Hari ini, 2 September, merupakan Jum’at pertama. Beberapa waktu terakhir sering dihadapkan pada situasi dimana niat baik itu kadang dicurigai, tidak diterima dengan pikiran jernih. Yang memberi dan menerima nasehat akhirnya merasa sendirian, merasa ditinggalkan.
Kadang, kita *jangan ngajak-ngajak, elo aja kali* suka lupa bahwa kewajiban kita hanya menyampaikan. Didengar dan diikuti, itu persoalan lain.
Yang namanya manusia, kecewa adalah sifatnya, jika respon yang didapatkan tak sesuai keinginan, suka menghibur diri dengan ucapan “siapalah kita”.
Memang kita bukan siapa-siapa. Kita hanya manusia yang selalu dihadapkan pada dua pilihan. Dan diberi modal pikiran untuk bisa bebas memilih dengan semua konsekuensinya.
Hal diatas enak dijalankan (diabaikan, setelah berusaha memberikan masukan), jika itu menyangkut lingkaran yang tak begitu dekat.
Bagaimana jika dalam lingkup keluarga sendiri, menyangkut orang yang kita sayangi. Berhubungan dengan mereka yang tak ingin kita lihat jatuh hanya karena kecerobohan yang tak perlu.
Dimana kita mengetahui pula bahwa manusia itu selalu membutuhkan mata orang lain untuk bisa melihat kekurangan/kelemahannya sendiri.
Selalu membutuhkan telinga orang lain untuk bisa mengatahui keburukan mulutnya.
Tak ada yang sempurna di dunia ini. Saling mengingatkan, itu sebuah keharusan.
Kita tahu saudara kita agak sedikit diluar tatanan, diingatkan, eh, malah balik dituduh bahwa kita tak ada bedanya dengan orang luar yang tak bisa memahami mereka.
Wuih,, rasanya kayak mau membuka lebar-lebar mata si saudara yang kita sayangi itu agar bisa melihat jernih.
Tapi,, semua tidak bisa dilakukan. Ada batasan yang harus tetap dijaga.
Kadang, karena cinta pada pasangan, pandangan mata seperti tertutup kabut saat dihadapkan pada kenyataan bahwa ternyata si pasangan bukanlah sosok sempurna seperti anggapan kita selama ini. Kita langsung gerah begitu ada yang memberi masukan tidak seperti yang diharapkan.
Saudara yang memberi masukan merasa sedikit menyesal telah ikut berpendapat.
Hubungan menjadi sedikit renggang.
*Intip semangat September ceria aja kalau gitu* 😛 .
Iya, kalau waktu membuat semua bisa berpikir jernih. Kalau tidak, sisa waktu ke depannya akan berisi dengan prasangka dan praduga.
Seharusnya, kita selalu menggunakan prinsip seperti yang disampaikan oleh mereka yang berilmu,
Katakan kebenaran itu, walau kadang menyakitkan. Setelah itu, serahkan semuanya pada Sang Penguasa Hati dan Kehidupan. Kebenaran akan menampakkan wajahnya dengan caranya sendiri.
Tak akan ada galau, tersinggung, kecewa, apalagi sakit hati.
Kita tidak pernah sendiri, karena DIA Yang Maha Melihat selalu bersama kita, dimanapun dan dalam situasi apapun.
Tidak ada kata berhenti untuk menyampaikan kebaikan, walau terasa pahit 😉 .
Catatan buat diri sendiri yang terinspirasi seorang pengelana dunia yang selalu yakin bahwa dimanapun dia, selalu ada yang menjaganya. Asal, semua perjalanan dipersiapkan dengan matang, bukan dengan kepasrahan tanpa rencana.
Happy weekend.
Kadang memang ada yang alergi kritikan
SukaDisukai oleh 1 orang
Benar Kang,
sebenarnya kritikan itu bisa jadi cermin buat kita. Masih ada yang peduli pada kita.
SukaSuka
Banyak kejadian, bukan isinya yang dipermasalahkan melainkan cara menyampaikannya. Dan ketika pihak-pihak terkaitnya tidak saling menahan diri, setiap kata dan tindakan laksana bensin yang memperbesar. Apalagi harapan yang diletakkan pada masing2 pihak biasanya terlalu tinggi.
Salam dan happy weekend..
SukaDisukai oleh 1 orang
Benar banget, harusnya masing-masing ingat bahwa diri mempunyai keterbatasan. Selalu berusaha berpikir positif dan berkepala dingin.
SukaDisukai oleh 1 orang
Terima kasih Uni tuk pencerahan, tidak semua niat baik bersambut ya. Syukurlah tak dibiarkanNya setiap kita merasa sendirian. Selamat berakhir pekan
SukaDisukai oleh 1 orang
Kalau sudah merasa sendirian ditengah semakin padatnya penduduk bumi, itu akan jadi sebuah kesedihan yang harus segera mendapat obatnya ya, Bu 🙂
SukaSuka
emang aslinya kan kita tidak sendiri ya Mbak? bermilyar-milyar orang di sekitar kita 🙂
salam kenal Mbak, kesasar dari blognya Mbak Swastika Nohara .
SukaSuka
Memang banyak orang disekitar, bahkan bumi sudah sesak katanya,
tapi, saat merasa terabaikan oleh orang tersayang, maka perasaan sendiri itu akan menyeruak dalam hati.
Jabat tangan, maksih udah nyasar dan tahu jalan kembali kan 😀
SukaSuka
Terimakasih sudah di ingatkan mba,
Klu kata ibu, jika saudara snediri, lebih baik disampaikan jika itu utk kebaikannya sendiri, menjaga tp ya selalu dibarengi dgn penyampaian yg sesuai biar gak masuk kuping kanan keluar kiri hehe
SukaDisukai oleh 1 orang
hehe, iya juga, kalau bukan kita yang mengingatkan saudara, siapa lagi. Tapi satu sama lain jangan sampai berprasangka negatif.
SukaDisukai oleh 1 orang
Bila ketemu saudara, teman, atau di pertemuan, saya sering disebut pendiam, hehe… karena saya memang senang mendengarkan, apa saja, cerita-cerita mereka, termasuk nasihat yg baik.
SukaDisukai oleh 1 orang
saya cerewetnya hanya sama anak, Pak. Bahkan sering dikomentari ’emak bawel’ 🙂 Selebihnya seringnya jadi pendengar dan pengamat aja.
SukaSuka