Pahamilah Guru


Beberapa hari yang lalu diundang ke sekolahnya junior.. Emak udah ketar-ketir,, Ada apa dengan si junior ??

Junior memang termasuk anak aktif,, bukan berarti dia tidak mengikuti pelajaran. Dia  tidak betah duduk diam, jika menghadapi sesuatu yang kurang menarik,, kurang rajin menulis, secara agak  malesh memegang pensil.  Pensil di pegang sih, tapi dipakai untuk ngetok-ngetok meja bergaya pemain drum, hasilnya pensilnya patah-patah. Pahamilah Guru, kami hanya anak-anak.

Kemaren ibu gurunya curhat,,

“Si junior memang  bukannya tidak bisa bu, tetapi kita bingung mau memberikan nilai. Secara kalau disekolah, kalau bukan hafalan, nilainya adalah hasil kerjaan murid. Dalam bentuk jawaban tertulis. Dia ga betah nulisnya, tetapi kalo dibacakan soalnya, dijawab semua dengan benar. Dan ini kurang adil jadinya dengan murid yang lain”.

Ibu guru juga menambahkan, kemaren saya menasehati anak-anak, kalau ga rajin belajar, nanti ga naik kelas lho,, yang lain mukanya sedih semua,, lha, si junior jawab sendiri,, “gak apa-apa buk, berarti kelas 1 lagi aja“,,.

Trus dia suka merobek bukunya di jam istirahat, dijadikan layangan, kapal-kapalan. Saya larang,, nanti dimarahin sama mamanya lho, bukunya habis dipakai buat mainan. Dia menjawab lagi,, “bilangin aja bu, mamaku enggak marah kok”.

Saya menakuti dengan apalagi yaa, supaya anaknya mau serius??  Ma’af ya Buk,, bukannya kita tidak bisa menangani anak disekolah.  Kita minta tolong orangtua untuk membantu di rumah..

Emak jadi salah tingkah mendengarkan semua laporan tersebut. Dan cuma memberi tau,, anak itu tidak bisa dikerasi,, ditakuti ataupun diancam . Tidak boleh ini, kalau tidak ini,, untuk membuat dia berubah. Hasilnya tidak akan ada bu guru, makasih atas informasinya :(. Pahamilah Guru, murid mu ini.

  • Soal nilai,, apa memang sebaku itu penilaian terhadap seorang  murid, bukannya murid tidak bisa menulis, tetapi kelemahannya memang disitu. Apakah ditahun 2011 ini, murid kelas satu yang lancar menjawab pertanyaan tetapi masih males menuliskannya, masih tidak bisa juga diukur kemampuannya oleh seorang guru?? nilai itu kan ada lima sampai sepuluh,, tidak  harus 100 aja.
  • Murid yang mengapresiasi pernyataan guru yang berupa nasehat, apakah berarti  murid itu tidak sopan??.
  • Buku yang disobek, memang menandakan  masih kurang tanggung jawabnya. Tetapi hasilnya kan juga sebuah kreatifitas, bukan hanya asal sobek aja. Setiap pulang sekolah, dia selalu pamer ke emak, mam hari ini aku bisa buat ini, belajar dari teman. Dan buat emak, itu sebuah kemauan untuk belajar, yang dia belum bisa, menjadi bisa. Emak memang cuma berpesan, di sekolah jangan nyampah sembarangan dan bukunya yang dipakai, satu-satu .

Penanganan emak terhadap junior,,,

Dirumah, emak cuma menyuruh dia mengerjakan PRnya seperti biasa. Dikerjakan sendiri, kalo ada yang ga paham soalnya, dia baru bertanya. Setelah  selesai baru emak periksa, rata-rata cuma ketinggalan hurufnya aja. Makanya selama ini kita ga pernah khawatir, dia bisa mengikuti pelajaran..

Beda dari biasanya, setelah mengerjakan PR, ditambahin dengan cerita. “Anak mama papa ini pinterkan??,  semua soal-soal ini kamu yang ngerjakan sendiri, mama ga bantu sama sekali. Keliatan soalnya banyak, tetapi kalo langsung dikerjakan dengan serius dan konsentrasi, tanpa ngobrol dulu,  selesainya cepat dan benar. Kalau  bisa mengerjakan dirumah, berarti, di sekolah anak mama lebih bisa lagikan?.

Dia cuma senyum-senyum sambil nyelutuk, ” emang aku biiisaa, mam“.

Tetapi guru di sekolah, ga tau kalau kamu bisa“, kalau kamu disekolah mengerjakan seperti ini, baru ibu gurunya tau.

kita berjanji yaa, besok adalah hari baru“,  sambil melingkarkan kelingking junior sama emak :).

Besoknya dan besoknya, pulang sekolah,  dibukunya ada  catatan bu guru. Subhanallah, junior bisa mengerjakan sendiri. “Alhamdulillah, hari ini ananda benar-benar anak shaleh”, dengan nilai 100.

Emak cuma bergumam, Alhamdulillah, mudahan junior bisa jaga konsentrasinya terus. Biar guru di sekolah bisa memahami junior, dan ga kebingungan lagi menilai junior :). Pahamilah guru, untuk sebagian murid akan bereaksi sesuai anggapan gurunya.

Sekolah paling baik,, memanglah rumah,, guru yang paling baik,, adalah kedua orangtua,, sekolah hanyalah fasilitas sebuah pendidikan formal..

Iklan

49 comments

  1. Memang ini sulit Bu …
    Ada beberapa sistim nilai … yang mau tidak mau … harus kita patuhi …
    ada beberapa prosedur yang … sekali lagi … mau tidak mau … juga harus diikuti …

    Saya pikir perlahan-lahan … Junior akan belajar hal ini …
    Untuk bekal dia nanti … di kehidupan tatanan sosial …

    Salam saya Bu

    yups,, betul sekali Om
    dia harus bisa memahami, dan belajar, lain lubuk, lain ikannya 🙂

    Suka

  2. hehehe..Dzikra niru bapak’e opo simbok’e yo? ah pasti perpaduan keduanya, cuma persentasenya lebih banyak simbok’e, hehe.
    Teruslah berkreasi Ni Yen, for be a great mommy…tar klo aku menikah dan punya anak..aku bisa berguru padamu!

    ssttt,, jangan bilang-bilang chel,, ntar blogger lain jadi tau, kalo mbok e mbandel 😉
    soulmatenya kapan mau dikenalkan ke aku nih,, ntar kabari yaa 🙂

    Suka

  3. Hehehe..
    Nanti sepertinya saya akan merasakan hal yang sama ini..

    Mengenai nilai..
    Sebernarnya dalam penilaian ada aspek2 lain yang bisa dinilai..
    Bukan berarti tidak mau menulis itu nanti nilainya jelek..

    Bukankah kita seharusnya menilai yang anak bisa, bukan mencari yang anak tidak bisa..
    Maaf jika salah..

    Salam..

    setuju Pak Guru,, memaksimalkan yang anak bisa, dan membimbing yang dia belum bisa
    dengan tanpa menghilangkan rasa percaya dirinya..

    Suka

  4. Subhanallah,,, Saya senang membaca kisah ini, sungguh menarik tntang sebuah cara belajar anak ^^

    Salam kenal dan salam semangat selalu

    salam kenal juga ^^.

    Suka

  5. Aduh, kalo saya jadi orang tuanya bisa langsung jidat kerut di rumah, sambil misah-misah, hahahaahha… Jadi orang tau emang harus sabar dan cerdas ya mbak salma… fiuuhhhh… saya belajar beneran nih… thanks!

    Suka

  6. Dan keluarga adalah madrasah pertama seorang anak, dengan ayah dan bundanya sebagai guru sekaligus teladan….
    *Doa Junior : Semoga emak selalu di sayang Allah…. Amin…

    _salam kenal mba’ 🙂 _

    Amin..
    salam kenal kembali ^^.

    Suka

  7. Junior hebat yo..ane dulu waktu skolah dari SD ampe lulus SMA kesekolah tuh cuma bawa buku 1 biji, itupun gak abis 1 thn. Sebab, ane gak betah lama-lama diem di kelas, apalagi sambil nulis. Trs ane jarang sekolah bahkan ane tiap tahun dapat ranking 1 untuk katagory “bolos terbanyak”…tapi akhirnya ane bisa lulus dengan nilai terbaik..dan sempet dpt beasiswa jg bwt ngelanjutin kuliah, tp gak ane ambil. Sebab ya itu td, “gak betah di kelas”…intinya bnr pa kata bunda bahwa sekolah hanya formalitas, sementara pendidikan/ilmu bsa kita dpt dmn za…dan benar jg apa yang dikatakan temen saya, “sekolah itu cuma 3 hari”…

    Suka

  8. Kl sya crmati, sbnrny si guru hny cmas akn kmampuan junior dlm mnulis. Junior mmang pntar dlm mnjwb scra lisan. Akn ttapi smsterankan ank hrs mnulis jwbnny, bkn dgn mnjwb scra lisan jwbn dri soal smsteranny.

    benar juga fikri,,
    bukannya tidak bisa memangnya, tetapi males nulis,
    dan memang anak harus terus berlatih 😉

    Suka

  9. ada kebiasaan maupun kebijakan yang mau tidak mau memang harus diikuti, disekolah anak2 kita ya Salma.
    dan, mungkin Junior belum begitu mengerti akan hal ini,
    krn memang masih kecil,
    dan, dgn bimbingan ‘keroyokan’ antara ortu dan guru,
    insyaallah, Junior akan bisa mentaati aturan2 baku tsb .
    salam

    Suka

Terima Kasih Untuk Jejakmu, Temans :)

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.