Sensasi Earth Hour


Sensasi yang YSalma rasakan ikut mematikan lampu di rumah pada pukul 8.30-9.30 WIB Sabtu 31 Maret kemaren dalam rangka jadikan Earth Hour (Jam Bumi) sebagai gaya hidup sangat luar biasa. Secara mematikan seluruh lampu dilakukan dengan niat ikut berpartisipasi di kegiatan Earth Hour.

Sebenarnya saya sudah terbiasa menggunakan lampu dan listrik seperlunya, karena saya berasal dari kampung yang familiar dengan pemadaman listrik secara bergilir. Mau tak mau terpaksa ketergantungan kepada listrik juga dibatasi. Berasa mpet banget, saat kita benar-benar memerlukan listrik tapi gak nyala-nyala. Bergilirnya bukan sejam dua jam, kadang  malah tiga hari sekali, ada yang lebih dari satu minggu.

Coba sobat bayangkan sensasinya, ketika sudah mengenal “dunia terang”. Tetapi kemudian dalam kondisi tertentu dipaksa ke keadaan “gelap gulita”.

Sehingga orangtua saya dikampung mempunyai perlengkapan penerang lumayan lengkap. Mulai dari senter, lampu teplok, lampu petromak,  sampai genset bensin ( nyari BBMnya juga susah dan harganya  jauh dari ketetapan pemerintah). Kondisi seperti ini sudah dialami saat Indonesia belum teriak kekurangan sumber energi.

Sekarang tinggal di kota yang Alhamdulillah sangat jarang mengalami pemadaman listrik.

Sebelum heboh dengan kegiatan Earth Hour, saya tetap membawa kebiasaan dari kampung, menggunakan listrik seperlunya. Lampu di ruangan yang tidak terpakai dimatikan.

Junior terbiasa tidur dalam remang, hanya bias cahaya dari lampu teras rumah. Bahkan sangat senang kalau listrik padam, dia bisa menyalakan beberapa lilin 🙂

Makanya, begitu kenal dengan dunia blog, saya mencoba ikut berpartisipasi dalam kegiatan Earth Hour dalam bentuk postingan dan tindakan nyata pada keluarga kecil.

Tidak terbayangkan kalau anak cucu mengalami yang namanya krisis energi, perubahan iklim ekstrim akibat efek rumah kaca yang semua karena kita generasi terdahulunya begitu semena-mena terhadap bumi dan segala isinya.

Earth Hour kemaren kita malah kebablasan mematikan lampu, dalam gelap sampai pukul 2 dinihari. Begitu lampu rumah semua dimatikan, kita berkumpul di luar. Ternyata langit cerah. Ada kerlap kerlip bintang, bulan nongol separoh, angin juga bersahabat.

Kurang dari setengah jam menikmati malam, junior ngantuk. Masuk ke kamar dengan memainkan senter, membuka gorden. Mengintip langit lewat jendela, dan junior ngoceh dengan senang, “seru ya Mam, serasa berkemah“. Itu sensasi Earth Hour yang di rasakan junior.

Besok malamnya dia sudah sibuk mengingatkan untuk mematikan semua lampu lagi.

Ahh, begitu mudah sebenarnya menanamkan kebiasaan baik kepada anak. Kalau di ikuti dengan tindakan nyata dan suasana menyenangkan. Itu cerita sensasi Earth Hour dari saya, bagaimana dengan sensasimu sobat 🙂 .

Iklan

14 comments

  1. Ntar kalau ada nominasi peserta “Earth Hour” di tempat tinggal tante salma, aku yakin tante akan menang …

    Tapi kalau di beberapa daerah, yang akan memenangkan nominasi adalah PLN sendiri, karena dia 3jam sehari …
    #sensasi mati lampu

    Suka

  2. surprising juga baca bahwa earth hour ini bisa save lebih dari seratus megawatt. dan sepatutnya kita nggak perlu nunggu setaun sekali untuk berhemat listrik ini. ayo matikan listrik yang tak perlu. dan selanjutnya semoga kita semua bisa tersenyum senang juga saat membaca tagihan listrik dari PLN di setiap awal bulan 🙂

    nah, senyum senang melihat tagihan PLN ntu moment untuk melihat evaluasi hemat listriknya berhasil apa enggak ya ^^.

    Suka

  3. Pengalaman dan pembelajaran yang sangat bermakna bagi putra-putri kita untuk berperan-aktif dalam penghematan listrik. Saya kemarin juga ikutan berpartisipasi dengan mematikan semua lampu dan peralatan listrik, niatnya mau ngobrol, lantaran kelelahan malah jadinya ketiduran. 🙂

    betul Pak,, junior saya jadi ketagihan sekarang mengintip langit dari gelapnya sekeliling kalau menjelang tidur.

    Suka

  4. Kemarin aku gak ikut Buk..Tapi aku sendiri, di rumah, juga tak terbiasa dengan memboroskan energi. AC hanya hidup kalau malam. Siang hari lampu-lampu mati. Cuma lap top saja yg terus menyala. Ini berhubungan dengan pekerjaan 🙂

    memang yang tidak perlu yang dimatikan ya Bu,,
    saya sudah bisa cukup dengan kipas angin aja ^^.

    Suka

  5. aku tidak online pada malam itu, tidur cepat mbak 🙂 tapi lampu teras tetap menyala takut dikira rumah kosong

    saya juga ketiduran dengan semua lampu mati, cahaya dari lampu tetangga ^^.

    Suka

  6. tahun ini kami nggak ikutan, lagi keluar kota
    Tapi tahun2 lalu cuma Rumah kami sendiri yg gelap
    Dan sampai sekarang tiap malam cuma hidup satu lampu garasi aja
    Junior pintar ya, udah bisa memahami EH. apa komentarnya lihat Rumah tetangga masih terang?

    saya dari dulu kalau malam, yang hidup itu lampu teras dan kamar mandi mbak, biar anak2 kalau kebangun malam tetap berani sendiri ke kamar mandi,
    tanggapannya, wah teman ku yang lain gak tau kalau malam memmatikan lampu, seru juga 🙂

    Suka

  7. saya nggak ikutan 🙂
    Tapi seru juga denger cerita teman-teman yang ikutan.
    ada yang rela ngaduk rendang dagangan berpenerangan lilin, ada yang mendirikan tenda di depan rumah

    Suka

Terima Kasih Untuk Jejakmu, Temans :)

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.