Gelap! Itulah yang dirasakan saat tak ada cahaya. Apalagi dimalam hari, saat mati lampu. Mana bintang dan bulan pun seperti enggan menunjukkan sinarnya kepada bumi. Yang ada justru suara jangkrik semakin kencang dan sayup-sayup suara burung hantu. Duh!
Kita yang sudah terbiasa mengandalkan cahaya dalam beraktivitas, begitu tak ada cahaya, atau terjadi perbedaan yang menyolok dari terang di luar dan cahaya ruangan, sontak mata bereaksi. Normalnya, tubuh, khususnya mata akan menyesuaikan beberapa detik dalam gelap itu.

Kalau malam hari, kemudian mati lampu, reaksi pertamanya mungkin sama, “ya, mati lampu!”. Kalau yang tak ada persiapan dengan emergency lamp, setelah dapat beradaptasi akan meraba-raba dalam gelap, mencari senter atau korek api untuk menyalakan lilin atau penerang cadangan lain.
Tapi ada juga yang langsung di hinggapi rasa takut begitu melihat gelap, efeknya tak bisa bergerak dari tempat pertama bertemu ‘gelap’ itu. Pintu rumah yang biasa di lewati untuk keluar masukpun jadi tak bisa dicapai.
Bahkan ada yang saat tidur lelap di malam hari, dalam cahaya temaram. Begitu mati lampu, gelap, tetap aja terbangun. Apalagi kalau udara gerah *ini junior saya*.
Bagaimana kalau gelap dalam melihat masa depan ya?
Mungkin akan langsung kalut, ide di kepala seperti menghilang seketika. Kalau pikiran sudah buntu, kata-kata penyemangat akan jadi susah masuk untuk bisa di cerna. Mencari jalan keluar tidak akan semudah ucapan. Apalagi bagi yang merasa hidup sendiri. Sukses sebelumnya itu berkat usaha dan kerja keras sendiri, tak ada campur tangan Tuhan, apalagi orang lain. Pantesan jalan yang dipilih diluar jangkauan akal sehat.
Tetap optimis! Itu harus dan mutlak dilakukan, untuk bisa bertahan. Sebagai terapi untuk jiwa tetap ingat kalau diatas langit masih ada langit. Setelah gelap, yakin akan ada terang, secara di kehidupan itu selalu diciptakan berpasangan.
***
Tulisan yang terinspirasi saat malam di sambut oleh mati lampu lagi 😛 .
Kadang gelap2an malah membantu ide keluar Mba Y. 😀
SukaSuka
asal jangan ide marah-marah terus ya Dan,
capek sendiri.
SukaSuka
rasaya gelap-gelapan itu bener2 gaenak,
SukaSuka
cari cahaya Masroh.
SukaSuka
Asal nggak hatinya aja yang mati lampu #eaaaaaaaaa
SukaSuka
bye-bye dunia.
SukaSuka
IYa … kalau gelap semua jadi ‘terhambat … kyk kemaren ada di Kebon Sawit krn lingkungan gelap dan lampu di rumah hanya ‘bolam kelip2 … terasa bedanya … hebatnya hati tetap nyaman dan damai… kalo di Jakarta mati lampu langsung deh ‘gelap semuanya. 😛
SukaSuka
Jakarta sudah identik dengan listrik,
kota metropolitan tanpa listrik apa kata dunia
SukaSuka
Gelap karena mati lampu aja bingung ya,mbak. apalagi kalau yang gelap itu masa depan. disorientasi. kuncinya ya cari sumber cahaya kalau nggak mau terus menerus berada dalam kegelapan. soalnya orang lain mungkin juga nggak bisa melihat kita kalau kondisinya gelap. kecuali kita teriak minta tolong.
SukaSuka
benar sekali kalau manusia itu ternyata makhluk sosial ya, ga bisa sendiri.
SukaSuka
tapi gara-gara mati lampu jadi dapat ide nulis
SukaSuka
kebetulan anaknya mendadak ga mau ngambil yang dia perlu, alasannya gelap.
SukaSuka
hidup ini harus optimis ya mbak, karena itulah motivasi yang terpenting buat kita
SukaSuka
harus seperinya, kata mereka yang pinter.
SukaSuka
berarti mati lampu aja terus biar menginspirasi 😛
SukaSuka
inspirasinya dapet, nuliskannya dalam gelap ga bisa juga 😛
SukaSuka
Kalok mati lampu, biasanya aku ke teras rumah, Mbak.. Memandangi langit 😀
SukaSuka
sambil membayangkan seorang pangeran ya Beb 😉
SukaSuka
[…] ← Gelap! […]
SukaSuka