Kue Kering Lebaran Favorit di setiap keluarga tentunya berbeda-beda. Biasanya jauh-jauh hari sebelum lebaran, masing-masing anggota sudah mengajukan proposal kue kepada manejer keuangan keluarga alias emak.
Seingat saya, dari dulu sampai sekarang, setiap lebaran, ibunda akan membuat kue kering sendiri untuk keperluan keluarga *maklum tinggal di kampung, belum ada yang bisnis kue kering saat lebaran*.
Biasanya membuat satu jenis kue itu tidak cukup satu atau dua toples, tapi satu wadah ukuran besar. Ini dengan tujuan, kue kering itu nantinya juga bisa dijadikan oleh-oleh untuk keluarga yang balik ke rantau.
Secara ada beberapa kue kering yang biasanya hanya dibuat saat lebaran Idul Fitri aja *kalau sekarang di pusat oleh-oleh di ibu kota kabupaten atau propinsi sudah banyak yang menyediakan, tinggal beli*.
Karena membuat kue keringnya dalam jumlah lumayan banyak, maka dalam satu hari hanya bisa dibuat satu jenis kue kering. Dari pagi sampai waktu menyiapkan menu buka, semua terlibat. Anak-anak ikut membantu, mereka belajar proses membuat kue favorit dan belajar menahan diri biar tetap bisa teguh berpuasa. Tidak tergoda sama aroma kue yang bersileweran menggoda hidung.
Salah satu kue kering favorit keluarga buatan ibunda adalah ‘kue talua’. Kue yang berbahan dasar telur dan tepung terigu serta bubuk pala, proses membuatnya lumayan ribet. Kocokkan telurnya harus pas, adukannya juga, biar kue ga bantet dan mengembang sempurna.
Yang membuat kue talua ini istimewa adalah proses pengapiannya yang agak sedikit ribet. Cetakkannya harus dibakar di dalam sebuah belanga yang berisi pasir, di atas tungku kayu. Kemudian belanganya di tutup dengan seng yang diatasnya juga dikasih api dari bakaran sabuk kelapa. Kebayang panasnya seharian duduk di dekat perapian ini saat bulan puasa. Memasukkan adonan ke cetakkan, menutup dengan seng yang ada api dari sabuk kelapa diatasnya, menjaga api kayu bakarnya tetap stabil. Mana asap ada dimana-mana.
Selama bertahun-tahun saya selalu mencicipi kue ini saat lebaran, baru ikut dua kali dalam proses pengapiannya. Setelahnya, saya jadi ga tega memakan nih kue, kebayang proses membuatnya 😛 .
Ternyata yang membuat kue ini favorit dan dicari, disamping rasanya yang khas, juga karena proses pembuatannya tak semua orang mau menjalaninya.
Kue ini akan selalu menjadi kue favorit tamu di rumah-rumah yang menyediakannya. Kue yang bakal cepat ludes, takkan bersisa kalau tuan rumah tak menyisihkan untuk anggota keluarga yang kebetulan menjadikan kue kering ini sebagai kue favoritnya juga.
Sekarang ini sudah banyak yang menjualnya di warung, walau dengan rasa dan kualitas jauh dibawah buatan sendiri.
Ada lagi jenis kue lebaran favorit selanjutnya yaitu “kacang tojin” kacang tanah kupas, di rendam, diberi bumbu bawang putih dan garam, digoreng, di campur dengan seledri goreng.
Kalau kue favorit di keluarga kecil saya sendiri adalah putri salju, nastar dan kacang mede. Ketiga jenis kue ini sudah jauh-jauh hari di pesan junior. Tapi semua kuenya bukan buatan emaknya sendiri, tapi beli yang sudah jadi. Rasa kue kering akan sangat di tentukan oleh harganya 🙂 .
Oiya kalau di keluarga saya dari dulu sampai sekarang, orientasi kue kering lebaran itu, ya kue kering seperti nastar, kastengel dan kawan-kawannya.
Kalau kue buatan pabrik seperti wafer, permen, itu dianggap jajanan sehari-hari, tapi bagi anak-anak tetap aja ini menarik. Lain tempat, lain kebiasaan, beda kue kering yang akan menjadi favorit lebaran.
Asikkkkkk 😀
SukaSuka
lebaran sebentar lagi 🙂
SukaSuka
Ho’o sis…siapin makannya hehhe 😀
SukaSuka
tadi pagi ibu baru mulai bikin kue nastar
SukaSuka
jadi deh lebaran 🙂
SukaSuka
Lebaran sebentar lagi. Kue lebaran siap-siap mengisi toples di meja~
SukaSuka
jangan sampai berlebihan makan kuenya ya Rip 🙂
SukaSuka
Asyik… pasti kebagian nih…
Baru kemarin si enyak buat kue tenteng 😀
SukaSuka
haru itu,
hebat, enyak tau aja kesukaan anaknya 🙂
SukaSuka
Penasaran bentuk kuenya mbak
SukaSuka
ternyata nama lainnya ‘kue bolu’ kalau di tempat saya, bentuknya seperti ikan-ikan, manggis.
SukaSuka
Buset, ribet banget mbak bikin kue talua…. Aku kayaknya belum pernah makan itu. Tapi kalo teh talua pernah. Semacam teh panas yg dicampur dgn telur mentah. Kalo ga salah khas Sumatera Barat, hehe….
SukaSuka
Hehehe, bisa juga sih ga di buat ribet, tapi rasanya beda,
orangtua tetap memilih cara tradisional itu.
Teh Talua itu biasanya kalau ga telur ayam kampung, ya telur bebek (kuningnya aja) ditambah perasan jeruk nipis. Iya khas Sumbar.
SukaSuka
Jadi ingat, dulu lebaran itu selalu berarti waktunya semua anak, laki-perempuan, bahu-membahu bantu ibuk buat kue. Jadilah kue itu karya bersama. Saya sendiri rutin kebagian ngaduk adonan (ngocok telur). Maklum, anak laki, belum zaman mixer. 😀
SukaSuka
iya ngocok telurnya juga manual,
dulu-dulu saya dipercayanya bagian cetak-cetak, atau yang manggangnya mudah,
sekarang ibunda seringnya bikin kue di rumah adek,di rubung dan dibantu sama cucunya,
kue lebaran dari generasi ke generasi jadinya 🙂
SukaSuka
Kalau gak salah dikampung saya namanya ‘kue bolu yang dicetak kayak gambar ikan, buah manggis dll … pokoknya menarik dan lezatttt cita rasanya … 😀
SukaSuka
iya Om, nama lainnya kue bolu, itu kan termasuk kue yang biasa ada pada acara adat, nikahan.
cita rasanya unik 🙂
SukaSuka
aku jarang beli khusus untuk lebaran mbak, kemari beli malah pas ramadhan dan sudah habis 🙂
SukaSuka
sama sih mbak, beli di Ramadhan kuenya habis duluan,
tapi biasanya beli lagi 😀
SukaSuka
[…] ← Kue Kering Lebaran Favorit […]
SukaSuka