Selamat Tinggal September, Selamat Datang Musim Penghujan


Penghujung September sudah tinggal beberapa jam lagi. Soal kontroversi malam yang terkenal dengan istilah ‘darah itu merah jendral,’ biarlah itu menjadi perdebatan mereka yang kompeten dibidangnya.

Yang pasti, saya termasuk generasi yang dulu menonton film G 30 S PKI itu beramai-ramai dengan guru dan teman-teman sekolah, lebih dari satu kali malah. Saya malah pernah juga menontonnya lewat layar tancap *salah satu cara pikniknya anak kampung πŸ˜† *. Dan setelahnya, kadang saya juga masih sering menontonnya kalau diputar di televisi *baca: acara televisi tayangnya semuanya sama 😳 .

Selamat Tinggal September
Musim penghujan, pucuk muda dan bungan akan bermunculan.

Apa yang terekam dalam memory saya sebagai anak SD setelah menonton film tersebut?

Walau ada perasaan agak-agak ngeri saat menontonnya, tapi,karena sudah dibekali dengan cerita guru saat pelajaran sejarah, sudah punya kesiapan mental. Malah jadi ingat bahwa peralihan kepemimpinan presiden pertama RI dengan presiden kedua RI di dahului oleh satu peristiwa yang bernama gerakan 30 September.

Ditambah lagi, karena saya sekolahnya dikampung, yang mana di satu Kecamatan hanya ada satu gedung bioskop ala kadarnya, kegiatan nonton bareng itu adalah salah satu kegiatan yang sangat-sangat menyenangkan bagi murid SD. Setelahnya lanjut makan-makan dipinggir pantai yang tak jauh dari gedung bioskopnya. Nobar dan rekreasi seru deh jadinya πŸ˜† .

Dulu, saya juga sempat mendengar desas-desus dikampung bahwa ada beberapa keluarga terlibat dalam organisasi terlarang tersebut.
Tapi tidak pernah dibahas secara terbuka, mungkin karena tidak diketahui pasti juga keterlibatan mereka dalam organisasi itu.

Seperti sekarang, mereka yang hobi organisasi, ada organisasi baru, saat ada yang ngajak dan dirasa bisa dijadikan sebagai pijakan menyuarakan pendapat maka pada ikutan bergabung. Katanya, ada juga yang tertuduh sebagai ‘anggota’ hanya gegara menerima sebuah cangkul yang dikira adalah sumbangan sukarela tanpa embel apapun, dan membubuhkan tanda tangan pada data yang dikatakan sebagai bukti pembukuan distribusi. Kalau ini mirip ‘serangan fajar’ dengan amplop dan sembako sebelum pilkada atau pemilihan-pemiihan era sekarang yaa.

Yang tahu kebenaran pastinya hanyalah mereka yang terlibat.

Hanya saja, pada waktu itu, mereka yang keluarganya dicap dengan stempel organisasi tersebut, keturunannya susah mendapatkan surat keterangan kelakuan baik. Sekarang semua sudah usai.

Sekarang, mulai lagi pro kontra tentang perlu tidaknya menonton bareng film G 30 S PKI yang katanya alat propoganda pemerintah orde baru.

Kalau menurut saya, yang mau nonton silahkan, yang ga mau nonton ya ga usah dipaksa.

Terlepas dari isi film yang katanya banyak tambahannya, tapi kebenarannya memang ada beberapa anak bangsa yang menjadi korban dalam peristiwa tersebut.

Jadi, anggap saja sama dengan menonton film-film lain yang ide cerita utamanya diambil dari sejarah yang ada, kemudian jalan ceritanya ada tambahan lain sebagai bumbu cerita demi keperluan komersil. Film tersebut disutradarai oleh salah satu sutrada terbaik yang pernah dimiliki insan perfilman Indonesia lho.

Ga perlu diperdebatkanlah boleh atau tidak. Lah, filmnya sudah pernah ditonton oleh hampir semua generasi yang sekarang berusia 40 tahunan.

Kalau dikatakan jalan ceritanya jauh menyimpang dari fakta sejarah, maka dengan menonton film tersebut, akan ada pembelajaran baru bahwa pemerintahan di Indonesia masih berpihak pada kepentingan golongannya, belum sepenuhnya demi kepentingan rakyat. Generasi sekarang diharapkan jangan lagi mengulang hal tersebut 😳 .

Ah sudahlah, biarlah mereka yang paham, yang berpolemik.
Ntar malam, kalau ga hujan dan sariawan di bibir masih bisa diajak kompromi untuk nyengir, tanpa terlalu membuat rasa perih, saya bakal ikutan nobar film ini. Itung-itung mengenang nostalgia masa-masa bersekolah dulu :mrgreen: .

Akhirnya, ucapan selamat tinggal untukmu September, walau penghujungmu diidentikkan dengan merah berdarah, tapi itu tak mengurangi keceriaanmu. Terima kasih untuk hari-harinya ❀ .

Selamat datang untukmu Oktober dan awal musim penghujan. Lirik selokan, got, apakah sudah lancar atau masih mampet oleh sampah, rumput dan bahkan tanah. Selamat bersih-bersih untuk semuanya ❀ .

Ingat juga, jangan sampai keluhan, panas, debu, gerah, berganti dengan keluhan hujan yang tak berhenti-henti, cucian ga kering-kering, banjir dimana-mana. Katanya pada mau hijrah dari manusia pengeluh? Mending sediakan payung dan mantel sebelum musim penghujan itu benar-benar membasahi sekitar tanpa jeda 😳 .

Iklan

12 comments

    • Ga perlu lari kemana-mana, tetap ditempatmu saat ini πŸ™‚
      Tetap buka telinga dan pasang mata serta hati yg ‘terjaga,’ biar pikiran sepenuhnya dalam kendalimu, tanpa terdistorsi oleh riuh rendahnya informasi yg masuk πŸ˜‰

      Suka

Terima Kasih Untuk Jejakmu, Temans :)

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.