Memanfaatkan Sumber Mata Air Berlimpah Untuk Budidaya Ikan


Memanfaatkan sumber mata air berlimpah untuk budidaya ikan nila, itulah yang dilakukan beberapa penduduk di beberapa desa di Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten Jawa Tengah.

Karena mata air yang sepertinya tak pernah surut dalam segala cuaca itu mengalir melewati parit-parit irigasi di sekitar rumah dan persawahan milik penduduk. Sehingga banyak yang memanfaatkan lahan kosong di belakang atau samping rumah mereka, yang dekat dengan parit air untuk dijadikan kolam, membudidayakan ikan. Umumnya ikan yang dipelihara adalah ikan nila. Tapi ada juga yang bercampur dengan ikan gurame.

ikan-nila-hasil-budidaya

Bahkan banyak yang mengalihkan fungsi petak-petak sawah mereka menjadi tambak ikan. Waktu panen ikan nila hampir sama dengan panen tanaman padi, lebih kurang empat bulan.

Rata-rata, tambak ikan milik petani di daerah itu, pinggirannya sudah di semen semua, hanya dasarnya yang tidak, cukup diberi pasir.

Air yang mengairi kolam-kolam ikan atau tambak-tambak ikan itu sangat jernih, selalu bersirkulasi dengan baik. Sehingga ikan yang dihasilkan tidak akan bau tanah.

Budidaya Ikan Memancing Peluang Usaha Lain

Pasaran untuk ikan budidaya ini juga bagus. Ikan yang sudah dipanen akan dibawa ke tempat pembelinya dalam kondisi hidup.

Rumah makan, pasar swalayan modern atau pun pasar tradisional sudah memiliki kolam penampungan sendiri, sehingga ketika sampai ke konsumen, ikan masih segar, kemudian baru diolah sesuai selera, dibakar atau digoreng.

Penduduk lain yang tidak jadi petani ikan, ada yang memilih membuka usaha rumah makan, pemancingan, dan pengolahan abon ikan.

Satu usaha memancing bermunculannya usaha lain.

memanfaatkan-mata-air-untuk-budidaya-ikan

Mereka yang tekun menjalankan apa yang jadi pilihannya, rata-rata perekonomian mereka perlahan membaik. Tapi, yang mau serba cepat, modal usaha kredit, kendaraan yang dipakai leasing, tidak terjun langsung, hanya berlagak ngebos, tidak ingin menikmati sebuah proses, ada juga yang gulung tikar.

Mau usaha pemeliharaan ikan atau bertani, jatuh bangun dalam menjalankannya sepertinya sudah menjadi bagian dari perjalanan yang harus siap dihadapi.

Terkadang ada masanya gagal panen, paceklik. Lain waktu hasil panen berlimpah harga jual rendah. Harga jual bagus, hasil panen cukup aja. Semua tinggal manusia yang menjalaninya, usaha apapun yang dijalankan harus tetap berputar.

Tidak Semua Daerah Berlimpah Sumber Air, Sukses Membudidayakan Ikan

Dulu, waktu pertamakali melihat kolam-kolam ikan di daerah Klaten itu, saya ingat kampung halaman di Sumatera yang juga mempunyai air berlimpah dari dua sungai besar yang ada.

Udaranya juga hampir sama, kalau malam sangat dingin dan waktu siang agak panas, terasa menyengat di kulit.

Di kampung juga ada beberapa penduduk yang membudidayakan ikan Nila. Tapi perkembangannya tidak sepesat yang saya saksikan di Kabupaten Klaten.

Mungkin yang jadi penyebab budidaya ikan dikampung halaman kemajuannya hanya begitu-begitu saja, karena kurangnya tempat pemasaran ikan-ikan nila hasil panen budidaya tersebut.

Secara, kampung halaman walau berada di kaki perbukitan, dan lauk sehari-hari penduduknya adalah ikan, tapi karena lokasinya tak begitu jauh dari pantai, boleh dibilang sebagai daerah pesisir, maka ikan segar laut selalu ada yang menjual.

Lidah masyarakatnya sudah terlalu terbiasa dengan ikan laut segar, mereka kurang terbiasa dengan ikan segar tambak/tabek.

Contohnya ibu saya sendiri, beliau kurang begitu suka dengan ikan kolam. Walau semua anggota keluarganya, anak cucu mantu, doyan aja dengan ikan tabek.

Ibu saya kurang begitu suka dengan ikan budidaya lebih disebabkan apa yang sudah tertanam dipikirannya.

Dulu sekali, sebelum ada kamar mandi di dalam rumah, kami punya kolam ikan di belakang rumah, tapi salah satu pojokan kolamnya berfungsi sebagai tempat BAB. Begitu plung, ikan berebutan memakan yang kuning-kuning itu. Ibu saya geli sendiri membayangkan ikan-ikan itu akan dikonsumsi lagi. Mata rantai makanan yang membuatnya mual :mrgreen: .

Walau sekarang, budidaya ikan kolam itu airnya selalu mengalir dan pakan ikannya berupa pelet jadi. Ibu saya kalau boleh memilih, ia akan tetap memilih ikan yang bukan berasal dari kolam. Hanya kalau anak-anaknya yang dari rantau kangen olahan ikan tabek, ia mengalah *tetap aja hanya nyicip dikit 😆 *

Selain itu, karena ikannya dibudidayakan, harga jual perkilonya agak diatas harga ikan laut. Penduduk tentunya lebih memilih membeli ikan laut.

Sementara di daerah Klaten dan sekitarnya, begitupun daerah Solo, ketika berkunjung kesana, boleh dibilang saya sangat jarang melihat ikan laut segar yang dijual. Sehingga pasar untuk ikan hasil budidaya sangatlah bagus.

Kesimpulan

Dari gambaran dua hasil budidaya ikan Nila yang berbeda daerah di atas, sepertinya keduanya dapat mewakili pepatah, lain lubuk lain ikannya, lain penduduk lain pula kesukaannya *maksa amat 😳 *

***
Ide tulisan ini diinpspirasi oleh foto dan video ikan nila yang siap panen, yang diperlihatkan oleh teman hidup yang baru saja mengunjungi daerah Klaten. Ngiler.

Beberapa tahun lalu, saat saya berkunjung ke daerah tersebut, saya juga sempat melihat ikan-ikan yang begitu banyak dalam kolam milik petani sana. Juga sempat dijadikan bahan postingan, menikmati suara gemericik air mengalir.

Temans, apa kamu punya cerita menarik tentang ikan hasil budidaya juga?

Iklan

8 comments

    • Apapun, kalau panen, kayaknya memang mengasyikkan ya Mbak. Usaha selama ini seperti menemukan jawabannya #halah.
      Pastinya punya kegiatan lain yang lebih menjanjikan, makanya ternak lele tidak dilakukan lagi.

      Suka

Terima Kasih Untuk Jejakmu, Temans :)

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.