Tulisan Wanita Salihah yang di kirim ke redaksi koran Leisure Republika pada tanggal 16 November 2014 kemaren, akhirnya muncul di koran Republika hari ini Selasa 2 Desember. Ternyata memang beda rasanya melihat tulisan nongol di media cetak ya.
Kemaren-kemaren sempat terbawa kegembiraan teman-teman yang tulisannya telah lebih dulu berhasil di terbitkan media cetak.
Efeknya, saya ikutan penasaran, ingin coba ngirim juga, pengen merasakan sensasi kegembiraan seperti itu juga.
Merasa sering mendokumentasikan celutukan ajaib anaknya di blog, saya memutuskan untuk mencoba mengirim untuk kategori ‘buah hati‘ di Leisure Republika.
Tanpa bertanya ke teman yang sudah di muat tulisannya *ga enak gangguin*, saya pede aja ngirim sekitar 700 kata (ternyata yang diperlukan hanya 2500 karakter). Ga apa-apa ya, tim redaksinya jadi lebih leluasa mengeditnya 😀 .
Rasa penasaran mengirim tulisan ke media akhirnya terjawab juga. Selamat kepada teman-teman yang sudah merasakannya terlebih dahulu dan terima kasih sudah berbagi informasi.
Tulisan berikut adalah naskah asli yang saya kirim ke tim Redaksi Leisure Republika.
Wanita Sholeha
“Tas ku yang gambar bola itu di simpan dimana, Ma”, anak laki-laki ku yang baru pulang ngaji sibuk mencari tasnya.
Aku yang sedang rebahan, menjawab tanpa mengalihkan mata dari layar tv,”Makanya kalau naruh apa-apa itu di tempatnya, kan sudah sering di ingatkan. Sekarang kamu kebingungan sendiri nyarinya kan”.
“Mama juga menjadi wanita sholeha dong”.
Jawaban anak usia 10 tahun itu membuat ku terkesiap. Langsung duduk dan mematikan tv. Naluri ku sebagai ibu langsung paham, dia baru dapat ilmu pengetahuan baru di tempat ngajinya. Sepertinya Pak ustadz yang menyampaikannya sangat interaktif dan menarik, berkesan. Makanya langsung nempel di kepalanya.
Tanpa perlu menunggu waktu lama di praktekkan lah ke mamanya sendiri.
“Emang wanita sholiha itu seperti apa?”, aku berusaha mengorek lebih banyak apa yang ingin di sampaikannya.
“Kata Pak Ustadz sih, wanita sholeha itu, bicaranya sopan, menutup aurat dan berhati mulia”, dia menjelaskan sambil senyum.
“Hmm,,, kalau gitu, kira-kira mama kurangnya yang mana ya untuk menjadi wanita sholeha itu”
“Menutup aurat udah. Berhati mulia, hmmm, Mama suka ingatin aku untuk ngasih barang-barang ga ke pakai kepada mereka yang memerlukannya. Kata-kata yang baik, mmmm, tadi ngomongnya ga baik sama anaknya, aku kan cuma tanya tas doang”.
Aku memintanya duduk di sebelah ku kemudian merangkulnya,”Ma’afin mama yah. Mama janji jadi wanita sholeha. Tapi, Dzikra juga harus janji mengembalikan semua perlengkapannya di tempatnya semula ya. Biar mudah mencarinya saat di perlukan”.
Dia mengangguk. Kemudian dia sibuk memindahkan buku-bukunya setelah aku menyerahkan tas yang dicarinya.
Gara-gara dialog tersebut, aku jadi ingat peristiwa 6 tahun lalu, saat itu dia masih menjadi murid TK.
Pagi itu, seperti biasa, dia sudah rapi dengan seragam sekolah, sudah sarapan dan semua perlengkapan sekolah sudah siap. Aku gantian berkemas, ganti baju dengan pakaian sopan. Saat memoleskan bedak tipis ke wajah, dia nongol dan tiba-tiba nyelutuk, “Mama ga malu ya ga pakai jilbab?”
Deg! Jantung serasa mau copot, tertohok dan terdiam seketika.
“Memangnya Mama belum tau hadist tentang malu ya?”, dia melanjutkan celutukannya sambil menatapku dengan mimik serius.
Aku menarik nafas dalam untuk menenangkan diri.
“Belum tuh, kamu udah di ajarkan Bu Guru ya?”
“Udah, bacaannya kayak gini nih, Al hayaa u minal iiman. Malu itu sebagian dari iman”.
“Alhamdulillah, anak mama pinter. Ingat pelajaran hadistnya”.
“Kata Bu Guru, anak perempuan itu harus menutup auratnya, kecuali muka dan telapak tangan. Mama kan anak perempuan, pakai jilbab dong, kan malu rambutnya kelihatan”. Dia nyerocos, sepertinya menyampaikan kata-kata Bu Guru di sekolah yang dia ingat.
Tuhan punya caranya sendiri untuk memberitahu yang bisa memberikan kesadaran. Kadang lewat teguran halus, kadang lewat kejadian tak terduga, menyebabkan peristiwa tersebut menjadi titik balik dalam hidup. Alhamdulillah hidayah itu menyentuh hati ku, lewat ocehan seorang anak.
Padahal bertahun yang lalu, neneknya (ibu ku) sudah mengingatkan untuk menggunakan hijab. Mana teman-temanku yang dikenal beliau, semuanya menggunakan hijab. Tapi aku selalu mengelak, dengan alasan yang sama dari tahun ke tahun,”Aku akan menjilbabkan hati dan jiwa terlebih dulu, sebelum menjilbakan fisik ku”.
Nasehat ibu untuk tidak setengah-setengah dalam menjalankan perintah agama, juga tidak membuat ku segera tergerak untuk merubah penampilan. Aku kokoh dengan pendirian dan keyakinan. Pakaian ku selalu sopan, menggunakan lengan panjang dan bukan pakaian ketat yang gimana.
Tapi begitu mendengar sindiran anak sendiri, yang masih berusia 4 tahun, membuat ku tercenung. Mungkin ini saatnya. Dengan kesadaran penuh aku langsung membuka almari pakaian. Mengambil selembar selendang dan melilitkannya ke kepala.
“Asyik, Mama jadi cantik”, dia bersorak riang saat melihat mamanya memutuskan menutup kepalanya.
“Iya dong. Mama kan juga ingin melaksanakan hadist tentang malu”.
Dengan wajah riang dan langkah ringan dia menggamit tangan ku keluar rumah, menuju sekolah. Sampai di sekolah dia langsung bersorak ke teman-temannya kalau sekarang mamanya sudah menggunakan jilbab.
Duh! Semoga aku bisa menjadi ibu yang bisa menjaga sikap dengan mencontohkan perbuatan sehari-hari yang sesuai syari’at. Bukan ibu yang hanya sibuk teriak dengan kata-kata jangan ini, jangan itu. Kalau ingin melarang atau memberi tau sesuatu juga harus dengan alasan yang jelas. Karena anak sekarang ini sangat cerdas, bisa menggunakan nalarnya dengan baik. Tapi seorang ibu juga manusia biasa, yang kadang bisa lupa. Ocehan dan celutukan ringan kadang bisa membuat tersedak.
****
Makasih Mak Ika Koentjoro atas colekannya di FB dan kudapan sehat yang menggugah rasa penasaran untuk mencobanya. Tulisan di koran itu, walau sedikit, ternyata memang lain saat melihat dan membacanya ya 🙂 .
Selamat ya Bun, tulisan nya udah pernah diterbitkan di media cetak..
Saya sama temen-temen juga punya keinginan buat ngirim tulisan ke media cetak. Semoga saja beberapa saat kemudian dapat nongol di media cetak. Aamiin. 🙂
Btw, semoga calon ibu dari anak ku kelak adalah contoh wanita shalihah buat anak2 nya….. *Terlalu cepat 10 tahun untuk ngomongin ini* haha
SukaSuka
Aamiin, di do’akan semuanya untuk yang baik buat Faris deh. Anak muda masih banyak kesempatan mencoba hal-hal positif dan produktif.
Wanita sholihah itu idaman para ibu untuk dijadikan mantu 🙂
SukaSuka
aihihihi… Iya Bun, semoga saja Allah memberikan kesempatan untuk selalu berbuat sesuatu yang positif. 🙂
Aihihihi.. itu juga tepat Bun. memang selalu menjadi idaman setiap orang. 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Subhanallah,… bangga banget ya mbak punya anak pinter gitu, dan mengingatkan kita ke arah kebaikan
SukaSuka
Alhamdulillah, kalau lagi nyimak pelajaran guru, emaknya langsung dijadikan tempat koreksi Bee.
SukaSuka
Wiiiih. Mantabh Mba Y! Saluut!!
SukaSuka
Emak2 penasaran Dan, nyobanya yang sesuai dengan kondisinya aja.
SukaSuka
selamat ya mba untuk artikelnya.
saya belum bisa komentar soal anak, belum punya masalahnya. 🙂
SukaSuka
Bikin dulu kalau gitu 🙂
Eits, dulu kan pernah jadi anak-anak 😀
SukaSuka
iya sih mba. tapi seingat saya, saya itu pas kecil anak pendiam. hahahaha. 😛
SukaSuka
asyek, anak yang ga membuat jantung apanya ‘copot berarti ya 🙂
SukaSuka
jantung apanya??? maksudnya apa mba?
SukaDisukai oleh 1 orang
hehehe, gara-gara bocah ribut ‘apanya’ saya tulis juga,duh emak-emak.
maksudnya :
‘anak pendiam dan kalem itu ga membuat jantung emaknya copot’
SukaDisukai oleh 1 orang
hahaha. biasa juga gitu sih mba. ada yang teriak langsung ketik yang diteriakin. 😀
tapi pendiam kalau dah marah susah ditebak kan mba. hehehehe….
SukaSuka
wah… mantap… selamat, uni.
kapan ya bisa gitu? 😀
SukaSuka
Tinggal kirim, cerita tentang syaikhan.
Kalau Bang Jampang percaya, jagonya tulis menulis deh.
SukaSuka
itu cerita khusus buah hati yah?
punya alamat emailnya?
SukaSuka
Iya, naskahnya berbentuk dialog gitu, yang kayak biasa di tulis di blog.
emailnya : leisure@rol.republika.co.id
Subjek email : Tulisan Buah Hati
Foto yang tambahan jangan digabung dengan tulisan.
SukaDisukai oleh 1 orang
terima kasih uni
SukaDisukai oleh 1 orang
Selamat ya, Mbak Salma! 🙂
Mbak, aku mau nanya bagian yang ini: saya pede aja ngirim sekitar 700 kata (ternyata yang diperlukan hanya 2500 karakter). -> maksudnya pihak Republika mintanya 2500, tapi Mbak nulis hanya 700, atau gimana?
SukaSuka
Makasih Deva,
700 kata itu kebanyakan kalau untuk kategori buah hati, dipangkas separohnya, secara tulisan yg saya kirim sebetulnya bisa jadi dua topik pembahasan.
2500 karakter/huruf, paling sekitar 300 kata kayaknya.
SukaSuka
Oiya ya, karakter kan beda ya sama kata. Self ketok.🙈
SukaDisukai oleh 1 orang
Dulu temenku yang akhirnya bikin aku mantab berkerudung… Tapi sekarang dia sudah meninggal, semoga menjadi sumber pahala baginya…
Selamat ya Mbak.. Potongan korannya bisa dikliping tuh.. 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
Aamiin, jalan ke arah kebaikan itu datang dari lingkungan ya
Ga tau teman buat klipingnya bakal ada apa enggak 🙂
SukaSuka
Haha… Ya kirim tulisan lagi mbak atau pake cara cyrao, ngeprint isi blog.. 😉
SukaSuka
Aaah.. Typooo.. Cara curang maksudnya.. :p
SukaSuka
Ide bagus membuat kliping tulisan nih, pakai kertas warna juga biar mirip ya 😀
SukaSuka
Iya bisa-bisa.. Ajak juniornya juga, sekalian melatih kreativitas.. Dulu pas SD aku sempet dpt tugas buat kliping, pasti bakal lbh seru kalau isi klipingnya tulisan ibunya sendiri.. 😀
SukaSuka
Tugas klipingnya tentang semua yang berbau Budaya Sunda 😀
SukaSuka
Ada kepuasan sendiri ya Bund ketika dimuat di media cetak. Selamat ya..
Maknyos kisahnya, inspiratif sangat. . .
Di rubrik apaan ya?
SukaSuka
Memang harus kisah orangtua dan buah hatinya Mas,
Koran Leisure Republika, Parenting.
SukaSuka
selamat ya uni
ini yg ditulis ulang masih naskah asli atau editan koran? soalnya gaya bahasanya beda
SukaSuka
Makasih Kak,
Naskah asli Kak, Nulisnya memang niat itu, Kak 🙂
Kalau di blog kan apa yang kepikir aja 😳
SukaSuka
selamat kak diterbitkan karyanya
SukaSuka
Makasih, mudahan karya berikutnya jg semangat ngirim2nya 😀
SukaSuka
iya kk bila perlu buat buku dah kak
SukaDisukai oleh 1 orang