Mohon Segera Hentikan Siklus Kabut Asap di Indonesia


Pagi ini berkunjung ke blognya Alamendah yang memposting ajakan tentang mari hentikan siklus kabut asap di Indonesia. Setiap warga negara Indonesia diminta untuk ikut berpartisipasi dengan cara dan kesanggupannya masing-masing.

YSalma sebagai ‘blogger’ yang anak Sumatera, sekaligus sebagai warga negara biasa, hanya bisa ikutan ‘bersuara’ lewat tulisan pada blog ini. Ceritanya ikut merasa terpanggil.

Mohon segera hentikan siklus kabut asap di Indonesia.

kabut-asapGambar milik : greenpeace.org

Sebenarnya, sudah dari satu bulan yang lalu saya mendengar situasi cuaca Sumatera dari ibu, yang kebetulan waktu itu sedang berada di Kepulauan Riau. Di sana sedang musim kemarau panjang, penduduk setempat akan melakukan shalat istisqa (shalat minta hujan). Karena sudah dua bulan tidak pernah turun hujan.

Sementara itu, di  sisi lain, saya yang berada di daerah Jawa Barat, setiap hari wilyahnya diguyur hujan. Bahkan sampai menyebabkan banjir di beberapa tempat.

Pada satu negara kepulauan saja, perbedaan iklim dan cuaca sudah sangat ekstrim ya. Ini salah satu efek dari ulah kita juga sebagai penghuni negara kepulauan ini, yang kurang adil memperlakukan alam.

Selang beberapa waktu setelah bertukar kabar cuaca yang sangat berbeda itu, terdengar kabar bahwa  muncul beberapa titik api di hutan Sumatera, khususnya Riau. Teman, saudara-saudara saya yang tinggal di Riau mulai mengeluhkan kabut asap yang membuat mereka susah bernafas. Bagaimana akan melakukan aktivitas di luar rumah dengan nyaman?

Bahkan, pada minggu-minggu belakangan ini, saudara yang tinggal di Sumatera Barat juga mulai mengeluhkan hal yang sama, kabut asap. Saat ini kabut asap di Riau sudah sampai pada level berbahaya.

Hampir setiap hari saya mendengarkan keluhan lewat telpon, maupun lewat media sosial.

Kalimat yang mereka keluhkan hampir seragam, “Mohon segera hentikan kabut asap di Indonesia ini, khususnya di Riau dan sekitarnya. Kami juga warga negara dari republik ini. Saat ini yang kami perlukan adalah udara segar untuk bernafas 😥 “.

Masih segar dalam ingatan bahwa baru beberapa waktu lalu kita heboh dengan kabut asap yang sampai ke negara tetangga.

Sekarang, siklus kabut asap ini berulang kembali. Kita tak bisa berbuat banyak , setelah asap menyelimuti Sumatera. Akan tetapi, semua bisa dicegah pada waktu mendatang.

Siklus kabut asap salah satunya disebabkan oleh metode pembukaan lahan baru.

Cara tercepat yang digunakan adalah dengan membakar hutan.

Jangankan dibakar, akibat musim kemarau ekstrim saja, lahan gambut yang terpapar oleh panas matahari secara terus menerus jika mengenai lahan kering, dan panasnya mencapai titik bakar, dapat dipastikan bisa menimbulkan titik api. Ini bisa menjadi pemicu kebakaran hutan secara luas, jika tidak cepat ditangani.

Sejalan dengan isu pembukaan lahan baru yang menyebutkan sebab kebakaran hutan di Sumatera. Ternyata, Greenpeace Riau saat mencek lokasi titik api yang tahun lalu itu, saat ini melihat bekas lahan kebakaran itu sudah  menjelma menjadi lahan kelapa sawit.

Hmmm,,,. Sepertinya banyak kepentingan yang ikut bermain.

Kalau seperti ini terus, kabut asap seperti sekarang ini merupakan siklus yang akan terus berulang di Indonesia, jika tidak diadakan antisipasi.

Setelah Sumatera, bisa jadi hutan Kalimantan yang mempunyai banyak lahan perkebunan juga akan menyusul.

Jika semuanya melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar hutan. Lingkungan hidup dan hijau apalagi, yang akan kita wariskan pada generasi berikutnya ❓ .

Maka dari itu, pada pihak yang berkopenten, mohon segera hentikan siklus kabut asap di Indonesia. Jangan hanya demi mencari keuntungan untuk golongan, sampai mengorbankan udara sehat yang merupakan hak semua masyarakat.

Teman-teman yang merasa terpanggil ikut bersuara, juga bisa berpartisipasi untuk menghentikan siklus kabut asap di Indonesia ini lewat media sosial yang dimiliki.

Atau, ikut juga menandatangani petisi ini :  greenpeace.org/seasia/id/aksi-kamu/Protect-Paradise/campaignkit/#bergabung .

Mulai dari kita, teman terdekat, dan lingkup tempat tinggal. Siapa tau bisa membawa kesadaran baru dalam memperlakukan lingkungan. Siklus kabut asap harus berhenti sampai tahun ini saja.

Inshaa Allah.

16 comments

    • Kalau sekarang sudah terjadi Dan,
      Usahanya tinggal mengurangi asap dilahan gambut yang tebal itu.
      Tahun depan semoga jangan ada kabut asap lagi, semoga ya.

      Suka

  1. Lagi dan lagi kejadian kabut asap di negeri ini terulang …
    entah siapa yang mau disalahkan …
    lebih baik memang mencari solusi terbaik , bukan hanya saling menyalahkan…

    Semoga kita semua , utamanya manusia yang telah menyebabkan kebakaran ini …sadar akan kesusahan yang telah dilakukannya pada banyak orang.. #menyedihkan………

    Salam

    Suka

  2. Bagaimana keadaan alam ketika anak saya lahir kelak, ya. Lha pada sibakar e hutannya. Hiks

    Semoga siapa saja yg pernah membakar hutan tersadar ya, Mba.

    Suka

  3. kabar terbaru dari Kom*** TV
    Menyiapkan lahan secara normal makan biaya 30-40JT/ha.
    dengan membakar … cukup 2-3JT/ha ..
    … ……………………..
    Gambut bukan lahan yang cocok untuk pertanian/perkebunan.
    Pemerintah jangan maksain diri (demi pertumbuhan ekonomi).
    Tindakan Saya atas masalah ini ???
    BOIKOT PEMERINTAH

    Suka

Tinggalkan Balasan ke Idah Ceris Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.