Ibu, jangan buang diaper bayimu sembarangan saat melakukan perjalanan. Bayimu bersih, kau senang, tapi setelah itu jangan sampai orang lain merasa gerah dan menggerutu. Atau orang lain malah melirik tak senang pada ibu lain yang juga punya bayi, yang bukan pelakunya.
Diaper Bekas Itu Kotor
Memang, diaperka berisi ‘kotoran’.
Tulisan ini masih bagian dari cerita mudik pulang kampung lebaran kemaren. Karena teman hidup saya lumayan sering menjelajah Sumatera lewat darat, jadi sudah tau tempat pemberhentian yang lumayan nyaman dan bersih serta air yang mengalir.
Karena mudik lebaran itu pasti rame, maka menemukan toilet yang tempat sampahnya penuh dengan tisu, pembalut bekas ataupun diaper, itu sudah biasa. Apalagi jika berhenti saat waktu berbuka atau sahur. Pasti dimaklumi.
Jika ada petugas kebersihan yang menarik bayaran, biasanya tempat sampah penuh tersebut ditemukan kalau mereka belum mengangkatnya ke tempat sampah di luar. Capek juga mereka.
Mudik tahun ini, saya menemukan pemandangan yang membuat geleng-geleng kepala.
Setiap berhenti di pom bensin yang menyediakan mushola yang lumayan lega dan terpisah agak jauh dari toilet yang biasa dipergunakan untuk mereka yang hanya mampir membuang hajat. Maka di tempat wudhu mushola tersebut selalu menemukan diaper bayi yang terisi penuh dengan BAB, tanpa diikat rapi, hanya digeletakkan begitu saja.
Ibu itu memilih toilet mushola untuk mengganti diaper bayinya, pastinya ingin mendapatkan kenyamanan dan kebersihan agak lebih dibanding menggunakan toilet umum kan? Apa dia lupa jika diaper bekas yang ada isinya itu adalah kotor!
Bersih Mau, Menjaga Kebersihan Ogah?
Padahal, di mushola itu juga tersedia toiletnya. Jika mata si ibu tidak melihat tempat sampah yang memang berada di luar area wudhu dan toilet, seharusnya, sebagai ibu yang hidup diera sekarang ini, ibu bisa menyiram diaper dengan air, merapikan, kemudian membuangnya ketempat sampah yang ada di pom bensin tersebut, saat kembali ke parkir kendaraan. Mudahkan?
Jika dibilang tidak melihat tempat sampah, juga tidak mungkin, secara tempat sampah besar terletak di ujung jalan, sebelum bertemu mushala tersebut.
Biasanya, sebelum niat mau memberekan sesuatu yang akan menyisakan sampah, mata kita pastinya mencari tempat membuangnya terlebih dahulu. Atau mungkin ibu sudah stress mengurus bayi yang dibawa jalan jauh? Entahlah.
Ada beberapa kejadian seperti di atas yang saya temukan selama perjalanan mudik kemaren.
Kejadian lainnya, kami berhenti di sebuah mushola penduduk, dan saya melihat hal yang sama lagi, diaper bekas penuh BAB ditinggal begitu aja 😥 .
Padahal, tempat sampah ada persis di samping area toilet dan tempat wudhu.
Apa ibu begitu jijiknya melihat bekas kotoran anaknya sendiri? Lha, jika ibu jijik, gimana orang lain yang juga menggunakan area tersebut?
Jika dilihat secara kasat mata, ibu-ibu yang singgah di mushola tersebut adalah ibu-ibu muda modern yang gaya dan penampilannya sangatlah modis.
Baca juga pendapat saya tentang Jalur Lintas Sumatera Kurang Aman, Banyak Penjahatnya? Benarkah?
Kita Bersih, Orang Lain Nyaman

Saya duduk diluar mushala tersebut bersama junior, sambil menunggu teman hidup yang lagi rebahan di bale-bale yang ada di bawah pohon di pojokan mushala.
Sebuah mobil datang dan berhenti lagi disitu. Si bapak dan si ibu pemilik mobil tersebut turun dan langsung menuju toilet.
Tak berapa lama, ibu yang turun tadi mendekati saya duduk, berbasa basi menanyakan tujuan kami. Ternyata kami sama-sama menuju Sumatera Barat, bedanya hanya kabupaten kota yang akan kami tuju. Si ibu pulang ke Sumbar ke kampung suaminya, melihat mertuanya yang sudah sepuh, beliau sendiri campuran Surabaya-Bandung.
Setelah berbasa-basi arah yang dituju, si ibu langsung memberikan komentarnya tentang diaper yang ditemuinya di tempat wudhu.
Beliau sebenarnya ‘gatel’ mau menegur ibu-ibu muda tersebut, tapi masalahnya ibu muda mana yang membuang diaper bayinya sembarangan? Kan gak bisa juga semua ibu muda akan menerima komplain.
Saya pun bercerita jika sepanjang perjalanan sebelumnya juga banyak melihat kondisi tersebut, mau negur, siapa yang jadi pesakitan gak tau pasti. Ya sudah, dilihat aja 😦 .
Kami pun menyayangkan tindakan ibu-ibu muda yang meninggalkan kotoran bayinya sembarangan. Seharusnya, mereka itu yang lebih peduli akan kebersihan lingkungan, apalagi tentang penanganan sampah pribadi bayinya.
Selain itu, kita sebagai orang perantauan, mampir di toilet atau mushola untuk ‘bersih-bersih’ diri, apa pantas kita meninggalkan sampah kita berserakan sembarangan?
Jika kita yang berada di posisi penduduk setempat, menemukan hal tersebut, apa tidak merutuk etika ‘orang kota’ yang pulang ke daerah, yang sembarangan mengotori lingkungan mereka.
Tips Buat Ibu-Ibu Menangani Diaper Bekas
- Setiap perjalanan kemanapun jangan lupa membawa kantong untuk membungkus diaper bekas pakai si bayi. Ini difungsikan jika tidak ada tempat sampah, maka kotorannya dibawa dulu sampai menemukan tempat sampah.
- Sebelum membuang diaper bekas pakai, biasakan merapikan/menggulungnya dengan baik.
- Jika tidak bisa merapikan sambil menggendong bayi, ibu bersihkan bayinya dulu, kemudian berikan bayi pada suami, baru ibu membersihkan diaper bekas pakai.
Tips diatas itu juga berlaku untuk penanganan pembalut wanita.
Diaper bekas itu isinya kotoran dari bayi kita lho, kencing ataupun BAB!
Petugas kebersihan memang ada, apa salahnya membuang kotoran kita sendiri ke tempat sampah yang sudah tersedia. Apa beratnya? Lha, sebelumnya itu menempel di tubuh bayi atau diri kita lho.
Jika kita saling jaga dan peduli, bukan tidak mungkin tempat dimanapun di bumi Indonesia ini akan terawat dan terjaga kebersihannya.
Kita bersih, orang lain juga senang melihatnya. Selamat jalan-jalan berdua dengan bayimu, Ibu ❤ ❤ ❤ .
Sering menghadapi hal itu, saya sampai pada pemikiran bahwa orang-orang seperti mereka (tidak hanya ibu-ibu muda, banyak juga dengan bapak-bapak yang buang sampah sembarangan) itu sepertinya berpandangan ‘yang penting saya bersih’ (dan lanjutannya ga peduli dengan sekitarnya). Lalu jika ada tudingan “Jaga kebersihan” mereka senantiasa berpikir, “saya bersih” yang bikin ga bersih itu orang lain (yang penting bukan saya). Bisa jadi mereka belum malu mba karena mereka bersih sendiri diantara yang kotor. Semangat mba… saya dukung!
SukaSuka
Benar juga, bukan hanya ibu-ibu, bapak-bapak juga suka asal.
Padahal kebersihan lingkungan saat ini sudah sebuah keharusan.
Harus selalu semangat, walau dibilang sok nyinyir 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Nah itu tips yang tidak mau repot. pengen bersih sendiri tapi tidak memperdulikkan orang lain dan lingkungan. Apa susahnya membuangnya ditempat sampah tapi sebelumnya dibungkus dengan plastik. Entahlah.
SukaSuka
Kalau dibungkus plastik, pilih juga plastik yg udah hasil daur ulang, ntar diprotes sama bumi yg sudah penuh oleh sampah plastik 😀
Kalau niat, sangat mudah mengerjakannya yaa.
SukaSuka
setuju… menjaga kebersihan lingkungan itu dimulai dari diri sendiri
SukaSuka
Benar banget.
SukaSuka
Weeew, aku juga kadang nemu ibuibu yang jorok kek gitu mba Salma. Yang terlihat modis necis belum tentu dese bisa telaten pas buang diaper anaknya duh aduh, kecewa penontonn #ehhh
SukaDisukai oleh 1 orang
Harusnya lebih care dan peduli ya Asti, malu dong ama penampilan,,
SukaSuka
Benerrr eimmm haha
SukaSuka
sering banget mba ngerasa kesal kalau lagi jalan2 terus ngelewatin kali yang banyak diaper berserakan, bikin mual -_-
SukaSuka
kayak melihat daleman yg berserakan aja yaa 😦
SukaSuka