sehat dan fit kembali.

    Suka

  5. Saya jg pernah keracunan makanan. Duuh rasanya menyiksa bgt, sampe harus berkali-kali keluar masuk kamar mandi. Ngalamin diare yg bener2 nyiksa bgt. Oh iya bnr kata orang tua dulu, untuk ngatasin diare, cukup mengunyah daun jambu biji dan bener2 sembuh loh

    Suka

  6. Bahaya sekali ka. Kalau sudah muntaber. Meski bukan keracunan emang fatal kak. Tapi ternyata ada penanganan khusus dengan cepat ya kak.

    Suka

Terima Kasih Untuk Jejakmu, Temans :)

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.