Secangkir Kopi Hangat Penuh Cinta dinikmati setiap seruputnya oleh para penggemar kopi. Kebiasaan minum kopi kepala keluarga di pagi atau sore hari dengan ekspresi wajah penuh kedamaian, sambil membaca (menonton) berita, sepertinya menjadi perhatian anak-anaknya. Selera mereka tergoda oleh rasa minuman yang diteguk bapaknya. Melepas rasa penasaran, mereka ikut mencicipi seteguk, hmm, rasa pahit dan manis bercampur dengan aroma khas kopi. Mereka serasa memerankan tokoh iklan kopi di tv-tv 🙂 .
Kopi hangat yang selalu dihidangkan ibu mereka, untuk bapaknya. Hanyalah kopi biasa yang banyak dijual di warung-warung. Yang membuatnya terasa begitu nikmat dan berbeda adalah ketika di seduh oleh ibu, kedalam cangkirnya sudah ditambahkan sesendok cinta, dan setangkup do’a kebersamaan. Kemudian dihidangkan ibu dengan sebuah senyum kebahagian dan keikhlasan.
Lain cerita kalau secangkir kopi hangat diteguk di warung pinggir jalan, apalagi dengan penerangan remang-remang. Secangkir kopi menjadi media melepas penat, oleh penikmatnya. Ditemani sepiring gorengan hangat, bertemu kawan yang merasa hidupnya juga sepat. Kadang ditingkahi obrolan tentang pemimpin yang berpolitik saling sikut. Penikmat kopi jalanan acap kali diimingi-imingi perbaikan hidup, setiap jelang pesta demokrasi. Kemudian terlupakan saat semua usai. Aroma pahitnya kopi kehidupan semakin tertelan pekatnya debu jalanan.
Beda lagi ceritanya kalau secangkir kopi hangat terhidang di kafe sebuah mal. Tidak semua orang bisa menikmatinya. Secara harganya sungguh luar biasa, bagi mereka yang dari kalangan biasa-biasa aja. Secangkir kopi akan dihidangkan dengan penuh cinta oleh pramusaji berpakaian rapi dan wangi. Kepada mereka yang datang berdasi atau berpenampilan manusia masa kini. Semua yang didapat sesuai dengan harga yang sudah disepakati.
Padahal jenis kopi yang umumnya beredar tetap aja sama, robusta atau arabica. Dengan rasa dasar yang juga sama yaitu pahit. Campuran di dalam kopi, tempat kopi itu diminum, siapa yang menyeduhnya ternyata membawa perubahan luar biasa pada secangkir kopi.
Itulah sekelumit cerita tentang secangkir kopi hangat. Bagaimanakah dengan cangkir kehidupan kita. Apakah sudah diisi dengan penuh cinta bersama orang-orang tersayang kita 😕 .
Yang membuatnya terasa begitu nikmat dan berbeda adalah ketika di seduh oleh ibu….
Memang hasil racikan penuh cinta ibu tidak akan pernah tertandingi…
SukaSuka
padahal kopinya sama aja yang ada diluar sana ya 🙂
SukaSuka
Kopinya sama, tapi rasanya jauh berbeda…
SukaSuka
selain karena tambahan cinta,
mungkin tetesan sedikit keringat ibu yang membuatnya sangat khas.
SukaSuka
Mungkin ibu buatnya pakai perasaan kali ya..
SukaSuka
iya dong.
kan untuk orang-orang tersayangnya.
SukaSuka
hehehe… iya juga 😀
SukaSuka
sepertinya nikmat… cuma saya jarang menikmati kopi
SukaSuka
Sekali-kali boleh di coba kopi yang diseduh Minyu 😉
SukaSuka
sugesti aja sih ya mbak Y sebetulnya, aku kalo belom ngopi rasanya ga semangat, alesan aja padahal kan hihihihi
SukaSuka
iya ya Rin,
itu namanya kopi sudah jadi kebutuhan 😉
SukaSuka
minum kopi enaknya bersama dgn org org tercinta ya mbak 😛
SukaSuka
yoi mbak,
kopinya sih secangkir, tapi cerita yang diobrolin, buanyak 🙂
SukaSuka
foto cangkir kopinya cantik
kenangan tentang kopi yg aku ingat pagi hari kl nginap di rumah opung itu selalu terbangun gara2 aroma wangi kopi dan obrolan para famili yg ngerumpi ..,
SukaSuka
aroma wangi kopi memang khas ya Kak,
apalagi kopi asli masing-masing daerah,
secangkir kopi menjadi media kebersamaan 🙂 .
SukaSuka