Rutin, Menjadi Kebiasaan kata-kata yang kembali sering saya dengar pada akhir-akhir ini. Disampaikan oleh guru ataupun uztad pada bulan Ramdhan ini. Sesungguhnya bulan Ramadhan itu bukan hanya bulan penuh berkah, tetapi juga bulan pembelajaran.
Pada bulan ini kita tanpa disuruhpun menjadi rutin beristighfar, rutin berinfaq walaupun dalam jumlah kecil. Rutin melakukan ibadah yang di sunnahkan apalagi ibadah wajib. Rutin makan dan minum pada waktu dan jam yang sudah ditentukan. Semua dikerjakan dengan lebih semangat.
Perbedaan hidup perlahan mulai terlihat. Makan minum menjadi teratur. Waktu istirahat mau tak mau harus diperhatikan kualitasnya. Biar stamina saat beraktifitas mencari dunia disiang hari tetap terjaga, dan mengejar DIA Sang Pemilik Kehidupan dimalam hari tetap berkualitas.
Rutinitas baik itu entah dilakukan dengan berdasarkan kepada kesadaran diri sebagai hamba-Nya, hanya sekedar mengharap pahala atau ingin dianggap sebagai hamba yang shaleh dimata orang lain. Yang tau niatnya hanya kita dan Tuhan.
Ujung dari rutinitas itu diharapkan menjadi kebiasaan hidup pada bulan-bulan berikutnya.
Sesuatu yang dilakukan secara terus menerus lebih dari 21 kali, akan menjadi kebiasaan. Terlepas hal yang kita lakukan itu perbuatan baik atau kurang baik.
Ternyata, berdasarkan itulah kita sering diingatkan untuk berhati-hati dengan rutinitas yang dijalani, secara itu akan menjadi kebiasaan.
Seperti rutinitas emak-emak di sore hari, sambil ngajak anak-anaknya muter, sambil ketemu tetangga, sambil ngobrol-ngobrol. Tak terasa obrolan emak-emak mulai dari kenaikan harga sembako dipasar sampai kegiatan anak laki dan suami yang begadang nonton bola. Berlanjut dengan cerita si anu si itu, ditambah gosip-gosip lain.
Pulang-pulang serasa sudah melakukan silaturrahim terbaik, secara mendapatkan semua informasi terbaru yang berkembang dilingkungan tempat tinggal.
Kalau para emak kurang hati-hati, rutinitas ini akan menjadi kebiasaan, kebutuhan, yang kalau tidak dilakukan serasa ada yang kurang dalam menjalani hari, duh! *sebagai emak-emak harus rutin ‘berkaca’ juga nih.
Rutin berkaca bukan hanya sekedar mematut penampilan lahiriah tetapi juga pikiran dan praduga liar yang berkelana di kepala. Apalagi kalau sebelumnya tak sengaja berpapasan dengan wajah teduh, mata tajam memancarkan kebeningan jiwa si empunyanya, bisa lupa umur deh *padusi rambang mato π³ .
Rutinitas baik akan menjadi kebiasaan baik, begitu juga sebaliknya β€Β *Sebuah catatan utuk pengingat.
yang dirutinkan yang baik-baik aja ya uni
SukaSuka
yups, bahaya kalau yang dirutinkan yang ‘aneh-aneh’ π
SukaSuka
Aiiih, makasih sudah menyemangati biar kita jadi orang yang teteup sebaik di bulan Ramadhan… Seneng deh, baca artikel mba Salma. Ringkas dan ngena bingitsss!
SukaSuka
soalnya kita emak-emak dibilang punya banyak mulut katanya mak π
SukaSuka
Ahhhaaaaiii, sepakaaaattt! π
SukaSuka
Rutin dan membiasakan hal yang baik ya, Mbak..
Tapi aku belom rutin beristighfar nih, masih labil.. π₯ *toyor*
SukaSuka
sama kita Beb, istighfarnya rajin kalau takut kenapa-kenapa aja *semangat belajar lagi kita.
SukaSuka
Maunya Rutin dan membiasakan hal yang baik mba namun dasar kerjaan sering ketemu orang banyak dan aneh – aneh, jadi kebiasan nyinyir tetap ampun ampun harus ditahan ditahan..
SukaSuka
Nyinyir itu tandanya kita masih peduli ya Ri,
kalau ga nyinyir kita sudah cuek beibeh sama lingkungan *mencari pembenaran π
SukaSuka
Hahhah ah jadi malu habis dari pada ngebatin mba kadang dengan tatapan udah bisa dibilang nyinyir kata teman aku.
SukaSuka
yang penting niatnya baik ya Ri π
SukaSuka