Photo Challenge : Pedestrian – Ngaso


Pedestrian atau pejalan kaki merupakan tema photo challenge minggu ini. Saya pun ikut meramaikan secara merasa mempunyai stok foto yang dirasa cocok.

Saya termasuk pejalan kaki, apalagi kalau cuaca mendukung. Lebih memilih mencapai lokasi yang jaraknya dekat dengan cara seperti ini, apalagi kalau tidak harus diburu waktu.

Menjadi pejalan kaki sudah jadi kebiasaan dari dulu, masa anak-anak, masa-masa sekolah. Mungkin juga saat itu karena pengaruh masih susahnya transportasi.

Dulu, berjalan kaki menuju suatu lokasi yang tidak jauh itu hal yang lumrah. Seperti di kampung saya, kalau mau ke sawah misalnya. Biasa dilakukan dengan berjalan kaki.

Tapi sekarang, kalau pulang kampung, sangat jarang saya melihat orang-orang yang ke sawah dengan berjalan kaki, semuanya sudah menggunakan kendaraan roda dua. Jarak yang dulunya terasa dekat saat ditempuh dengan jalan kaki, sekarang jadi terasa lumayan jauh 😳 .

Kalau pulang kampung, saya masih sering ngajak rombongan kurcaci (anak dan ponakan) untuk jalan kaki aja menuju sawah nenek atau ziarah ke kubur pendahulu. Berangkatnya masih pada senang-senang melakukannya, begitu mau balik, semua bersuara capek dan minta naik kendaraan 😦 . Kami pun ngaso atau istirahat sejenak dipinggir jalan sembari menunggu kendaraan.

Pedestrian Photo
Entah apa yang menyebabkannya tertawa ngakak saat dijadikan objek foto ketika ngaso jalan kaki disuatu pagi ❤ . Lupa euyy.

Orang-orang yang melihat kita pada jalan kaki pun menatap dengan sedikit aneh. Mungkin dalam pikiran mereka, ‘hari gini, masih jalan kaki? Pelit amat jadi orang tua’ 😆 .

Padahal, begitu banyak manfaat jalan kaki bagi tubuh. Selain memperlancar peredaran darah, membuat jantung tetap aktif bekerja secara normal, juga untuk bisa saling bertegur sapa langsung dengan orang-orang yang ditemui sepanjang perjalanan. Ada interaksi antar sesama yang lebih dalam dari sekedar bertegur sapa.

Apalagi untuk generasi sekarang yang sangat malas untuk bergerak. Lebih banyak jempol dan jari tangan yang aktif daripada anggota tubuh lainnya.

Makanya, saya sebagai emak selalu punya alasan untuk mengajak anaknya agar mau menemani jalan kaki pagi atau sekedar bersepeda santai. Si anak lanang akan merasa kurang enak sendiri kalau emaknya sudah bilang, ‘memangnya kamu tega mamakmu ada yang nyapa iseng?’

Kalau sudah mendengar kalimat itu, mau tak mau anak lanang akan beranjak menemani emaknya, walau sepanjang jalan sibuk bernegosiasi jarak dan rute terdekat yang akan dilalui. Belum lagi nyari tempat ngaso yang asyik sembari selonjor 😳

Para pejalan kaki itu kadang bukan hanya mendapat tatapan aneh, tapi kadang juga ditegur atau disapa dengan cara yang kurang mengenakkan alias kurang sopan.

Saya yang sudah emak-emak dan jalan kaki sama anak lanang pernah mendapat perlakuan kurang menyenangkan itu. Apalagi bagi para cewek-cewk yang masih kinyis-kinyis, jalan sendiri dengan pakain seronok pula. Bukan hanya suitan, tatapan dan sapaan kurang enak ditelinga, tapi mungkin juga gangguan fisik yang akan didapat.

Saya pernah beberapa kali disuitin oleh cowok-cowok yang kurang kerjaan yang kebetulan juga mempunyai mata agak buram, sehingga masih manggil mamak dengan panggilan, ‘cewek, cewek, cewek’. Begitu sudah dalam jarak dekat pada diem.

Biasanya, saat sudah dekat dengan gerombolan itu, saya memberi anggukan ringan seperti isyarat lain dari permisi. Mereka akan sibuk berbisik saling menyalahkan, godain orang yang salah.

Setelah melewati gerombolan itu, anak lanang yang sempat agak heran dengan sikap orang-orang itu, pun berbisik ke emaknya, “memangnya mereka-mereka itu tidak bisa membedakan kalau Mama sudah mamak-mamak yaa?”

“Mungkin mata mereka minus semua, jadi mama dikira kakak kamu kali 😳 “

“iya, kalau ngelihatnya dari sedotan,” sahut anak lanang dengan wajah masam :mrgreen: .

Biasanya sisa perjalanan kami isi dengan perbincangan, membahas sikap kurang elok yang diperlihatkan oleh segerombalan para lelaki sebelumnya itu.

Emak menjelaskan bahwa hal semacam itu bisa dikategorikan sebagai bentuk pelecehan atau perbuatan tidak menyenangkan terhadap seorang perempuan. Kalau perempuannya merasa terganggu dan tidak terima oleh perlakuan seperti itu, itu bisa dipermasalahkan.

Betapa semakin sempitnya ruang gerak perempuan kalau masih saja sering ditemui hal seperti itu. Makanya kamu dan teman-teman laki yang masih belia, ingat untuk tidak menyapa teman-teman perempuan dengan seperti itu. Saling memberi salam, mengangguk atau bertukar senyum aja secara baik. Dunia akan jauh terasa lebih lapang.

Pejalan kaki perempuan saat ini belum sepenuhnya aman dan nyaman kalau di lokasi-lokasi umum 😥 .

Aihh, bahasan photo challenge : Pedestrian – Ngaso jadi kemana-mana. Ma’afkeun.

Temans perempuan, kamu pernah punya pengalaman kurang menyenangkan juga saat jadi pejalan kaki di suatu tempat kah? Punya tips jitu mengatasinya? Boleh dong saling berbagi.

Temans cowok, kamu pernah godain cewek yang sedang jalan kaki dengan suitan gitu gak? Apa yang menjadi alasan kamu mensuitin seorang cewek yang sedang jalan kaki itu? Pastinya bukan ingin kenalan toh, karena cewek umumnya sebal diperlakukan seperti itu. Kasih masukan bagi para cewek yang kebetulan mau jalan kaki dong, agar gestur tubuhnya nanti bisa disesuaikan saat melewati segerombolan cowok-cowok.

24 comments

  1. iya mba kalau jalan kaki cewe masih banyak yang catcall, resek..di negara maju juga ada sih yg niatan begitu cuma tarafnya ngeliat doang ga berani macam2…kalau nyamperin pun mereka yg kasih kartu nama wkwk…coba ada alat pengubah suara tiba2 suara kita jadi bariton, pasti pd lgs kabur….padahal jalan kaki sehat.ya

    Suka

    • Hahaha,,, suara jadi bariton itu lucu juga yak.
      Cewek imut2 begitu disuitin dan nyahut balik suaranya bikin terpana.
      Ngasih kartu nama,di Indonesia adanya hanya di sinetron2 sepertinya.

      Suka

  2. Mbak, betul pejalan kaki?
    Saya suka jalan kaki sejak dulu. Sekarang jadi satu-satunya olah raga juga. Karena lari mah sudah gak kuat. Faktor U…hehehe
    Saya sedih juga lihat trotoar di kota saya semakin sempit dan semakin habis dimakan PKL. Padahal ini di jalan utama…
    Tapi tetap saya suka jalan kaki. Banyak yg didapat dan dpt ide juga buat ditulis di blog…

    Salam dari saya di Sukabumi,

    Disukai oleh 1 orang

  3. Sejak kuliah di Bandung, saya resmi jadi pedestrian (jalan kaki ke mana-mana). Soalnya sengaja gak beli/bawa kendaraan pribadi, biar sekalian jadi olahraga. 😀

    Disukai oleh 1 orang

  4. Di Kota besar seperti Denpsaar, budaya jalan kaki udah agak jarang. Jadi kemana-mana naik kendaraan deh. Kalo mbak Salma nyari tempat traveling ata surfing, kunjungi g-land.asia yah!

    Suka

Tinggalkan Balasan ke shiq4 Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.