[Fiksi] ‘Kekasih’ dalam Selimut Malam


“Kekasih” dalam Selimut Malam akan selalu membuat tidur nyenyak, tapi jiwa tetap terjaga dalam semangat pencarian sebagai Hamba. Apalagi saat udara dingin, ditemani musik bunyi deras hujan serta suara petir yang menggelagar. Alam yang seperti sedang ‘mengamuk’ tak menyurutkan mata untuk menunaikan haknya untuk terpejam barang sejenak, bahkan bisa tertidur lelap.

Sebuah nikmat, tapi nggak pernah dianggap, seakan hal sepele yang memang sudah sebuah ketentuan. Padahal, tidak semua orang merasakan nikmat bisa tidur nyenyak setiap malam, apalagi dalam cuaca yang membuat kuatir.

Dalam gemuruh petir, kekuatan alam diperlihatkan
Dalam rindu pada Kekasih, Shalawat disenandungkan
Dalam keterbatasan hamba, sajadah panjang di bentangkan
Dalam sujud, ampunan dipanjatkan, berharap mampu didengar langit agar bisa merengkuh yang di bumi dalam kedamaian.

kekasih malam

Aku bangkit dari akhir kesibukan di penghujung hari, menuju tempat pembaringanmu, kudapati wajah polos terlelap dengan sesungging senyum dalam penggembaraan mimpi. Aku berjinjit dan mengatur nafas, agar kau tak terjaga dari buaian mimpi indahmu. Ingin selalu memberikan pelukan hangat dalam rasa nyaman diantara gemuruh petir menyapa jagat raya, tapi kau harus belajar untuk berproses sebagai pribadi mandiri. Ku daratkan kecupan lembut di keningmu, selamat tidur dalam selimut malammu duhai kekasih, Pangeran Kecilku. Kau adalah malaikat penyemangat selama ini.

Aku beranjak ke pintu kamar lainnya. Di sana tergolek wajah tua tergerus usia kehidupan, pulas dalam dimensi mimpi berbeda, mungkin sedang berharap perjumpaan dengan Kekasih-Nya. Gurat-gurat kejayaan masih menghiasi garis senyum di ujung matanya. Ingin kurengkuh dia dalam pelukan dan kubisikkan bahwa keberadaan dan semangatnya sangat berarti bagiku. Kubenarkan selimutnya yang melorot jatuh. Selamat malam dan selamat tidur bunda tercinta.

Ku beranjak ke peraduan, mengurai rambut, menarik selimut malam, membenamkan badan dalam kehangatan kasur. Memejamkan mata dalam harap sebuah karunia, memimpikan perjumpaan dengan Kekasih pada sepertiga malam yang hanya tinggal beberpa jam lagi. Kekasih yang selalu ada dan menunggu untuk dijumpai dalam hening, meninggalkan sejenak kenyamanan kehangatan kekasih dalam selimut malam kehidupan.

Semoga hari yang kita lalui selalu diisi dengan perjumpaan dengan Kekasih setiap malam sembari bermunat, melepaskan ego duniawi yang sudah membelit seharian.

20 comments

  1. Assalaamu’alaikum wr.wb, mbak Ysalma….

    Benar sekali, apabila hati sudah menyinta apapun kepayahan akan diredah penuh indah. saay orang lain sedang nyenyak pulas diulit mimpi, kita menyelimuti diri dengan cinta Ilahi yang tidak pernah surut menanti kehadiran yang tercinta untuk dicurahkan cinta hakiki.

    Semoga selimut malam yang dingin tidak meliatkan kita dari tahajjud kasih yang bersulamkan tasbih cinta untuk bersenang bicara bersama Kekasih Hati yang tidak pernah lelah dalam cinta-NYA kepada hamba-NYA.

    Tulisan yang indah dan mengesankan hati. Pasti sang pangeran kecil dan bundanya bahagia jika tahu ada yang menyintai dalam selimut malam yang kelam.

    salam manis dari Sarikei, Sarawak. 😀

    Suka

    • Waalaikumsalam bunda Fatimah,
      iya bunda, kadang kekasih dunia selalu teringat dan susah dilupakan,
      tetapi Kekasih yang sebenarnya, begitu sulit untuk ditemui pada waktu-waktu yang sudah di anjurkan.
      kadang ingatnya saat ada masalah aja 😦

      Suka

  2. […] seperti tulisan di blog ini sebelumnya. Judul tulisan sih “kekasih dalam selimut malam“, kesannya saya akan cerita kegiatan dalam selimut yang negatif. Berkesan isinya cerita […]

    Suka

Tinggalkan Balasan ke Nunu El Fasa Batalkan balasan