Kisah Tanggal Tuaku Saat Masih Jomblo, Jadi Seorang Emak & Solusinya


Kisah tanggal tuaku, tulisan yang akan ditulis ini, sepertinya bukan hanya aku yang pernah mengalaminya. Temans YSalma yang sedang membaca tulisan ini mungkin punya cerita sendiri dalam versi yang berbeda. Tak perlu menyangkal, hidup itu kan selalu seperti musim yang berputar, kadang mengalami musim panen, lain waktu mengalami masa-masa paceklik :mrgreen: .

Walaupun keuangan sudah direncanakan dengan sebaik-baiknya, namanya manusia, hanya bisa berencana, di tengah jalan, ada saja hal-hal di luar dugaan, di luar batas antisipasi anggaran biaya tak terduga yang sudah disisihkan sebelumnya. Hari pada bulan itu pun dilalui seperti tanggal tua 😳 .

Tanggal Tua Saat Masih Menjomblo

Dulu, saat masih jomblo, kisah tanggal tuaku lebih disebabkan karena kurang bisanya mengendalikan ‘lapar mata’. Saat masih jadi anak sekolah, begitu terima kiriman uang bulanan, langsung ngeceng ke ‘Pasar Raya’ (baca: pasar tradisional terbesar yang terdapat di ibu kota provinsi).

Jaman itu mall belum mewabah, muter-muter memuaskan mata, tanpa sadar membeli sesuatu yang tidak direncanakan. Nyampai di tempat kost, baru ngeh, kalau benda yang dibeli itu bukan kebutuhan, hanya keinginan. Sesal kemudian tiada berguna.

Mulailah aku menghitung uang yang tersisa dan hari yang akan dilewati sampai akhir bulan.

Agar cukup, yang seharusnya makan siang dan malam di warung langganan, digantilah dengan menu mie instan, dengan kuah yang banyak sebagai solusinya. Mau minta kiriman ke orangtua lagi, malu. Duh, nasib! *Lha, ngapain nyalahin nasib?*

Gegara menjalani tanggal tua seperti itu, tekanan darahku jadi drop, ga bisa bangun dari tempat tidur. Ujung-ujungnya, tetap saja mengganggu kesibukan orangtua di kampung. Salah satu dari mereka harus meninggalkan pekerjaanya, datang ke kostku di kota, kemudian membawaku ke dokter untuk berobat.

Apa yang paling menyedihkan dari kisahku ini? Dokter mengatakan kalau aku itu kurang gizi πŸ˜› .

Mendengar itu, gimana ga membuat ibuku geleng-geleng kepala dan berkaca-kaca πŸ˜₯ . Anak disekolahin, dikasih uang bulanan lebih dari cukup, masih saja secara medis kekurangan gizi dan mengalami tanggal tua? Herankan? *ga tau kalau anaknya boros untuk hal yang kurang perlu*.

Kisah Tanggal Tuaku & Solusinya

Apakah aku kapok setelah mengalami kisah tanggal tua yang seperti di atas?

Ketika sudah bekerja, udah punya gaji bulanan sendiri, yang lebih dari cukup kalau hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri, malah seharusnya ada sisa buat ditabung. Aku tetap aja pernah mengalami kisah tanggal tua. Penyebabnya, hal yang sama, suka berkeliaran di mall dan tak bisa menahan lapar mata.

Niatnya hanya nyari buku, tapi tergoda ngelihat apa yang ditawarkan di gerai lain. Padahal, aku sudah jadi member salah satu mall dari awal-awal kerja, suka lupa memanfaatkan diskon yang mereka tawarkan sih. Akhirnya mengalami kisah tanggal tua lagi deh.

Solusi kali ini, aku pilih yang agak gaya dikit, mulai rajin puasa sunat, tapi nge-mallnya ga berkurang, karena tempat kost ku selalu dekat dengan mall atau pusat perbelanjaan. Cukup jalan kaki, udah bisa ngadem di toko buku.

Kemudian, aku muter nyari mbak-mbak SPG yang sedang promosiin barang dengan mencontohkan pengolahan makanan, pengunjung diminta nyicipin hasilnya. Lumayanlah buat ngeganjal perut dan mengurangi jatah porsi makan. Eits, kadang juga ada promo minuman, es krim dsbnya. Ada yang pernah nyobain solusi tanggal tua kayak gini? *pada bilang “sorry, ga level” pastinya πŸ˜† *.

Bagaimana setelah menjadi seorang Emak? Apa punya kisah tanggal tua juga?

Tentu saja pernah, namanya juga hidup, ada masa di atas, ada saatnya berada di titik terendah dalam kehidupan. Wajar saja.

Setelah berkeluarga, kebutuhan pokok dasar, seperti beras, listrik, air minum, uang sekolah anak, asuransi dan internet, dipenuhi di awal bulan setelah gajian.

Walau sekarang sudah jadi ibu rumah tangga sepenuhnya, aku tetap gajian dari kegiatan ngeblog dan kegiatan lain di rumah. Keinginan sebagai seorang wanita dan ibu, tidak boleh berkurang kan ya. Hanya perlu disiasati.

Solusi menyiasati kisah tanggal tuaku setelah jadi emak-emak yang pernah ku lakukan adalah:

  • Menurunkan Standar Hidup

Biasanya di tanggal muda, lauknya daging ayam atau ikan, tanggal tua diganti dengan telur. Tanggal muda kosmetiknya agak mahalan, tanggal tua diganti dengan yang biasa aja, yang penting fungsinya sama 😳 .

  • Mengumpulkan Koin Recehan & Uang Nyelip

Jujur aja, kalau aku termasuk rapi dalam menyimpan uang, tapi anggota keluarga lain, suami dan anak, biasanya mereka naroh uang kembalian di mana-mana.

Saat tanggal tua, aku sebagai emak, mulailah kegiatan menyisir ruangan mencari uang yang nyelip dan mengumpulkan koin recehan yang kadang ada diatas kulkas, laci, bufet. Kadang bisa terkumpul lumayan.

Seharusnya, keluargaku punya tempat khusus untuk koin dan recehan, biar saat diperlukan, tak pakai ribet, dan langsung jadi koin penyelamat di tanggal tua.

  • Mendata Piutang & Menangihnya

Aku sempat menjual perlengkapan muslim di rumah. Ada yang belum lunas membayarnya. Piutang yang sudah lama belum dibayar itu, kadang terlupakan. Saat tanggal tua, mau tak mau, ya, harus ditagih. Kadang jawabannya “sama-sama tanggal tua.” Harus putar otak lagi nyari jalan keluarnya, setidaknya mereka mau mencicilnya.

  • Menjadi Rajin Datang ke Acara Syukuran

Ini sih tips dari kenalanku. Sebab, terkadang yang namanya acara syukuran, kalau diundang, ga perlu ngamplop. Biasanya, agak ogah-ogahan datang, tapi, kalau tanggal tua akan pada datang dengan senang hati. Lumayan kan, makan di tempat, kemudian dibungkusin lagi πŸ˜† . Bisa tertawa bersama tetangga dan sahabat pula. Silaturrahim terjalin, rizki pun mengalir.

Tips ini bisa dilakukan kalau diundang, kalau tak ada undangan, jangan coba-coba ya. Secara makanan yang masuk ke lambung, nantinya akan menjadi sumber kehidupan kita. Gimana kalau yang punya hajat menggerutu, ga ikhlas, ga berkah, akan sia-sia.

Kisah Tanggal Tuaku Rajin Ngumpul
Kisah Tanggal Tua bagian cerita kehidupan. Senyum ketika ngumpul, harus itu ❀
  • Menggadaikan Barang Berharga

Ini dilakukan jika kebutuhan benar-benar mendesak saat tanggal tua, tapi tidak mau kehilangan kenangan dari benda tersebut. Gadaikan kepada orang yang dipercaya, atau tempat terpercaya.

  • Menjual Barang

Solusi ini dipilih untuk barang-barang yang dimiliki lebih dari satu, seperti monitor. Atau barang yang sebenarnya tidak terpakai, tapi memiliki nilai jual dan masih disimpan dengan alasan siapa tau nanti diperlukan.

Misalnya, pernah menjual mesin air ke tetangga yang memerlukannya, tapi karena tanggal tua juga, ia tak bisa membeli yang baru. Sementara kami sudah menggunakan PDAM, jadi mesin air itu pun direlakan, walau harga jauh dibawah harga pasar. Simbiosismutualisme.

  • Ngutang di Warung Terdekat

Solusi ini dilakukan kalau tanggal tuanya tidak terlalu jauh dari tanggal gajian. Si pemilik warung dengan senang hati memberikan apa yang diperlukan, secara jarang ngutang. Jadi, kepercayaan dari orang lain itu tetap harus dijaga dengan baik πŸ™‚ .

  • Ngambil Dana Tunai Asuransi

Kebetulan kami mengikutkan anak dengan asuransi jenis link. Asuransi yang dipersiapkan untuk masa depan anak, dengan terpaksa harus diambil dana tunainya beberapa, untuk mengantisipasi keperluan mendesak di tanggal tua tersebut.

  • Semakin Rajin Puasa Sunat

Sebagai muslimah, aku percaya bahwa puasa itu bukan hanya untuk menahan lapar dan haus. Tapi juga mengendalikan semua hasrat aneh-aneh duniawi. Jadi, saat tanggal tua, ini salah satu solusi yang paling ampuh. Mana saat berbuka tiba, air mineral pun nikmatnya sungguh luar biasa, apalagi kalau ditemani nasi hangat, sambal, goreng tempe plus sayuran bening. Lauk pauk lain, lewat deh πŸ˜€ .

Begitulah pengalamanku saat mengalami tanggal tua dalam hidup. Mungkin mirip dengan kisah teman-teman lain. Mengenai solusinya, bisa banyak ragamnya.Β Semoga bermanfaat.

Semoga tanggal tua tidak terjadi dalam kehidupan siapapun ya. Karena sudah bisa memanajemen keuangan dan kebutuhan dengan baik.

Jika teman yang membaca ngerasa punya kisah tanggal tua yang mirip, link dari Kisah Tanggal Tuaku ini boleh banget di share lewat media sosial teman-teman semua, terima kasih πŸ™‚ .

Iklan

30 comments

  1. huahhahaaaaa… aku sebagai anak kos paling sering ngalamin tanggal tua. dari jaman sekolah, kuliah, sampe sekarang kerja juga masih aja ngalamin tanggal tua. jadi blogger juga salah satu solusi loh mbak. secara sering diundang sana-sini, icip ini itu xixiixi

    Suka

  2. semuanya berawal dari mata yah, uni πŸ˜€

    akhirnya berujung bikin kantong bolong.
    wah pengen ikutan nih…. masih lama kan yah DLnya

    Suka

  3. Semasa jadi anak kos, hampir setiap hari deh berasa tanggal tua, haha.. Soalnya, jatah bulanan dari ortu, udah habis duluan di awal bulan untuk nutupin devisit di bulan sebelumnya.. πŸ˜€

    Bijak dalam mengatur keuangan mutlak hukumnya ya Ni..
    Sebab, kalau tidak, bisa berantakan hidup kita. Apalagi setelah berkeluarga dan memiliki anak..

    Suka

    • Iya, makanya sampai ada nyanyia nasib anak kost ya, Nyiak.
      Setuju, tanggung jawab sebagai orangtua, mrk seharusnya dpt yg lebih baik dr apa yg kita orangtuanya terima dari kakek nenek mrk.

      Suka

  4. Uang nyelip itu kalau dikumpulin yang dari mobil, lemari-lemari, laci-laci, sepertinya bisa terkumpul 500rb…. #pengalaman

    Suka

  5. Hehe aku juga dapet invitation kompetisi blogger ini cuman gak ada ide apa yang mau ditulis πŸ˜€
    Belum bisa rasain tanggal tua soalnya masih belum ngekost ataupun kerja :p

    Suka

    • Aku ikutan jg krn invitation itu, sebelumnya sempat komen di tulisan blogger lain, ga ngeh kalo itu utk lomba, dikira review, tp lupa milik siapa *dasar2 emak pelupa
      Syukurlah belum pernah ngerasai tanggal tua, jangan sampai deh, ketar-ketir ga bisa tidur jg dibuatnya πŸ™‚

      Suka

Terima Kasih Untuk Jejakmu, Temans :)

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.