Tergoda AADC


Tergoda AADC dua belas tahun lalu, sempat saya alami bersama seorang teman, sebut saja namanya Ayang. Waktu itu film ini begitu heboh disetiap perbincangan. Bahkan semuanya mendadak berjiwa pujangga dan menyukai kembali puisi-puisi karya Khairil Anwar. Semua rasa yang terpendam ditumpahkan lewat untaian kata-kata berupa puisi. Saat itu puisi bagian dari gaya hidup, wkwkwk.

Melihat fenomena di tempat kerja seperti itu, saya menghubungi Ayang yang juga suka nonton film. Wabah yang sama terjadi juga di tempat kerjanya.

Singkat cerita, kami berencana menonton film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) yang dibintangi Dian Sastro, Nicholas Saputra, dllnya itu.

AADCBiar lebih seru, kami mengajak teman-teman lain yang juga suka nonton film, nobar gitu. Tapi teman-teman lain lagi mengandrungi film-filmnya Nicolas Cage.

Jawaban teman-teman yang kami ajak itu sungguh menciutkan hati untuk melangkahkan kaki ke bioskop, “Ogah, itu kan film remaja, emang kalian berdua belum puas melewati masa remaja, pengen ngulangin lagi?”

Berhubung sangat penasaran dan sudah terlanjur tergoda sama pemberitaan nih film, saya dan Ayang tetap nonton. Kami ngambil yang tayang setelah Magrib. Sepanjang film diputer kita bisik-bisik, “ceritanya memang seputar dunia remaja banget”.

Bernostalgialah kita dengan mas-masa SMA. Bahkan kami merasa sok akrab aja dengan beberapa lokasi yang ada di film, seperti daerah Kwitang Senen, tempat jual buku-buku bekas yang dulu rajin kita samperin waktu awal-awal ngerantau ke Jakarta. Perekanalan dengan daerah Kwitang Senen jauh sebelum itu, waktu melakukan study tour dari Sumbar ke Jakarta dan Bandung.

Setelah nonton film AADC, kami bergegas ke rumah sakit yang tak jauh dari bioskop, tempat salah satu teman dirawat karena DBD. Ternyata teman yang lain udah pada ngumpul semua disitu.

Dari mana kalian berdua, jam segini baru nyampe, di kontrakan juga ga ada?”, salah seorang dari mereka bertanya.

Saya dan Ayang langsung pandang-pandangan, gimana mau jawabnya. Jujur, bilang habis nonton AADC sudah pasti diketawain. Mau bohong, takut kena tulah batu kebohongan, kalau sampai balik milih pura-pura nggak dengar, kan ga enak banget. Gimana kalau nanti-nanti keceplosan tanpa sengaja, kan ga enak sama sobat baik gitu.

Akhirnya memilih jujur, “kami dari nonton AADC“. Spontan semua teman yang ada di rungan perawatan itu pada geleng-geleng sambil tertawa masem.

Ternyata mereka berdua belum ikhlas meninggalkan masa remajanya, padahal usia udah dua puluh lewatnya banyak“, teman yang lain ikut bersuara. Asem.

Kami sebagai penikmat film, tidak membedakan jenis film yang ditonton, kalau memang bagus, kan sayang kalau terlewatkan. Itung-itung memberi support pada perfilman Indonesia untuk bangkit. Kalau bioskop ramai saat film Indonesia tayang, kan para pekerja film jadi semangat mengeluarkan film-film bagus“.

Alasan kami itu semakin disambut tawa riuh teman-teman.

Mulia sekali niat mereka berdua, bilang aja penasaran sama Nicholas Saputra, soale Nicolas Cage kan sangat tak memungkinkan untuk digapai ๐Ÿ˜† “.

Padahal sosok Nicholas Saputra ga kalah lah ya sama Nicolas Cage. Jangan-jangan orangtuanya si Nicholas Saputra juga penggemar Nicolas Cage? *Ngelantur apaan seh??*.

Sekarang dunia maya dibuat heboh lagi dengan AADC ini, bahkan ada yang menyangka kalau yang lagi heboh itu memang sekuel berikutnya dari AADC. Padahal cuma iklan sebuah sosmed aja :mrgreen: .

Kalau yang segenerasi dengan Dian Sastro mungkin bukan tergoda lagi sama AADC ya, tapi memang merasa, “film AADC gw banget“. Iya kan ? ๐Ÿ˜‰ .

Iklan

26 comments

  1. iya mbaaak…aku termasuk generasi yang terkena demam Cinta & Rangga waktu itu…hehehe…
    Dan agak nyesek karena penantian 12 tahun dibayar dengan short movie 10 menit aja yang penuh dengan sponsor ๐Ÿ˜ฆ

    Padahal waktu teaser nya keluar aku udah maksa2 abah untuk ngajakin aku kebioskop kalo film ini tayang nanti…hehehe…

    Suka

  2. Aniweeeeeei…
    aku ngakak banget baca komen Ganteng-ganteng sembelit itu di blogku mbaaak…bhuahahaha…
    harusnya tagline itu yang aku tulis di meme yang aku bikin yah…kok gak kepikiran…hihihi….

    Suka

  3. Saya setuju, sebagai peggemar film ga harus dikotakin jadi film remaja ato nggak kok. Dan tahun itu emang Nicholas Cage lagi banyak film bagusnya ya Mba. Hihihihi. AADC setelah saya tonton ulang malem ini emang oke kok untuk ukuran film Indonesia jaman itu yang parah banget. ๐Ÿ˜€

    Suka

    • iya sih Dan, sebenarnya karena kita ga pernah nonton film Indonesia ke bioskop sebelumnya,
      *nontonnya kalau udah diputer di tv aja, dulu merasa sayang ke bioskop utk film Indonesia ๐Ÿ˜ฆ

      Suka

  4. Kalok uda dewasa ya seharusnya boleh dongs nonton film apa aja.. Kecuali anak kecil kan ngga boleh nonton film dewasa karena belom waktunya.. ๐Ÿ˜€ *ikutan ngelantur*

    Aku nonton ini pas SD keknya Mbak, beli dvdnya.. Dari dulu uda jatuh cinta sama Nicholas Saputra.. ๐Ÿ˜› *kecil kecil ganjen*

    Suka

  5. Meski cuma iklan, yang mini drama itu kalau boleh dibilang seru juga.
    Kemarin ngeliat AADC-nya ditayangin di tipi, keliatan zaman udah berubah banget. Komunikasi buat pacaran cuma bisa lewat telpon kabel.

    Pas AADC ngehits, waktu itu masih sd, tapi ngefans sama Dian Sastro. :p

    Suka

Terima Kasih Untuk Jejakmu, Temans :)

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.