Batu Cincin Blue Safir dan Kenangan


Batu Cincin Blue Safir yang pernah saya miliki, ketemu saat bersih-bersih pagi ini. Saya jadi tersenyum karena ingat almarhum bapak yang suka dengan batu cincin. Hanya sebatas suka, bukan suka yang sampai tergila-gila, sehingga mengoleksi berbagai batu, yang gede-gede kayak punya Tessy pelawak , bukan.

Almarhum Bapak suka batu cincin bukan juga karena mempercayai ‘khasiat atau magic’ pada batu cincin yang dipercaya sebagian orang. Tetapi sukanya beliau itu lebih kepada hiburan, apalagi setelah pensiun.

Kalau ke pasar, tempat wajib yang ditongkrongi Almarhum pastilah tukang jual batu cincin. Beliau asyik mendengar celotehan si penjual sambil menikmati berbagai warna batu cincin yang dijual.

Batu Cincin Blue SafirBeliau mengagumi bentuk dan warna batu cincin yang terbentuk secara alami, sehingga masing-masing mempunyai keunikannya tersendiri. Kalau ada yang unik menurut mata beliau, dibeli, harganya pun murah meriah.

Yang uniknya lagi, beliau membelikan juga batu cincin untuk kita-kita anak perempuannya, bahkan ibu saya pun tak ketinggalan diminta untuk memakai batu cincin tersebut.

Awalnya, tentu saja kami-kami menolak dengan tegas. Kenapa bisa begitu?

Dulu, kalau di kampung, batu cincin itu selalu identik dengan dukun. Kan ogah banget ya, cewek remaja dibilang penggemar aksesoris dukun 😛 . Mana ibu saya di kampung terkenal sebagai anak seorang ‘guru agama’ *penting nih Mak diceritain juga ❓ *. Jadi, kami tak satupun yang bersedia memakai cincin batu tersebut.

Beliau tidak kehilangan akal. Saya, adek, dan ibu, beliau belikan batu merah delima, kecil, kemudian ikatnya menggunakan emas. Kalau batu cincin seperti ini tentu saja kami tidak bisa menolaknya 😆 *anak-anak dan emak mata duitan ternyata, hahaha*. Tapi akhirnya, semua cincin batu delima dengan ikat emas itu disimpan Bunda dan sekarang sudah tak berbekas.

Berikutnya, saat SMA saya diberikan batu kecubung yang masih muda dengan ikat tembaga. Saat bapak tetangga kos yang kebetulan penggemar batu cincin melihatnya, bilang kalau batu cincin yang saya pakai itu bagus.

Kemudian si bapak tetangga kos bercerita panjang lebar, kalau batu itu alam yang membentuknya, manusia hanya perlu memolesnya sedikit biar terlihat halus dan semakin mempesona. Sehingga mampu memukau mata dan dompet mereka yang suka batu.

Sejak itu saya mulai respect terhadap cincin yang diberikan bapak. Bukan karena batunya, tetapi lebih kepada usaha beliau untuk memilihkan ‘perhiasan’ yang menurutnya paling tepat untuk anak perempuannya.

Sampai sekarang cincin dengan batu kecubung  masih saya pakai, walau tembaga pengikatnya ada yang sudah patah, umurnya sudah lebih dari 20 tahun *Berarti jari saya gak gemuk-gemuk ya, baru nyadar, wkwkwk*.

Batu Blue SafirNah, kalau batu cincin yang di foto atau gambar di atas adalah batu blue safir yang dibawain teman hidup dari Martapura.

Almarhum Bapak pertama lihat langsung naksir, pengen punya juga. Sayang lingkar cincinnya gak pas di jari beliau. Akhirnya Teman Hidup dan Alm Bapak nyari batu blue safir yang sudah diikat ke mall terdekat. Dapet, dan harganya lumayan. Ibu sampai ngomel-ngomel, “Udah tua, masih mikir cincin batu” 😆 .

Saat terakhir di rumah, walau sudah agak susah berjalan, beliau sempat saya ajak jalan-jalan ke pasar batu cincin di Jatinegara. Almarhum Bapak senangnya , tapi Bunda merepet. Nasib pasangan yang nggak memiliki hobi yang sama 😉 .

Sayang sekali, sekarang batu cincin yang beliau punya gak tau kemana. Ada yang dikasih ke teman, saudara. Yang tersisa hanya beberapa, tapi berhubung saya tidak se suka beliau terhadap batu, ya gak terawat, kadang gak jelas keberadaannya.

Setiap melihat batu cincin, saya selalu ingat sama almarhum Bapak. Ternyata kenangan indah dalam sebuah benda bisa membuat kita bernostalgia, ingatan seperti kembali ke masa lalu 🙂 .

18 comments

  1. disekitar saya juga byk yg suka bath cincin uni…kadang heran juga apa bagusnya sampe dikoleksi gt dr yg bentuknya biasa sampe yg besar. biasanya dikntor para bpk2 paling heboh klo ngomongin cincn..

    Suka

Tinggalkan Balasan ke Mechta Batalkan balasan