Apakah Yang Dicari Marshanda? Pertanyaan ini sempat terlintas dipikiran pertama kali, saat mendengar berita di TV bahwa artis muda yang sudah berkarir dari kecil ini mengajukan gugatan cerai pada mantan pacarnya (suami) Ben Kasyafani.
Terkejut, bukankah mereka menikah melalui proses berpacaran? Bukankah Marshanda begitu tak bahagia dengan masa kecilnya? Seperti yang diakuinya sendiri? Sehingga dia memutuskan menjadi motivator, berbagi tips kepada anak muda lain, bagaimana dia bisa berdamai dengan masa lalu yang kurang bahagia itu.
Mana sebelumnya di dahului dengan berita heboh upload video kemarahan pada teman masa kecilnya ke dunia maya.
Saya tidak tertarik ikutan melihat aksi video Marshanda tersebut. Bagi saya itu hal yang manusiawi. Mereka yang terbiasa dengan rutinitas padat setiap hari, tidak bisa menjadi diri sendiri di muka umum, lama-lama akan jenuh.
Dengan bertambahnya usia, yang dipikirkan juga semakin kompleks. Sama seperti remaja lain, seorang artis remaja pada titik tertentu juga akan merasa bosan jadi anak baik terus. Mana dimata fans dia dituntut terus untuk tak mempunyai cela, harus membawa aura semangat kebahagian pada lingkungannya kapanpun dan dimanapun dia tampil *padahal mungkin dia lagi bete*.
Tetapi itu semua konsekuensi dari pekerjaan yang dipilih, selalu diliput media. Artis dituntut harus lebih bijak dalam bertutur dan bersikap. Secara dia idola yang digilai begitu banyak remaja yang masih pada labil. Yang belum terlalu memikirkan sebab akibat. Remaja yang begitu mudahnya meniru, yang tak berpikir panjang berbalik untuk menghujat idola yang tak sesuai lagi dengan sosok yang diharapkannya.
Akhirnya berita Marshanda ini membuat saya penasaran juga. Mengetikkan jari di keyboard untuk mengetahui latar belakang yang membuatnya menggugat cerai. Penasaran kenapa pada akhirnya dia berani dan memilih akan mengulang cerita masakecil yang kurang indah itu pada putri kecilnya nan cantik dan begitu lucu, tanpa dosa, Sienna. Kok Bisa?
Ahh, mungkin prinsip mereka berdua memang sudah tak bisa dipersatukan lagi. Dan kebahagian buah cinta mereka, Sienna, akan tetap diatas segala perbedaan itu.
Ternyata tak berhenti sampai disitu, Marshanda akhirnya juga berseteru dengan ibundanya tercinta, keluarga besarnya. Hmm, sempat berpikir, apakah ini hanya sandiwara yang biasa dilakukan para artis untuk membuat namanya jadi pemberitaan. Ada sutradaranyakah? Tapi kok mengekspos ketidak harmonisan keluarga ke khalayak ramai? Memberi ruang pada oranglain untuk berprasangka dan berpraduga.
Tak perlu ikut-ikutan menghujatlah. Kalau memang sakit, ya diobati. Kalau memang ingin mandiri, tinggal diberi ruang dan kepercayaan sama keluarganya.
Secara di lingkungan tempat tinggal, saya sering melihat, anak baik, anak kesayangan keluarga, saat menuju usia dewasa berseteru dengan keluarganya. Bahkan ada yang tetap tega, membiarkan ibunya yang jadi sakit-sakitan karena memikirkannya. Ada yang baru saling mema’afkan saat ibunya menghadapi sakratul maut, saat ibunya memilih memohon ma’af kepada si anak karena tak bisa menjadi ibu sempurna dimata si anak. Semua itu dilakukan si ibu, biar dia ‘pulang’ tak membawa amarah pada si anak.
Hanya saja hubungan anak ibu yang berseteru dilingkungan saya itu bukan artis. Yang tau mereka berseturu paling tetangga kiri-kanan, beberapa teman-teman si anak ataupun beberapa teman orangtuanya.
Dilingkungan teman-teman, juga sering melihat perseteruan, antara anak perempuan dengan ibunya ataupun antara anak lelaki yang tak akur dengan ayahnya,kan? Hayo pada jujur ๐ . Nanti juga akan baik sendiri, kalau tak ada pihak-pihak yang mengompori ๐ .
Memangnya saya nge-fans sama Marshanda? Bukan. Saya cukup salut dan angkat topi sama mereka yang bisa jujur mengakui ke kurangannya, tanpa takut terhadap omongan oranglain ataupun popularitasnya akan menghilang. Dengan catatan, sebelumnya dia bukan mempunyai sejarah pencari sensasi.
Buat kita yang belum bahagia atau Marshanda yang sedang mencari kebahagian? Dimanakah kebahagian itu, sehingga begitu membuat heboh sebagian orang yang mencarinya?
Kata mereka yang bijak, kebahagian itu tak dijual, tak bisa dibeli dengan uang.
Kebahagian itu tidak lah jauh, dia ada di sekitar kita, dia bersemayam di dalam hati. Bangunkanlah kebahagian itu dengan syukur.
Kebahagian juga bisa diciptakan, kapanpun kita inginkan. Syaratnya bisa melihat sesuatu dengan pikiran jernih dan jiwa yang bersih.
Kata teman saya, bahagia itu sederhana.
Disodorkan segelas air dingin saat dahaga, itu kebahagian.
Saat ketemu seragam karate si kakak yang sudah tersimpan 9 tahun, untuk dilungsurkan kepada si adik, itu kebahagian.
Saat berhasil naik kereta yang berdesakan dan dapat tempat duduk, itu kebahagian.
Ternyata bahagia itu dekat dan sederhana bukan? Bagi mereka yng mau melihat. Apakah kau masih mencari kebahagian juga kah โ
saya nggak mengikuti beritanya. cuma tahu dari judul2 tulisan doank.
semoga yang terbaik aja untuk semuanya
SukaSuka
saya juga ngak, cuma sempat menoleh saat dia jujur kalau dia dulu ga bahagia, dan katanya jadi motivator untuk anak2 muda.
setuju, do’akan yang terbaik buat semuanya ๐
SukaSuka
Bipolar disorder katanya ya mak. Memang, selalu bersyukur itu bisa jadi obat hati. Berdamai dgn kenyataan aja biar hidup lebih enjoy ya mak.
SukaSuka
setiap penyakit ada obatnya,
selalu melihat kelebihan yang jauh lebih banyak, dari sedikit kekurangan, itupun sebagai penyeimbang dari DIA,
syukur adalah kedamaian ๐
SukaSuka
Aku cuma tau saja namun tidak mengikuti , yo wes sak karepe wae la wong wes gede malah wes dadi simbok rasah mumet….!!!!
( ya sudah biarkan semau dia lagian dia juga sudah dewasa bahkan menjadi seorang ibu ngak usah di buat pusing )
SukaSuka
jadi pelajaran buat kita aja Ri,
ternyata dapat semua yang tak semua orang lain bisa miliki, belum tentu akan bahagia.
SukaSuka
Ya. Bahagia itu sederhana.
Sesederhana kita melihat senyum bahagia orang lain karena perlakuan kita ๐
SukaSuka
iya,
syaratnya kita mau melihat kebahagian yang berserak disekitar kita.
SukaSuka
like ๐
SukaSuka
mungkin dia lagi galau atau stress tu mbak
SukaSuka
yang tau pasti tentunya dia Pak,
kita saat remaja semuanya sempat mengalami galau, cuma kadarnya yang berbeda-beda ya.
SukaSuka
[…] “Apakah nanti kita melewati Indraprastha, Mam”, junior memulai percakapan dengan mimik serius. Emak yang ga langsung nyambung, sempat terdiam sesaat. Mengingat-ingat, daerah mana yang dimaksud si junior. […]
SukaSuka
Aku senasib sih sama Marshanda. Sama-sama anak broken home. Dan aku ngerasain bener kek mana susahnya move on dari masa lalu, apalagi hubungan dengan keluarga yang bisa dikatakan ngga harmonis. Terkadang orang yang ngga ngerasain cumak bisa menyayangkan dan segala macem. Mungkin kalok dalam posisi yang sama, bakalan sulit jugak untuk berpikir dan bertindak arif bijaksana ๐
SukaSuka
rata-rata setiap orang punya masa lalu yang ‘sulit’, Beb. *Aku juga pernah sulit untuk move on*
tapi untung tetap bertahan di lingkungan yang baik,
sehingga tidak terlalu jauh lari dari jalan yang seharusnya.
banyak-banyak berpikir kelebihan yang ada. Bersyukur DIA masih memberi kesempatan untuk ‘menangis dan menyesal’ ๐ .
SukaSuka