Potret Kartini Masa Kini : Mbak Penjual Pecel, saya pilih sebagai potret yang mewakili semangat emansipasi yang katanya diperjuangkan oleh R.A. Kartini.
Dari bincang-bincang singkat yang saya lakukan ketika membeli pecel pagi itu, saya bisa menarik kesimpulan bahwa mbak ini seorang perempuan pekerja keras.
Mbak penjual pecel ini berasal dari Blitar, sedangkan suaminya asli Solo. Mereka berdua berusaha mengais rizki halal dengan cara bermatabat di perantauan di daerah Bekasi, dengan menjajakan penganan khas daerah, olahan sendiri.
Mereka saling bahu membahu dalam menjemput rezki, tentunya demi kehidupan dari putra-putri yang sudah diamanahkan Yang Maha Kuasa. Masa depan generasi penerus yang lebih baik.
Mbaknya sendiri menjual pecel keliling pada pagi hari. Sementara, suaminya menjual mie ayam waktu siang menjelang sore.
Anak-anak, mereka titipkan sama mertua di daerah Solo.
Hmmm, sebuah langkah awal yang sangat berani dalam merintis usaha sendiri, secara mandiri.
YSalma selalu angkat topi untuk semangat seperti ini. Secara, saya pribadi hingga detik ini baru sebatas ingin juga mempunyai usaha sendiri, tetapi realisasi nyatanya masih sangat jauh. Nyoba beberapa usaha sebentar, kemudian berhenti, atau malah kehilangan ghirah di pertengahan jalan.
Usaha apapun yang dipilih untuk dilakukan, selalu ada banyak tantangan yang menyertainya. Hanya mereka yang fokus lah yang bisa melaluinya.
Tulisan ini diikutsertakan pada Kontes Blogger Kartinian yang diselenggarakan oleh Blog Ceritayuni disponsori oleh Blogdetik dan Blogcamp Group.
salut dengan wanita tangguh berhati baja. berkeliling menjajakan dagangan, sepulang di rumah di sambut cucian, dan panci kotor. tetapi dia masih bisa tersenyum menyapa anak dan suami.
SukaSuka
dimana-mana ada wanita ‘perkasa’
SukaSuka