Pagi ini, sebelum berangkat sekolah junior cerita, kalau teman sekolahnya kemaren itu ada yang bolos, tapi dari rumah sudah berangkat dengan seragam lengkap dan naik jemputan. Waktu pulang sekolah, kebetulan karena ada keperluan, salah satu anggota keluarganya menjemput ke sekolah. Guru dan utusan keluarga saling melongo, karena pada hari itu si anak tidak masuk kelas. Si anak sudah berani tidak jujur pada guru dan orangtuanya. Hmmmm,,,,,.
Sore sebelumnya, junior juga cerita kalau ada anak-anak SD yang ternyata terlibat taruhan di warnet. Mereka main game online di warnet yang berbeda, tapi tetap berada dalam satu kompleks perumahan. Setelah bermain sekitar 5 jam, tentunya ada yang kalah.
Nah, yang menang mengirim salah satu temannya sebagai ‘utusan’ ke warnet tempat anak yang kalah untuk menagih uang taruhan, yang ternyata sampai seratus ribu. Si anak yang kalah ternyata ga punya uang cukup. Berhubung dia ke warnet membawa mouse yang ada ‘harganya’. Mousenya itulah yang ditahan sebagai jaminan.*anak-anak kok udah pada jago transaksi begini?*
Anak yang kalah pulang ke rumah, untungnya orangtuanya ‘ngeh’ jika mouse bagus yang mereka miliki tidak ada di rumah. Si anak di interogasi, terbongkarlah kegiatan ‘taruhan’ game online yang dilakukan anak-anak SD tersebut.
Ternyata penjaga warnet, tidak tau kalau anak-anak tersebut melakukan taruhan saat main game. Walaupun konten yang dibuka anak-anak diawasi dengan ketat, ternyata ada aja celah lain yang membuat anak melakukan kegiatan yang seharusnya tidak mereka lakukan.
Saya yang mendengar informasi tersebut, perutnya semakin kembang kempis melihat lingkungan pergaulan anak-anak sekarang.
Tidak mungkin juga melarang anak untuk tidak keluar rumah, toh lingkungansekolah sekarang aja juga sangat berbeda jauh dengan kondisi dulu.
Saya hanya bisa mengingatkan junior kalau sekolah formal dan ketrampilan lain yang bermanfaat itu bukan untuk orang lain, tapi untuk si anak nantinya. Orangtua tidak selamanya bisa mendampingi mereka. Bumi segitu-gitu aja ukurannya, sementara penduduknya semakin banyak, persaingan memperebutkan tempat tinggal aja akan semakin berat. Mereka yang bisa mempergunakan waktunya dengan baiklah yang bisa bertahan.
Kejujuran itu hal yang harus dijaga dalam hidup. Saat kita berbohong, sebenarnya bukan orang lain yang kita bohongi, tetapi diri sendiri. Sekali orang lain tau kita berbohong, susah membuat orang lain untuk percaya saat kita berkata jujur sekalipun.
Obrolan saya sebagai emak pagi ini lumayan berat, mudahan junior bisa mengerti garis besarnya. Dan belum tau juga hasilnya nantinya akan seperti apa. Karena akan masih banyak lagi berbagai jenis lingkungan, nantinya yang akan dihadapi junior saat tumbuh dari usia anak-anaknya.
Tapi sampai saat ini, emaknya masih menjadi tempat ‘terpecaya’nya untuk berbicara semua hal, dan kejujurannya sebagai anak masih bisa dipertanggung jawabkan. Semoga junior dan anak-anak lain bisa mengambil pelajaran dari kekeliruan yang sempat diperbuat anak-anak seusianya itu. Walau sikap anak umumnya pantulan sikap orangtuanya, kadang lingkungan diluar rumah sangat besar juga pengaruhnya.
***
Masa-masa mendekati akil balikh, rasa ingin tau anak-anak sepertinya semakin membuat jantung orangtuanya bekerja lebih cepat. Bekal agama, memberi kepercayaan yang tetap bertanggung jawab, terakhir berdo’a.


Orangtua selayaknya menjadi pemimpin, guru, sahabat bagi anak-anak sehingga mereka bisa lebih dekat.
Kejujura memang harus ditanamkan secara kuat kepada buah hati.
Salam hangat dari Surabaya
SukaSuka
Setuju Pakde, semoga generasi kami bisa menjadi orang tua yang baik bagi anak-anaknya, meniru emaknya Pakde.
SukaSuka
Jaman sekarang emang makin ngeri ya mbak. Mesti lebih ekstra hati-hati. Lengah dikit, ada aja pengaruh negatif yang masuk. Rasanya teknologi berperan disini. Akses informasi semakin mudah, harusnya bisa jadi efek positif untuk pembelajaran anak-anak. Tapi sayangnya kita lengah, kita kurang mengawasi dan membekali anak-anak. Akibatnya, ya seperti yang mbak ceritakan
SukaSuka
Iya, akses informasi yang cepat dan mudah, tapi orangtua ga mungkin jg menyalahkan teknologi, memang diri sebagai ortu yang harus bisa mengikuti dan mengarahkan anak2.
SukaSuka
Setuju mbak. Teknologi kan diciptakan untuk membantu, bukan menyandera kita sebagai penggunanya
SukaSuka
mengerikan ya mbak melihat apa yang terjadi di luar. Harus belajar menjadi orang tua yang lebih baik lagi nih
SukaSuka
Iya Mbak, mudahan anak2 kita baik2 aja.
SukaSuka
memang mengerikan saat ini bun, Judi baru satu aspek. Yang paling mengkhawatirkan adalah pacaran yang saat ini memang sudah dianggap hal yang biasa. Bahkan dalam keluarga muslimpun demikian.
Saya punya teman, di rumah gak dikasih TV supaya gak ada tontonan yang gak gak yang sudah banyak menjamur di televisi.
SukaSuka
Teman saya dirumahnya ga ngasih TV, tapi anaknya malah ngetem dirumah tetangga nonton TVnya, justru lebih susah dipantau 😦
SukaSuka
Wah, sebagai orangtua harus meningkatkan kewaspadaan nih.
Itu anak sd kelas berapa mbak yang main pakai taruhan segala?
SukaSuka
Kelas 6 Mbak Nanik, tapi yang jadi ‘supporter’nya kelas 4 kebawah.
SukaSuka
Duh.. Sedih Mbak, masih kecil sukak maen taruhan.. 😦
SukaSuka
Iya Beb, kita aja udah gede baru iseng nyoba2, itupun bukan dalam konteks seperti anak2 itu.
SukaSuka
Alhamdulillah anak saya SMA beberapa bulan yg lalu pernah tidak diijinkan masuk sekolah oleh gurunya krn telat. Dia telp mamanya, akhirnya disuruh pulang saja ke rumah, sementara temannya yg dapat hukuman sama, tidak jelas main kemana
SukaSuka
Harusnya begitu ya Uded, anak langsung informasi ke Mamanya memberitau apa yang dialaminya saat itu. Itu buah didikan dari rumah.
SukaSuka
duh, ngeri banget baca-baca tentang perilaku anak jaman sekarang. 😦
SukaSuka