Curug Nangka mempunyai air bening walau pada musim penghujan. Airnya dingin, dengan udara pegunungan yang segar. Sangat cocok jadi tempat ngadem badan dan otak. Tetapi, jalur yang harus dilalui untuk bisa sampai ke cerukan curug nangka itu benar-benar bikin hati deg-degan. Bikin banyak-banyak berdo’a dalam setiap langkah.
Curug Nangka, Gemericik Syahdu Air Jatuh dalam Ceruk Bebatuan
Saya sebelum-sebelumnya gak ngeh kalau curug ini ternyata juga diselimuti cerita mistis yang terkesan angker.
Ya iyalah, curug kan berada di hutan lebat pegunungan, selalu ada cerita rakyat yang menyertainya.

Curug ini diberi nama curug nangka, konon katanya dulu di dekat curug tersebut ada sebatang pohon nangka yang jika berbuah ukurannya sebesar gulungan kasur. Dan itu hanya satu-satunya pohon nangka yang berbuah sebesar itu.
Sekitar cerukan curug tersebut, mitosnya juga ada terowongan yang dipercaya tembus ke wilayah Cipatuhunan Kutamaneuh Sukabumi.
Area curug juga menjadi tempat bersemedi para tetua adat dalam mencari ketenangan jiwa.
Wallahu a’alam.
Belum lagi, setelah berkunjung kemaren dapat tambahan cerita, sisi lain dari puncak gunung curug tersebut adalah lokasi pesawat Sukhoi yang dulunya jatuh.
Hmmm,,, lengkap sudah cerita nuansa menegangkannya.
Setelah melewati track lumayan mendaki, hingga sampai di titik pemberhentian pelataran sebuah warung, kami dikasih tahu bahwa jalur selanjutnya harus menyusuri jalur yang ada di depan.

Jalur tersebut adalah aliran sungai, yang kiri kanannya seperti didindingi bebatuan yang terkikis oleh air.
Sepintas, jalur yang harus dilewati itu seperti terowongan, mirip mulut gua, yang atasnya tertutup rimbunan pohon.
Melihat jalur yang seperti ‘menantang’ aliran air itu, saya termasuk yang bertanya-tanya, “bukankah jalur itu jalur utama aliran air curug? Bagaimana kalau hujan di hulu dan debit air bertambah secara mendadak? Apa saja yang lewat aliran air tersebut akan tersapu bersih tanpa tersisa bukan?”
Serem! Lihat foto di bawah jalur aliran sungai yang harus dilewati.

Penduduk yang ditanyai tentang hal itu hanya menjelaskan, “saat ini, jalur itu adalah satu-satunya jalur untuk sampai ke cerukan curug Nangka. Dan debit air curug sudah lama mengecil”.
Denger-denger, berkurangnya debit air curug Nangka pada waktu saya berkunjung, hal itu karena adanya penggalian pasir yang menyebabkan aliran air justru menuju ke bawah tanah, bukan permukaan.
Sayang banget ya.
Setelah lebih kurang 10 menit menyusuri jalur aliran air, akhirnya tampaklah air terjun/curug nangka yang indah alami itu.
Saat menikmati keindahan curug nangka dan berfoto-foto, umumnya pada bergumam, “Curug Nangka sungguh memesona. Sayangnya ga bisa lama-lama menikmatinya, serem kalau debit air tetiba naik. Auto kebawa arus, gak ada tempat menepi ataupun naik!”
Mana sebelumnya di pertengahan jalan, ada pengunjung lain yang bercerita bahwa dulu sudah ada beberapa orang yang menjadi korban, terbawa arus air bah.
Rombongan kami yang mendengar itu sukses bikin hati semakin kebat-kebit ga karuan.
Phiuff,, curug cantik ini semakin berselimut suasana sedikit mencekam, tapi menantang untuk didatangi.
Pesan moralnya, dimanapun berada selalu berhati-hati. Apalagi di tengah-tengah aliran sungai yang ada di pegunungan *walau sudah mendangkal sekalipun*. Jangan takabur dengan alam.
Track Menuju Curug Nangka yang Tersembunyi/Misterius
Dari parkiran, pemandangan jalan menuju curug seperti dipagari pohon pinus dan pondok-pondok pedagang. Kita harus menuju jembatan penyebarangan dua jalur yang sudah diberi semen.
Semua terlihat tertata rapi.
Selanjutnya, mulai menapaki track yang menanjak, dengan menaiki undakan yang dibuat seperti anak-anak tangga dari batu yang sudah diikat semen. Rapi pokoknya.

Tracknya secara kasat mata terkesan biasa, tapi lumayan bisa membuat nafas ngos-ngosan dan dengkul berasa menahan beban 😉 .
Tak berapa jauh, kita harus mengambil jalur ke arah kanan yang menurun. Jalur ini lebih mirip jalur setapak di pinggir bekas aliran sungai yang mendangkal dan mengecil.
Kemudian, kita akan bertemu dengan sebuah pondok, yang pelatarannya ada yang ditinggikan dengan tumpukan bata yang juga sudah bersemen juga.
Jika diperhatikan secara teliti, warung tersebut sebenarnya berada tepat di tengah aliran utama air curug yang debitnya sudah menyusut itu.
Sehingga, debit air yang sudah mengecil itu bisa diarahkan ke kiri dan kanan warung tersebut, menjadi seperti parit kecil.
Jalur menuju cerukan curug Nangka selanjutnya, harus menyusuri jalur aliran sungai seperti yang saya ceritakan di atas.
Jika pengunjung yang tidak bertanya atau tidak menggunakan pemandu, bisa kelewat jalur menuju curug Nangka ini.

Ada 3 Nama Curug pada Lokasi yang sama
Jalur yang terus menanjak dengan undakan tangga yang terlihat lebih terawat, justru menuju curug Daun dan curug Kawung.
Dua curug yang lokasinya tidak jauh dari curug Nangka.
Curug Daun merupakan undakan kecil aliran air di atas curug Nangka.
Agak ke hulu lagi, baru curug Kawung.
Sebenarnya, menurut cerita penduduk, setelah curug Kawung masih ada lagi curug, tapi belum terjamah karena rutenya yang lumayan berat.
Dari semua curug di lokasi tersebut, yang jadi primadona adalah curug Nangka. Keren buat lokasi pepotoan. Tetapi untuk mendekatinya harus menyusuri aliran air. Beda dengan curug Daun dan Curug Kawung yang mempunyai jalan khusus dan lebih aman.
Curug Daun adalah area yang nyaman untuk main air berlama-lama. Di sekitarnya ada warung-warung makanan, toilet, dan juga tempat lesehan.
Kemaren itu, ditumpukan pembatas batu untuk membendung air, saya melihat banyak kelopak-kelopak rupa-rupa bunga yang nyangkut. Di antaranya ada kelopak-kelopak mawar merah yang begitu mencolok.
Sepertinya, di curug Daun ada yang baru saja melakukan mandi kembang atau sebuah rangkaian ritual semedi?
Ntah.
So, jika Anda tujuannya curug Nangka, harus benar-benar bertanya jalur untuk bisa mencapai ceruknya ya. Sayang kalau ke sana tapi justru terlewatkan.
Area Pendukung Wisata Alam Curug
Karena curug ini juga dikelola oleh Perhutani, hutan pendukungnya sangat terawat. Ada hutan pinus dengan monyet-monyet ‘nakal’ yang suka ngambil bawaan kantong kresek. Ada juga area berkemah yang oke.
Sebelum masuk jalur aliran air menuju curug nangka yang berada di posisi dasar, bagian sisi tebing atasnya (jalur yang dilalui menuju curug Daun, ada area berbentuk dataran yang ditumbuhi pohon pinus.
Pada area pohon Pinus ini banyak monyet yang sangat berani sama pengunjung yang menenteng makanan. Tanpa sungkan, si monyet akan mengambil tentengan pengunjung jika kurang waspada.
Kemaren itu, ada anak dalam rombongan saya yang menangis karena kesal makanan ringan yang dipegangnya dirampas si monyet 😳 .
Area lain yang juga terlihat sudah memadai adalah area perkemahan. Kemaren, ada beberapa tenda yang camping di sana.
Area curug Nangka ini juga punya prasarana Mushola, tempat sampah dalam radius tertentu, toilet yang juga ada di beberapa tempat, warung juga banyak.
Jempol deh.
Rasa Penasaran Yang Sudah Lama Sama Curug Nangka
Saya sudah dari tahun 1999-an mendengar tentang curug nangka yang memacu adrenalin. Secara dulu, teman kerja pada heboh berkunjung dan camping di curug ini saat akhir pekan.
Saya yang waktu itu gadis yang sudah bukan anak delapan belas tahunan tak berani ikutan. Saya takut jatuh cinta dan terlena dengan curug hingga semakin lupa sama usia .
Alasan sebenarnya, dari kecil saya sudah sangat akrab dan terpesona oleh air terjun. Kampung saya memiliki air terjun, tapi kalau musim hujan, airnya jadi keruh berwarna kecoklatan. Agak kurang oke didatangi jika musim penghujan.
Beda banget dengan beberapa curug yang ada di kabupaten Bogor, yang air tetap bening walaupun musim penghujan.

Maka dari itu, jika sudah dimulai sekali menyambangi curug, bisa-bisa setiap ada kesempatan, saya bakal langsung melipir melepas kangen dengan curug yang sangat banyak di seputaran kabupaten Bogor ini *bahaya* 😳 .
Belum Tuntas Menelusuri Curug Nangka dan Sekitarnya
Saya baru berkunjung ke curug Nangka pada tanggal 17 November 2018 kemaren. Ikut rombongan ibu-ibu Posyandu Mawar yang sedang merayakan ulang tahun ke 4.
Saya sangat antusias mempersiapkan diri.
Membawa bekal makan siang, minum, baju untuk bermain air, baju ganti untuk antisipasi jika hari hujan, sepatu untuk gegayaan dan sandal jepit para pendaki yang anti slip .
Bahkan, saya membawa sarung, antisipasi sebagai ‘penutup’ saat nanti ganti pakaian, jika kamar ganti terlalu jauh *mak, mak, lu ke curug jaman kapan masih bawa-bawa sarung gini hari * 😳 .
Karena berangkatnya ikut rombongan, yang punya destinasi berikutnya yang harus disinggahi juga, mandi-mandi di curug Nangka dan sekitarnya ga kesampaian deh 😥 .
Walau dari awal sudah pada disepakati bahwa di curugnya akan berbasah-basah. Ternyata, hampir sebagian tidak membawa baju ganti, alias tidak berniat main air di curug.
Jadilah rombongan yang berpikiran bahwa ke curug tanpa main air dan berbasah-basah itu kurang afdol, merasa kurang enak hati.
Mungkin harus berkunjung lagi lain waktu, agar bisa berbasah-basah di curug Nangka, seraya membayangkan jadi bidadari yang lagi berendam merasakan segarnya air pegunungan sangat menarik 😆
Lokasi & Rute Menuju Curug Nangka
Curug Nangka berada di kaki gunung Salak. Termasuk kawasan Taman Nasional Halimun yang dikelola oleh Perhutani.
Curug yang berada di desa Sukajadi, kecamatan Tamansari, kabupaten Bogor Jawa Barat ini dibuka Perhutani sekitar tahun 1991.
Saya dan rombongan berangkat sekitar pukul 6.00 WIB menuju tol Jagorawi, keluar pintu tol Baranang Siang, supir mengambil arah kanan, melewati Kebun Raya Bogor menuju arah Ciapus.
Dua jam perjalanan yang terbilang lancar, kami sampai di parkiran curug Nangka. Lumayan pagi dan cuaca sangat bersahabat.
Jalan yang dilalui menuju rute curug termasuk kategori sempit. Tapi, aspalnya mulus.

Tiket Masuk
Di loket pertama pintu masuk curug Nangka membayar Rp, 7.500/orang. Petugas mengasih tahu bahwa di pintu berikutnya akan membayar lagi sebesar Rp, 12.500/orang. Parkiran kendaraan berkisar Rp, 10.000 – 20,000. Lumayan terjangkau untuk wisata alam dengan fasilitas umum yang sudah terjaga.
Tour Guide Curug Nangka
Oiya, baru nyampe parkiran, sudah ada yang nyamperin. Ada yang berseragam rompi, ada yang berpakaian biasa. Mereka menawarkan bantuan memoto dengan kamera yang kita punya.
Jangan sampai lupa, yang namanya tempat wisata, bila ada ‘tawaran jasa’, maka tak ada yang gratis, alias tidak akan selesai dengan senyum serta ucapan terima kasih.
Maka dari itu, jika memang tidak perlu, tolak secara baik dan jelas.
Jangan sekali-sekali mengajak mereka ngobrol sambil jalan, tanpa kejelasan dari awal. Itu bisa membuat suasana melihat curug akan berakhir dengan sedikit gerutuan karena masing-masing pihak merasa ‘di php-in’.
Seperti pengalaman rombongan saya ke curug Nangka.
Dari awal sudah ada juga yang nawarin saya buat bantuin moto. Saya menggeleng sambil senyum. Mereka juga ga apa-apa dan ga ngikutin lagi.
Tapi, ternyata ada satu orang yang terus ngikutin rombongan di bagian depan, karena merasa diladeni ngobrol.
Saya pikir, mereka (ibu-ibu di depan dan si pemandu) sudah sepakat tentang ‘harga jasanya’.
Beberapa orang dari rombongan yang mengajak ‘tour guide‘ ini ngobrol, ternyata berpikir bahwa ucapan terima kasih nantinya akan cukup dengan harga sebungkus rokok dan secangkir kopi hitam di warung *bukan cafe*.
Setelah sampai curug Daun, ada perwakilan rombongan yang bertanya ke emak-emak penjaga warung, berapa besaran tips untuk ‘guide‘ tersebut. Ibu-ibu sembari nyamil gorengan hangat buatan si emak. Emak warung ngasih info bahwa cukup 10 – 20 ribuan aja. *sama dengan perkiraan awal*.
Ga taunya, saat si guide dikasih 30 ribu oleh perwakilan ibu-ibu plus ucapan terima kasih (tapi yang ngasih bukan yang nanya pada si emak sebelumnya), gak taunya uangnya malah dilempar sembari marah-marah.
Si ‘guide‘ tak terima, ia maunya 50 ribu.
Tapi kok harus dengan marah-marah?
Kita-kita yang dengar jadi ikutan kaget.
Akhirnya ada yang nambahin 10 ribu lagi. Tapi mamang ‘guide‘ nya tetap ‘ngoceh’.
Ada yang mau nambahin lagi, tapi yang lain pada melarang, karena caranya si mamang kurang elok gitu.
Rombongan mak-mak pun berbisik-bisik dengan suara lumayan kencang.
Muncul abang-abang yang mengaku petugas kebersihan sukarelawan. Dia ngumpulin bekas botol-botol minuman. Beliau ikutan nimbrung pembicaraan sambil ngasih tau kalau ‘tour guide‘ yang ngomel-ngomel itu ‘agak sedikit kurang waras’.
Emak-emak warung juga menguatkan pernyataan si abang sukarelawan kebersihan tentang si mamang guide.
“Apa iya?”
Catatan Setelah Berkunjung ke Curug Nangka Kabupaten Bogor
*Bagaimana bisa orang yang dianggap ‘kurang waras,’ tapi menggunakan rompi yang sama, yang juga dipakai oleh beberapa orang yang seperti ‘petugas’ di kawasan curug Nangka.
Penanggungjawab kawasan curug Nangka harusnya melakukan evaluasi hal-hal seperti ini, demi kenyamanan bersama.
Kapan perlu pajang pengumuman batas minimal memberikan tips ucapan terima kasih, untuk menghindari salah paham.
Pengunjung puas, petugas dapat tambahan pemasukan yang diberikan secara ikhlas.
Cerita memuaskan dari mulut-mulut pengunjung semakin menarik pengunjung lain untuk datang.
*Papan petunjuk arah jalur menuju curug Nangka harus jelas. Jangan lupa himbauan yang harus diingat oleh pengunjung.
Misalnya, jika ada tanda-tanda alam tertentu, harus sesegera mungkin menjauhi area cerukan curug Nangka.
Seperti papan peringatan di curug Cipamingkis yang memberitahu bahwa pengunjung harus segera menjauh dari aliran air, mencari tempat yang tinggi, jika gerimis. Karena dalam hitungan detik, kabut tebal segera menyelimuti area curug.
*Mungkin perlu dibuka jalur alternatif dipinggir tebing yang agak tinggi, selain dari aliran utama sungai untuk menuju cerukan curug Nangka.
Semoga debit air curug Nangka tetap terjaga dan yang berkunjung tetap ramai.
Yang berkunjung, buanglah sampah pada tempat yang sudah tersedia. Jangan sekali-sekali meninggalkan sampah bawaanmu berserakan di hutan.
Jika bukan kita-kita yang menjaga alam yang sudah indah dari sananya, siapa lagi.
Selamat berwisata alam ya ❤ .
Salam jejak wisata dari mata, rasa dan pikiran YSalma.
Jadi pengen…
SukaDisukai oleh 2 orang
Monggo disamperin sana. Seru lho 🙂
SukaSuka
Seger banget lihat pemandangan kayak gini. Jadi Bogor ini gak jauh beda sama Malang, banyak wisata alam khas pegunungan & dataran tinggi ya. Bikin sejuk mata memandang
SukaDisukai oleh 1 orang
Bener.
Bogor tambahannya sering hujan, apalagi daerah pegunungannya. Makin adem, gak begitu dingin lagi 🙂
SukaSuka
Mantap Mba.
Track-nya menantang 😂
SukaDisukai oleh 1 orang
Apalagi buat mak-mak mba
Sangat menantang itu track 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Seru banget buat ngadem Mba 😍💚
SukaDisukai oleh 1 orang
Hooh,,, kalau cuaca cerah, bisa betah seharian 🙂
SukaDisukai oleh 1 orang
Iya Mbak. Sayangnya yang indah-indah seperti curug itu askesnya menantang. Rata-rata kayaknya ya mba kalau curug seperti itu. Tapi sementang apa pun kalau kita hati-hati jadi terbayar dengan keindahan alamnya 💚😊
SukaDisukai oleh 1 orang
Betul. Indonesia alamnya memang menakjubkan 🙂 .
Sayang kalau ga dijaga, bisa2 keindahannya nanti hanya tinggal cerita.
SukaDisukai oleh 1 orang
Aku liatnya jalur yang menuju curug nangka kok serem ya, banyak bebatuan licin gitu. Emang harusnya kudu dibuatin jalur alternatif lainnya ini biar pengunjung merasa lebih aman.
Tapi meski begitu, curugnya bagusss 👍🏻
SukaDisukai oleh 1 orang
Bebatuannya terlihat lumayan licin karena basah aja. Kalau menggunakan alas kaki yang pas dan hati-hati, ga apa-apa. Hanya jalurnya yg lewat aliran utama sungai, itu yang bikin deg-degan.
Curug di kabupaten Bogor, memang bagus2 😀
SukaSuka
Wah mantep airnya deressss
Dua tahun lalu kami ke sana airnya dikit banget
Pas bukan musim kali ya
Wkwkwk
SukaDisukai oleh 1 orang
Hah, dua tahun lalu dikit banget?
Itu artinya pas saya kesana krn musim hujan, lumayan ada airnya.
Hmmm,, berarti curug Nangka kalau lagi musim kemarau berarti kayak aliran air parit doang nih 😦
Sayang banget kalau begitu.
Mudahan pihak pengelola yang bertanggungjawab lebih memperhatikan lagi.
SukaSuka
Iya mbak kalo kemarau lebih kayak air parit. Gak worth it
SukaDisukai oleh 1 orang
Duh sayang banget, bisa-bisa curug Nangka tinggal nama nantinya 😥
SukaSuka
Keren tuh.. foto fotonya eksklusif pribadi. Penjelasannya lengkap dari a sampai Z. Bagi yang mau mengunjungi lokasi curug nangka sangat saya rekomendasikan untuk membaca secara seksama utamanya para panitia yang bertanggung jawab membawa rombongan. Pun begitu bagi yang bepergian sendiri tetaplah direkomendasi untuk membaca dari awal sampai akhir.
SukaDisukai oleh 1 orang
Iyah, semoga curug Nangka tetap terjaga keindahannya.
Yang berkunjung semakin ramai.
SukaSuka
Kayaknya saya pernah ke sini tapi kok blank ya haha lupa-lupa ingat. Dengan suasana tempat tinggalku yang makin sumpek, padat, panas, bikin pusing, ini perlu nih diagendakan ngadem di bawah air terjun begitu. Bogor Sukabumi deket lah yaa
SukaDisukai oleh 1 orang
Hayuks ngadem.
Deket ituh.
SukaSuka
[…] merayakan hari istimewa perkumpulan ibu kader Posyandu, disepakatilah bahwa tujuannya adalah Curug Nangka. Selanjutnya, untuk makan siangnya di daerah Bogor kota. Setelah itu baru lanjut dengan wisata […]
SukaSuka