Saat Berada di Persimpangan Jalan Kehidupan


Hidup tak selalu berjalan lurus sesuai dengan rencana dan keinginan. Terkadang ada masanya merasa berada di persimpangan jalan kehidupan, tapi mau balik kanan tidak memungkinkan lagi, karena menjalaninya sudah lama, tapi baru tersadar bahwa tujuan hidup rasanya semakin jauh.

Mirisnya, saat berada di persimpangan jalan kehidupan itu, saat dituntut harus memilih salah satu arah, rasa ragu dan takut justru menguasai diri. Sementara, di belakang ada keluarga, ayah, ibu, keluarga besar dari pasangan, atau ada saudara bagi yang belum menikah, ada anak-anak bagi yang sudah menikah. Semua orang yang akan ikut merasakan imbas dari keputusan yang akan diambil.

Kalau langkah selanjutnya yang diambil memberikan kebaikan untuk diri sendiri serta keluarga yang melihat ikut merasa senang, tetapi kalau salah dalam memilih arah, mungkin saja cacian atau bahkan makian dari orang-orang terdekat yang akan diterima telinga. Semakin terpuruk lah diri, sebuah dilema hidup yang memerlukan pondasi atau keteguhan diri yang kuat.

Saat Berada di PersimpanganSolusinya gimana?

Sama seperti saat berada di persimpangan jalan raya, kita tidak mungkin akan melaju terus dengan kecepatan penuh. Apalagi di jalan yang ramai, itu beresiko! Bahkan, walaupun kita sudah tahu persis mau berbelok ke arah mana, secara kita sudah sering melewati jalan tersebut. Kita pasti akan memilih sedikit melambat, bahkan mungkin berhenti sejenak.

Tentunya dengan tujuan untuk mengamati sekitar persimpangan, apakah ada orang yang melintas dengan mendadak, atau malah ada rambu-rambu baru yang baru saja dipasang, yang sempat tidak teramati oleh mata kita, tapi harus ditaati.

Apalagi jika di jalan itu kita bertemu persimpangan dan tidak tahu arah mana yang akan dituju *udah kayak lagu aja*. Mana mau bertanya google map baterai ponsel sedang low. Mau bertanya ke pengguna jalan lain, mereka juga fokus dengan tujuannya. Mau nekat memilih salah satu jalan, takut salah arah.

Biasa saja jalan yang dipilih semakin jauh dari tempat yang dituju atau bahkan mungkin jalan tersebut membawa kita ke arah yang salah. Sementara bahan bakar yang kita punya untuk menelusuri jalan sangat terbatas.

Kalau sudah terlanjur mengambil jalan yang ternyata keliru, tapi tersadar di pertengahan jalan, maka cara keluar dari situasi yang dihadapi dalam perjalanan itu, biasanya kita akan pasrah, sambil berharap ada keajaiban campur tangan DIA untuk membantu memberi sedikit petunjuk. Mungkin bantuan itu datang melalui orang-orang baik dan tulus yang lewat dan berhenti, bertanya tentang kebingungan kita.

Selain itu, tetap tenang adalah pilihan bijak, sambil terus mencoba mengingat-mengingat petunjuk yang sempat kita cari tahu sebelum berangkat. Mencari-cari ‘sobekan’ coretan alamat yang dituju. Kalau akhirnya tetap salah arah juga, setidaknya kita sudah berusaha mencari petunjuk.

Maka membentengi diri dengan lebih waspada, agar menjadi lebih siap untuk menghadapi segala kemungkinan terburuk, perlu waktu dan tenaga lebih agar kembali lagi ke rute jalan yang seharusnya.

Ketahanan yang dimiliki diri, yang nggak mudah berprasangka buruk dan berputus asa, penuh semangat dan tetap menjaga kepala untuk berpikir positif, maka bisa dipergunakan untuk bertahan hidup sembari tetap mengumpulkan modal dan data yang lebih lengkap, sehingga akhirnya bisa melanjutkan perjalanan sampai ke tujuan akhir. Lambat dan jalannya berbelok-belok, tapi memberikan kesadaran baru pada diri bahwa perjalanan itu tidak selalu lancar dan mulus sesuai rencana, apalagi perjalanan hidup yang ada garis takdir yang tak bisa kita ubah sekehendak hati.

Seandainya kamu yang berada pada situasi seperti saat merasa berada di persimpangan jalan hidup yang sulit itu. Bagaimana cara mengatasi yang kau pilih, Temans? Boleh berbagi di kolom komentar, sebagai salah satu catatan kehidupan yang pernah dilalui, dan siapa tau bisa membantu mereka yang membaca dan kebetulan sedang berada di persimpangan jalan kehidupan yang dirasa mengenaskan saat ini.

25 comments

  1. mencatat sisi baik dan jelek berbagai pilihan. pilihan yg lebih banyak baiknya atau lebh sedikit jeleknya yang dipilih. tentunya disertai dengan istikharah

    Suka

  2. Setuju banget Mba Y. Pasrah kepada Nya dan menerima apapun yang ada di jalan di depan kita adalah satu-satunya cara. Dalem banget postinganya.

    Suka

  3. Aku pernah nerasakan dan mengalami di posisi di atas jujur rasanya putus asa namun yang terbaik ya pasrah namun kita tetap berusaha yang terbaik dulu.

    Suka

  4. Konsekuensi manusia dianugerahi kebebasan untuk memilih, maka sepanjang hidupnya manusia dipaksa dan dihadapkan pada pilihan-pilihan.
    Yg paling stress buat saya mah ketika terlalu banyak pilihan-pilihan yg tersedia. Meski semua pilihannya sama-sama baik, tapi tetap sukses bikin bingung.

    Suka

  5. saya pernah juga tu mbak mengalami hal yang mirip, dan saat itu yang saya lakukan adalah mengucapkan bismillah serta pasrah diselingin bertanya-tanya 😀

    Suka

  6. Berada di persimpangan jalan hidup, jika waktunya cukup kta bisa menghitung untung ruginya. Kita juga bisa membat matriknya, tulis langkah positif dan negatif sebanyak-banyaknya.
    .
    Bandiigkan mana yang lebih menguntungkan dengan resiko yang paling sedikit….!!!

    Suka

  7. Aku tersesat dan tak tau arah jalan pulang. Hihihi

    Saya lebih ke sharing kepada saudara, atau teman terdekat, Mba. Setidaknya mereka mempunyai pemikiran lain, atau bahkan solusi. 🙂

    Suka

Tinggalkan Balasan ke ysalma Batalkan balasan