Pesona Pagi Diantara Rumpun Bambu membuatku harus menghentikan sepeda pagi itu. Cahaya pagi di sela-sela daun bambu seperti memberi magis tersendiri bagi mata yang jarang melihatnya.
Angin bertiup lembut membelai pipiku. Udara segar mengisi penuh paru-paru ku dengan aroma tanah pagi yang khas.
Di ujung antara pokok bambu yang ku lihat itu, ada halaman hijau dari sebuah rumah sederhana yang sedang di mandikan oleh cahaya pagi.
Hmm, pikiranku berkelana, membayangkan sesosok pangeran tampan atletis sedang berolah tubuh, para kurcaci di sekitarnya sibuk menyiapkan berbagai menu kue dan minuman sehat sebagai sarapan.
Aku akan dengan senang hati setiap pagi rela gowes kesana, demi menikmati pagi menakjubkan seperti khayalan, cerita dalam negeri dongeng itu.
Apalagi kalau pangeran dongeng itu benar-benar ada, dan beruntung terpilih sebagai bidadari yang boleh melap keringat sang pangeran sambil dihadiahi tatapan penuh pesona seperti milik Mohit Raina. Ingin rasanya waktu melambat.
Suara gesekan daun bambu yang tertiup angin, menyadarkan ku dari lamunan, keluar dari mimpi alam khayal ke dunia nyata.
Ku rogoh kamera hape yang tersimpan di kantong celana gombrongku, ku coba menangkap pesona pagi diantara rumpun bambu yang terhampar di hadapanku dengan kamera hape yang ada.
“Sial”, aku mengumpat, kamera hape sederhanaku tak mampu menangkap semua ke indahan alam saat itu, yang menimbulkan decak kagum dan membuat ku sempat berkhayal.
“Ada masalah apa dek?”, suara seorang ibu bernada curiga, mengangetkan ku dari belakang.
Rupanya dia sudah cukup lama memperhatikan gerak gerikku, berdiam dipinggir jalan sambil motret rumpun bambu dan bergumam sendiri.
Aku mengangguk hormat dan menjelaskan ke kagumanku pada pesona cahaya di antara pohon bambu yang berada di seberang rumahnya itu.
Tatapan curiga si ibu yang seakan ingin menelanjangi isi kepalaku belum hilang dari wajahnya.
Aku memilih pamit dan buru-buru melanjutkan gowes ku pagi itu. Sambil berharap, akan menemukan ke indahan pagi, dengan pesona cahaya di antara rumpun bambu atau semak-semak lain di pinggir jalan berbatu yang ku lewati.
Coba fokusnya diarahkan ke rumah kecilnya, Mbak. Memang rumpun bambunya jadi gelap seperti siluet, tapi pemandangan di luar lebih jelas
SukaSuka
Makasih tipsnya Chris,
ternyata teknik nagmbilnya harus seperti itu, pantesan mhotonya ga berhasil :(.
Besok-besok di praktekkan ah.
SukaSuka
asal jangan sembarangan pegang batang bambunya…. bisa gatel2
SukaSuka
dan bisa luka juga kalau kena daun bambunya 🙂
SukaSuka
Keindahan memang tak hanya tercipta dari sesuatu yg mahal. Sesederhana bambu pun, tetap menyiratkan rupa yang indah. Allahu akbar 🙂
SukaSuka
iya,
karena semua ciptaan-Nya menggambarkan keindahannya sendiri,
tapi tetap dipengaruhi selera yang melihat 🙂
SukaSuka
Satu hal aja yang perlu dari kita sebenarnya ; peka, atau nggak. That’s it. 🙂
SukaSuka
yups 🙂
SukaSuka
Wueh. Ibunya curiga ya. Mungkin dia heran, apa yang unik dengan pemandangan itu ya. Orang kalau sudah biasa lihat, jadi merasa ah biasa aja, padahal kita jarang-jarang kan hehehe..
SukaSuka
Iya Zi,
kalau dimata yang jarang melihatnya,itu ‘pemandangan langka’, secara ga semua pokok bambu yang kena cahaya pagi mempunyai siluet yang bagus 🙂
sayang kamera ga bisa menangkapnya.
SukaSuka
Assalaamu’alaikum wr.wb, mbak Ysalma….
Menurut saya, foto ketikan mbak di atas sangat menarik dari angle cahaya yang dipancarkan. Cahaya itu menerpa latar belakangnya seakan kabus tebal meneyelimuti segala ruang yang ada. Allahu Akbar, saya kagum pada jarak yang mbak tangkap.
Salut 4 jempol untuk foto bersama khayalannya yang masih mengisi ruang ingatan….hehehe. Masih belum lupa ya mbak sehingga masih melekat di ingatan. 😀
Salam manis dari Sarikei, Sarawak. 🙂
SukaSuka
Waalaikumsalam Bunda Fatimah,
Foto yang itu belum berhasil menangkap apa yang saya tangkap dengan mata saat itu,
kalau khayalannya, biar ada cerita agak-agak romantis aja Bund 😉
SukaSuka
Disela-sela pohon bambu kulihat sepasang anak manusia sedang berkasih mesra … achhh, aku ikit cemburu jadinya … hehehe …ikutan terbuai suasana indah semilir angin pohon bambu 😛
SukaSuka
hahaha, si Om ikut mengkhayal juga,
hati-hati ada yang nimpuk 🙂
SukaSuka
kagok ya kalau kita lagi asyik2 moto dilihatin orang, apalagi dipikirnya daun bambu aja kok dikagumi dan difoto2 ya
SukaSuka
Nuansanya teduh banget. Begitupun membacanya. Adeeem
SukaSuka
nuansa kampung ya mbak 🙂
SukaSuka
Kadang aku pede aja mberentiin motor di pinggir jalan trus turun ke sawah moto padi atau rumput. Hihi
SukaSuka
kalau ada yang ngelihat, pasti dahinya langsung berkerut ya Qied,
sambil mbhatin”itu cewek, cantik2 kok sukanya yang aneh-aneh” 🙂
SukaSuka
Mbak salma di tempat aku juga ada.
sebelum masuk perumahan ada pohon bambu yg rindang dan besar besar biasanya jadi penolong para petani biar ngak panas.
Namun sayang sudah 3hr ini sudah musnah, karena di tebang untuk di bangun komplek perumahan yang baru hemmm
SukaSuka
Sebentar lagi pokok bambu bakal susah dicari ya Ri, kalau semuanya berubah jadi perumahan 😦
SukaSuka
Bener mbak salma wah pohon juga langka kali ya…
SukaSuka