Potret Kartini Masa Kini: Mbak Penjual Pecel


Potret Kartini Masa Kini : Mbak Penjual Pecel, saya pilih sebagai potret yang mewakili semangat emansipasi yang katanya diperjuangkan oleh R.A. Kartini.

Dari bincang-bincang singkat yang saya lakukan ketika membeli pecel pagi itu, saya bisa menarik kesimpulan bahwa mbak ini seorang perempuan pekerja keras.

Mbak penjual pecel ini berasal dari Blitar, sedangkan suaminya asli Solo. Mereka berdua berusaha mengais rizki halal dengan cara bermatabat di perantauan di daerah Bekasi, dengan menjajakan penganan khas daerah, olahan sendiri.

Mereka saling bahu membahu dalam menjemput rezki, tentunya demi kehidupan dari putra-putri yang sudah diamanahkan Yang Maha Kuasa. Masa depan generasi penerus yang lebih baik.

Mbaknya sendiri menjual pecel keliling pada pagi hari. Sementara, suaminya menjual mie ayam waktu siang menjelang sore.

Anak-anak, mereka titipkan sama mertua di daerah Solo.

Hmmm, sebuah langkah awal yang sangat berani dalam merintis usaha sendiri,  secara mandiri.

YSalma selalu angkat topi untuk semangat seperti ini. Secara, saya pribadi hingga detik ini baru sebatas ingin juga mempunyai usaha sendiri, tetapi realisasi nyatanya masih sangat jauh. Nyoba beberapa usaha sebentar, kemudian berhenti, atau malah kehilangan ghirah di pertengahan jalan.

Usaha apapun yang dipilih untuk dilakukan, selalu ada banyak tantangan yang menyertainya. Hanya mereka yang fokus lah yang bisa melaluinya.

Tulisan ini  diikutsertakan pada Kontes Blogger Kartinian yang diselenggarakan oleh Blog Ceritayuni disponsori oleh Blogdetik dan Blogcamp Group.

Iklan

12 comments

  1. coba kalo lewat kesini, aku mau donk pecelnya..
    sukses ya ngontesnya..

    botoknya juga lumayan Nchie ^^,,
    makasih, Kartini cilik untuk gaweaan Nchie saya belum dapet photo unyu2 Kartini cilik nih 😦

    Suka

  2. perempuan2 pekerja keras dan memiliki semangat
    apapun dilakukan yg penting halal

    aq suka pecel mbak….
    mau doooonk…
    hehe…

    ntar mbak e tak suruh mampir ke tempat diandra deh ^^.

    Suka

  3. Mbaknya bekerja giat mendampingi suami , semoga rejekinya lancar

    selamat ngontes ya, pengen juga ikutan ngeramein acara Mbak Yuni

    Aamiin,,
    saya belum punya photo yang cilik Mbak ^^.

    Suka

  4. Ditempat saya juga ada Mbak2 yang kerjanya dan tampilannya persis sekali dengan foto itu Mbak…
    Ada 4 orang malah…
    Yang 2 penjaja makanan, yang 2 lagi penjual bahan lauk pauk…

    kalau semua perabot punya mereka sendiri,
    lumayan Pak, mereka mandiri.
    dan bukannya itu memang sesuai dengan emansipasi yang diperjuangkan perempuan

    Suka

  5. Jualan pecel pakai sepeda dan kotak gendongan begini jauh lebih ringan ketimbang di junjung di kepala. Selain daya jelajah sepeda juga lebih jauh dari jalan kaki. Ikut senang, setidaknya jualan pecel sekarang sdh jauh lbh modern. Semoga omsetnya juga lebih besar 🙂

    kalau jualannya masih di junjung kepala (kenyataannya masih banyak yang di pikul juga)
    kalau menurut saya minimal untuk jaman sekarang, potret Kartini yang syarat emansipasi itu harusnya seperti ini Bu ^^.

    Suka

  6. Wah…mbak…kalau lewat di sini saya pasti beli..dengan pakaian yang bersih, makanannya pasti bersih juga kayaknya mbak…sukses untuk kontesnya mbak

    Suka

  7. ditempatku juga ada penual pecel emak emak muda gini, Mak
    dan, larisnya bukan main….
    pokoknya ditungguin deh sama banyak orang …..
    karena selain memang pecelnya enak, penjualnya juga ramah … 🙂

    mereka membantu perekonomian keluarga dgn ikhlas dan selalu tersenyum….
    salut ya pada mereka Mak 🙂

    semoga sukses di Acara ini ya Mak…… 🙂
    salam

    Suka

  8. Mbak YSalma, beberapa kali saya ke Jakarta dan menemui penjual keliling seperti Mbak ini kebanyakan mereka bukan orang asli Jakarta ya, dan hebatnya lagi mereka tinggal berdua bersama suaminya lalu menitipkan putra-putrinya di kampung halaman..

    Makasih ya Mbak sudah berpartisipasi kontes Blogger Kartinian di blog saya 🙂

    Suka

Terima Kasih Untuk Jejakmu, Temans :)

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.