Sikap Kurang Sopan


Kalimat ‘sikap kurang sopan’ seperti judul di atas  diucapkan salah satu teman Junior saat sedang bermain di rumah membuat saya tersenyum. Jika dalam kesadaran penuh, anak-anak kelas 4 – 5 SD ini, terlihat sangat-sangat ‘manis’ sikapnya. Tapi kalau lagi ‘asyik’ bermain, seru dengan dunia permainan itu, bisa bikin jantung deg-deg-an, jidat berkerut, kepala geleng-geleng melihat tingkah mereka.

Orangtua Harus Menahan Diri

Saat sedang bermain, mereka seperti terlibat ‘serius’ secara emosi. Mereka bisa seperti mau marahan beneran.

Saya kadang-kadang ‘kurang sabar’ untuk tetap menahan diri dan tidak berceloteh mengingatkan.

Padahal tahu kalau itu bagian dari proses mereka belajar mengurai ketegangan yang terjadi antar mereka saat bermain.

Sebagai orangtua cukup mengawasi saja.

Tapi ya itu seringnya terlontar kata-kata seperti ini dari mulut saya, “Hei, itu cuma permainan, harusnya kan ketawa-tawa, kok kalian kayak Tom sama Jerry aja. Emang seru main kayak gitu?”.

Ini nih, si Riki-nya dibilangin harus kesitu, malah ga mau,” anak yang satu membela diri.

Harusnya kan kamu aja yang pindah tempat, bukan aku,” anak yang satunya ga mau kalah.

Anak-anak saat bermain, kalau ditegor atau diingatin dari jauh, bukannya makin benar, malah mereka berubah jadi ‘si pengadu’.

Argghhhh“.

Emak yang mendengar sahutan mereka memilih diam, setelah mengingatkan kembali, “Itu hanya permainan”.

Sebenarnya, belum pernah sih akibat permainan yang dilakukan di dalam rumah itu berakhir dengan berantem. Baik-baik aja.

Hanya emaknya aja yang agak parno dan merasa ada polusi suara jika mendengar ocehan terlalu bersemangat dari para bocah tersebut.

SANYO DIGITAL CAMERA
Kancut kalau dijemur di depan rumah, juga kurang sopan katanya. Seandainya tempat jemur pakaian, bisanya memang di depan rumah, macam mana ya 😥 ?

Sikap Anak-Anak Dipengaruhi Kebiasaan di Rumah

Di lain waktu, 6 orang teman junior main ke rumah. Secara saya masih nanggung menulis di depan notebook yang memang ada di ruangan mereka bermain, saya tetap melanjutkan ketik-ketiknya. Kebetulan saya duduknya melantai.

Setelah permisi dengan sopan, mereka masuk dan mulai bermain.

Kemudian Junior duduk di bangku kecil, bangku pendek khusus untuk anak-anak. Bangku di tempat biasa dia duduk kalau sedang bermain di situ jika kakinya sudah pegal ditekuk tapi kondisi tidak memungkinkan untuk berselonjor.

Tiba-tiba, seorang anak berbisik, “Kamu kurang sopan, duduk di bangku. Mama mu kan duduk di bawah?”.

Saya yang mendengar, tersenyum di kulum.

Kalau dalam tradisi keluarga Jawa, keluarga bapaknya si Junior juga, memang aturan seperti itu sebuah pertanda sopan dan ketidak sopanan.

Sangat berbeda dalam aturan keluarga saya. Kalau hanya sebatas dalam satu ruangan dan melakukan kegiatan terpisah, duduk di bangku kecil itu bukanlah sebuah penanda ketidak sopanan seseorang.

Dengan lirikan mata saya melihat junior yang dikasih tau temannya. Ia celingak celinguk ga paham. “Kok kurang sopan. Mamaku kan ga minta bangkunya 😆 “.

Kata Mamaku, kalau ada orangtua yang duduk di lantai, kita tidak boleh duduk di bangku,” teman si Junior berusaha memberi penjelasan lagi.

Mamaku kan duduknya pakai bantal, bukan benar-benar di lantai, dari kemaren-kemaren memang seperti itu. Ga pernah dibilang ga sopan tuh“, junior tetap merasa ga ada yang salah.

Ihh ga percaya dikasih tau“, temannya tetap berusaha membahas ‘kurang sopan’ itu.

Akhirnya saya menengahi versi sopan dan kurang sopan tersebut.

Kaliankan ga sedang ngobrol atau bermain sama Tante, jadi gak apa-apa. Bukan kurang sopan itu. Kecuali, kalian lagi ngobrol dan tante ikut main, mungkin kurang enak dilihat sama orang lain. Kok Mamanya duduk di bawah, anaknya duduk di bangku. Tapi sebenarnya kurang sopan atau sopan itu bukan masalah duduk di bangku atau tidak, tetapi sikap. Walaupun sama-sama duduk di lantai dengan orangtua, tetapi kalau sikap yang kalian tunjukkan kurang baik, ya, tetap dianggap kurang sopan. Misalnya nih, orangtua sedang ngobrol menasehati, kalian masih aja asyik mainin hp sembari selonjor sana sini, itu ga sopan. Sebaliknya, walaupun kalian pada duduk di bangku, bangkukan memang untuk tempat duduk toh, kalau sikap duduknya baik, sesuai dengan kondisinya, akan sopan-sopan saja terlihatnya. Tapi duduk di bangkunya jangan sambil angkat kaki, atau kaki naik ke meja, atau duduk di meja. Itu sikap kurang sopan. Ok“.

Semua bocah pada mengangguk-angguk.
Selanjutnya mereka memilih menyebar mencari tempat duduk masing-masing yang menurut mereka nyaman.
Ternyata, anak-anak lain ingin duduk di bangku yang sebenarnya, bukan bangku-bangku mainan yang diduduki si Junior, hanya lupa dipersilahkan si Junior 😳 .

Kesimpulan:

Menerangkan sopan dan ketidak sopanan ketika berkumpul pada anak perlu sedikit diberikan beberapa sudut pandang. Tidak bisa hanya sebatas, kalau ada orangtua dalam satu ruangan yang kebetulan lesehan, sebagai anak ga boleh duduk di bangku. Kalau saya lebih memilih untuk mengajarkan melihat situasinya. Kalau memang harus duduk di bangku yang memang tersedia, tinggal meminta ijin dengan sopan.

Iklan

18 comments

  1. pengajaran kesopanan sudah dimulai sejak dini agar tetanam di dalam hati
    Konflik yang muncul harus segera dilerai dan ditunjukkan siapa yang salah. Anak kecil bisanya maunya menang terus.

    Suka

Terima Kasih Untuk Jejakmu, Temans :)

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.