Anak-Anak Aktif


Anakanak selalu bergerak aktif dan penuh kreativitas. Saya punya pengalaman dengan anak yang aktif dan sampai sekarang masih belajar memahami mereka dan memaksimalkan kemampuan yang mereka miliki.

Mereka termasuk anak-anak yang cerdas, secara IQ (Intelligence Quotient) mereka di atas rata-rata anak normal. Tetapi mereka belum pintar, secara masih ada  kemampuan dan bakat luar biasa mereka yang belum terasah dengan baik dan maksimal. Sepertinya inilah PR buat orangtua dan tentu saja dibantu pendidik.

Anak cerdas sudah pasti mempunyai IQ yang tinggi, tetapi belum tentu pintar di sekolah. Anak pintar belum tentu mempunyai IQ tinggi, tetapi keunggulan mereka rajin dan patuh. Sebab pintar adalah hasil dari pembelajaran dan latihan yang terus menerus dilakukan.

Anak rata-rata, atau di bawah rata-rata lebih mudah dibuat pintar, secara mereka biasanya lebih penurut dan diam. Tetapi anak cerdas agak sedikit membutuhkan usaha, secara mereka lebih kritis dan biasanya juga cepat bosan kalau ga ada tantangannya.

IQ yang sudah mereka dapatkan dari perkembangan genetik ketika bayi. Dan akan maksimal sebelum pra-pubertas. Tidak dapat ditambah lagi belakangan, dan itu  adalah anugerah. Secara kemampuan intelektual mereka sudah punya, tinggal dilengkapi dengan kecerdasan emotional EQ (Emotional Intelligence) yang bisa terus dipelajari dan dikembangkan. Sehingga nantinya menjadi pribadi yang cerdas IQ, EQ,  dan tentunya pintar yang dipagari oleh kecerdasan Spiritual (SQ). *Doh, udah kayak motivator parenting belum ya? Heuhe*.

Anak Aktif Diarahkan ke Hal Positif, Bukan Dihukum Yang Membuatnya Takut

Pengalaman saya dengan anak aktif, Junior waktu awal-awal TKA sempat ngadat ditinggal di sekolah. Padahal, gurunya  sudah akrab dari playgroup. Junior saat awal TKA itu sempat nangis dan nggak mau sekolah lagi.

Awal masuk playgroup umur 3th, bukan di awal tahun ajaran baru, tetapi sudah pertengahan September. Mulai hari pertama sekolah, diantar, tanpa ditunggu,  Junior tetap senang dan gembira sampai akhir tahun ajaran.

Ternyata di TKA gurunya juga baru beradaptasi (biasa megang kelas playgroup) dan mulai banyak target kurikulum yang harus diselesaikannya. Bu guru yang disenangi Junior menghukumnya bersama satu anak lain yang kebetulan TKnya ngulang (disuruh duduk dipojok, dan diminta diabaikan sama teman-teman yang lain), dengan tujuan biar si anak duduk tenang, manis dan mengerjakan tugas yang diberikan.

Junior yang termasuk anak dengan kepribadian dominan Sanguinis. Kelebihan kepribadian ini, suka bersosialisasi, ramah, mempunyai empati yang tinggi terhadap lingkungannya. Kelemahan anak sanguinis kurang disiplin dan kalau udah ngobrol suka lupa sama tugas.

Anak Sanguinis akan efektif kalau dikasih tahu dengan bersahabat. Kalau dikeraskan, dia mental, bukan semakin baik, malah kalo lagi ‘mood’, dia bisa mengabaikan semua yang dilarang.

Efek dari hukuman bu guru yang tanpa pendekatan padanya membuat si anak, kaget dan shok.

Junior sempat nggak mau ke sekolah. Karena masih awal tahun ajaran, saya sempat coba trial beberapa sekolah lain.

Setelah ada pembanding dengan lingkungan lain sekolah. Kelihatan, anaknya ternyata jauh lebih tenang dibanding anak-anak di tempat lain itu. Pelajaran yang diterima dan diserapnya waktu playgroup jauh dia tas teman-temannya di sekolah tempat-tempat trial tersebut (padahal sekolahnya fasilitasnya jauh lebih bonafit dan sudah pasti mahal). Tapi kelebihannya, gurunya bersahabat banget dengan anak-anak.

Sekolah Junior sepertinya sadar kalau nama baik sekolahnya sedang dipertaruhkan dalam persaingan mencari siswa. Akhirnya,  untuk memperbaikinya, Gurunya  datang ke rumah, khusus untuk minta ma’af ke anaknya.

Saya juga berpesan pada pihak sekolah, saya tidak mengutamakan anak saya harus mendapatkan point 100 untuk semua mata pelajaran di sekolah. Yang penting dia mengikuti, memahami proses belajar di lingkungan sekolah. Tetap diberitahu konsekuensi dan aturan yang sudah disepakati bersama di sekolah dengan janji murid.

Dia masih dalam proses belajar. Di rumah saya selalu tanya ulang, dan cek pelajaran yang diberikan, pas ditanya, dia bisa jawab. Saya bisa menilai dia bisa mengikuti pelajaran.

Kalo di sekolah dia menjawab suka ga serius, becanda, biar itu nantinya tanggung jawab saya sebagai orangtua. Pihak sekolah juga menerapkan disiplin, tapi bukan yang membuat anak berhenti datang ke sekolah.

Memang, sekolah punya barometer dalam memberikan penilaian. Tetapi percayalah, dia menyerap pelajaran yang diberikan guru-gurunya. Bukti nyatanya, hanya celotehan hadist tentang malu yang didapatnya dari sekolah yang bisa “menyuruh” saya untuk memakai kerudung.

Pihak sekolah boleh menghukum kekurangdisiplinan anak, tapi jangan membuat dia jadi ngadat untuk sekolah. Soalnya bukti pendidikan formal masih diperlukan untuk masa depannya nanti di negeri ini.

Anak-anak bukan orang dewasa mini yang  bisa betah duduk diam dan pura-pura mendengar. Mereka masih murni, berkembang dan penuh rasa penasaran dengan lingkungan sekitarnya. Biarkan, berikan mereka ruang untuk menyalurkan aktivitas dan arahkan supaya lebih kreatif.

Sekarang dengan pertambahan usia, si Junior sudah semakin baik kerjasama dengan gurunya. Konsentrasi dan keseriusannya tetap perlu ditingkatkan. Kalau lagi konsentrasi bagus dan ga dicampur dengan keinginan pengen cepat main, semuanya OK.

Kalau mengerjakan sesuatu yang disukai dan dimaui, selesainya cepat, contohnya kreasi topeng Ben 10 ini, (polanya tetap nemu diinternet, kemudian, diurek-urek sendiri) :mrgreen:.

Photo Topeng Ben 10

35 comments

  1. Sebenarnya lebih enak mengajar anak yang aktif karena tinggal mengarahkan. Sedangkan dengan anak yang kurang aktif, maka kita harus mendorongnya lebih dulu sebelum mengarahkannya.

    Suka

  2. Baru sadar, kadang saya terlalu otoriter terhadap anak. Khusunya dalam hal menyuruh belajar. Sesungguhnya belajar yang paling baik adalah belajar dengan menyenangkan. Inilah yang kadang saya sendiri dalam membimbing anak susah melakukannya.

    Suka

  3. memang, anak-anak itu selalu aktif setiap hari… kadang, yang tua suka iri, dapet tenaga darimana ya anak-anak itu??? hihihi…

    Suka

  4. dilema ortu terhadap anak, memang selalu gak jauh dr maslah kayak gini ya Salma,
    disekolah dikatakan mereka tdk perhatian, padahal kalau ditanya dirumah ttg pelajaran sekolah tau semua …
    mungkin hanya salah persepsi saja , krn tiap anak itu unik, dan tiap anak juga punya cara sendiri utk memenuhi rasa ingin tahu mereka , jadi sebagai ortu dan guru, hrs bijak2 dlm menilai anak, biarkan mereka berkembang namun tetap pd tracknya, insyaallah dgn IQ dan EQ yg baik, mereka kan sukses ddunia akhirat 🙂
    salam

    Suka

  5. Pengamatan yang sangat mendalam mbak, saya seneng baca artikelnya. Lumayan bekal saya jika sudah puny anak. Melihat perilaku si junior, saya jadi teringat saya sendiri, saya emang sanguin-plegmatis, suka ngomong waktu kecil, sosial, dan menjauh dari konflik, hehehehehheee…
    Pendidikan di indoensia memang harus mulai ditingkatkan kulaitasnya, terutama guru sebagai poin penting selain ortu, kalo gurunya saja “dangkal”, apa mungkin bisa melejitkan potensi anak… salam

    Suka

  6. […] Lompat ke isi BerandaAboutAwardBuku TamuSang Pujangga ← Anak-Anak Aktif Berenang → Desember 5, 2010 · 8:55 am ↓ Jump to […]

    Suka

  7. […] bisa anak kecil mengingat tayangan TV, yang bukan untuk konsumsinya??. Hal itu terjadi, secara ada keperluan, […]

    Suka

Tinggalkan Balasan ke Mungkin Aku Hamil | YSalma Batalkan balasan