Buanglah Sampah Pada Tempatnya! Seharusnya kalimat tersebut sudah menjadi bagian dari komitmen manusia yang tinggal di bumi untuk saat ini. Secara banjir yang terjadi umumnya airnya penuh sampah. Saat sekarang banjir bukanlah kejadian langka lagi.
Sangat sering dilihat dan di dengar. Sudah seharusnya kita menjadi bagian kecil dalam mengantisipasi banjir, seperti dengan menghindari selokan, sungai, kali, di sekitar tempat tinggal mampet oleh sampah.
Tapi pada kenyataannya, belum semua dari kita orang dewasa menyadari pentingnya membuang sampah pada tempatnya. Bagaimana mau menularkannya pada anak-anak dan generasi penerus bumi ini?
Saya sering melihat di kompleks perumahan lumayan bagus, sampah masih berserakan, gimana di perumahan biasa aja ya. Hmm ga sejalan dengan deretan mobil di garasi rumah yang ditampilkan.
Seperti saat bersepeda pagi saat itu. Saya mendengar dua orang ibu yang sedang membersihkan bahu jalan depan rumahnya yang berfungsi sebagai lahan hijau, sambil ngomel-ngomel *bakat nguping *. Sambil pada berkacak pinggang melihat sampah tetangganya yang berserakan keman-mana.
Si tetangga datang ke sana cuma sekali seminggu, sampah bekas kemasan makanan saat nginap weekend bersama keluarganya itu lumayan banyak. Termasuk sampah rumput saat mereka bersih-bersih halaman rumahnya. Celakanya semua sampah itu dionggok dibahu jalan, bukan ditaroh di tempat sampah yang ada di masing-masing rumah, di dalam pagar dibagian halaman.

Padahal lagi, si tetangga yang belum menetap itu, sebelumnya sudah bertanya, dan diberi tahu oleh ibu-ibu disitu. Sampah-sampah yang ditinggalkannya setiap weekend itu akan diangkut, kalau dia lapor ke RT dan ikut iuran sampah.
Biar petugas kebersihan, dari dinas kebersihan mau mengangkut sampahnya juga. Enggak mahal kok, cuma 15ribu/bulan. Tapi si tetangga sepertinya enggan melakukannya.
Walaupun si ibu-ibu tadi sudah minta petugas untuk sekalian mengangkut sampah tetangganya itu sekalian. Petugas tidak mau dengan alasan tidak ada di daftar rumah yang sampahnya harus mereka ambil.
Hmm,,, 15ribu/bulan untuk petugas kebersihan yang sudah mengangkut sampah-sampah dari rumah aja merasa keberatan. Tetapi tak merasa bersalah pada bumi, pada tetangganya yang mencium aroma tak sedap dari sampahnya, lingkungan yang rutin sekali seminggu didatanginya jadi kelihatan kumuh oleh sampah yang berserakan.
Bagaimana mau ikut berpartisipasi membersihkan got di lingkungan tempat tinggal? Sampah yang dihasilkan sendiri aja, di biarkan berantakan di bahu jalan yang juga dekat got di depan rumahnya.
Pilihan pemikirannya mungkin begini, kalau ga diangkut petugas sampah. Sampah akan berserakan dibongkar kucing kampung atau tikus. Akan mudah terbawa air hujan ke depan rumah tetangganya atau masuk got dan terbawa air di got. Tetangganya mau tak mau pasti membersihkannya ❓ . Melepas tanggung jawab kepada oranglain dengan cara yang sangat tidak elok.
Catatan buat kita semua: Buanglah sampah pada tempatnya! Sebelum sampah-sampah itu mengambil alih lingkungan bersih tempat tinggalmu di bumi ini!
Nah yang kaya gini ini memang masih banyak nih Mbak, dan memang akhirnya yang kena getahnya ya yang sudah menetap 😦
SukaSuka
ga berasa risi sepertinya ya, itu kan sama aja meninggalkan ‘kotoran’ sendiri di depan umum 😦
SukaSuka
jadi ingat foto papan peringatan bagi yang buang sampah sembarangan yang diposting dolhe kontak FB saya…. bunyinya kalau nggak salah “Ya Allah cabutlah nyawa orang yang buang sampah di sini”
😀
SukaSuka
Hahaha, bagus juga tulisan di papannya tuh,
pasti pada mikir kalau buang sampah disitu 🙂
SukaSuka
Kelewatan ya, Mbak.. 😦
SukaSuka
iya, kebangetan 🙂
SukaSuka
[…] ← Buanglah Sampah Pada Tempatnya! […]
SukaSuka
Masa iuran sampah harus disubsidi juga nih. Padahal masukin aja ke terasnya kalau tega mah. 😆
SukaSuka
Hahaha sepertiny ga ada yang tega Rip,
kemaren sepedaan lewat situ, masih ada aja 🙂
SukaSuka
Di tempat aku kalau ngak bayar iuran ngak bakal di angkat mbak..
SukaSuka
sepertinya di perumahan itu juga sama Ri,
ga bayar ga diangkat sampahnya 🙂
SukaSuka