Uang Palsu (Upal)


Kemaren malam kita muter-muter nyariin sepatu untuk futsal si kecil,,kecapean,, beli minum digerai makanan yang kasirnya sudah menggunakan alat ultra violet untuk mengecek keaslian uang yang diterimanya.

Sibapak memberikan uang lima puluh ribu, kasirnya sih ga langsung bilang, ini uang palsu lho pak (pemberian pelayanan ke konsumen yang sudah mulai  bagus yaa).

“Bapak punya uang lima puluh ribuan lain ga?”.

Sayanya langsung nyerocos :D, “emangnya yang ini kenapa mba?”.

“ini lho buk, Gambar tanda air pahlawan nasionalnya  agak beda”.

Setelah dibandingkan dengan lima puluh ribu yang asli, walaupun tampilannya lebih lecek dari yang upal dengan teliti dan seksama, ternyata memang kelihatan berbeda.

Yang palsu warna birunya agak sedikit kehijau, dipegang dengan rabaan antara telunjuk dan jempol, uang palsu lebih licin, sementara yang asli agak ada kesetnya. Dilihat dengan diarahkan kecahaya ternyata benang pengaman didalamnya memang tidak ada walaupun diluar kelihatan seperti ada.

Sibapak langsung ingat dimana dia mendapatkan lima puluh ribu palsu itu. Tadi siang dia ada keperluan ke Tanjung Priok, diterminal Tanjung Priok beli minuman di kios sekitar situ, ngasih uang ratusan, nah itu kembaliannya, karena percaya, langsung main masukkan aja ke kantongnya.

Kalau dibilang emang udah ga rejekinya, memang. Tetapi rejeki si penipu dengan mengasih kembalian dengan uang palsu juga tidak bisa dibenarkan.

Dalam satu hari dia memberikan kembalian lima puluh ribuan palsu satu aja, dalam sebulan dia sudah mengedarkan uang palsu satu juta lima ratus ribu rupiah ke masyarakat. Coba kalau lebih dari satu transaksi, lebih dari satu kios-kios yang dimanfaatkan untuk mengedarkannya ke masyarakat.

Yang tertipu dan dirugikan oleh ulah oknum-oknum  yang ingin mendapatkan keuntungan secara licik  itu juga masyarakat sama seperti mereka.

Nah, sobat di blogsphere lebih hati-hati lagi dalam bertransaksi, lebih teliti lagi dalam melihat keaslian uangnya. Walaupun menurut teman-teman sedikit, tapi kalau caranya ga benar dan ga pantas gitu, tetap aja bikin jengkel. Lebih baik ngasih lima puluh ribu kepada mereka-mereka yang dengan susah payah berusaha dengan jujur dan lebih membutuhkan. Syukur bagi mereka, nikmat berbagi bagi kita yang memberi..

Jangan lupakan 3D yaa dalam transaksi jual belinya  :

  • Dilihat ; Lihatlah uang yang dimiliki, apakah warnanya pudar, kusam, pucat, luntur, patah-patah, atau hal lain yang mencurigakan. Pastikan uang yang lagi diperiksa  memiliki warna, corak dan gambar yang baik serta memiliki tanda-tanda uang asli seperti tanda air yang menggambarkan pahlawan-pahlawan nasional, bahan kertas serta benang tali pengaman yang berada di dalam uang tersebut. Uang pecahan besar yang memiliki Logo Bank Indonesia (BI) dipojok kanan bawah, kalau dimiring-miringkan Logonya akan berubah warna.
  • Diraba ; Usaplah uang tersebut apakah uang itu terasa kasar/keset atau lembut/licin. Uang asli agak terasa keset,  disamping itu pada angka atau gambar uang biasanya sengaja dicetak agak menonjol dan akan terasa jika diusap-usap.
  • Ditrawang ; terawangkan uang ke sumber cahaya kuat seperti matahari dan lampu. Setelah diterawang lihatlah bagian tali pengaman dan tanda mata air apakah dalam kondisi baik atau tidak.

46 comments

  1. selamat sore,

    wah kayaknya nggak bakalan jadi berkah tuh bagi pembuat uang palsu.

    Oia saya langganan blog ini…jangan salahkan bunda mengandung kalo besok2 saya selalu yang pertama komen hehehe 😀

    ==salam kenal==

    Suka

  2. Yang paling bertanggung jawab si pembuat upal itu..
    Kok tega2nya ya.. Malah bisa2 si empunya kios (yg jualminuman) di Priok, itu juga korban &nggak tau kl itu uang palsu. Tapi kalau dia juga sengaja dan emang niat, ya sama aja dengan ikut melestarikan kejahatan..
    Salam hangat; Semoga tidak tertipu lagi..

    Suka

  3. saya memang merasa prihatin dengan peredaran upal tsb. tapi kita pun harus berhati2 dalam bersangka, siapa tau pedagang yg ngasih kembalian tsb pun ga tau klo uangnya palsu, atau mungkin saja tau tapi dia sendiri adalah korban dari peredaran upal [bukan dia yg mengedarkan, tp ada pembeli yang belanja dg upal tsb]. Bagi kita yg merasa mapan, kejadian ini mungkin bisa dijadikan pelajaran tanpa membelanjakan upal itu lagi ke orang lain, tapi bagi orang kecil seperti pedagang rokok eceran tentu merupakan kerugian besar jika dia harus menanggung resiko jika harus mengganti senilai uang tsb!

    ah…. dunia ini makin gila aja 😀 hehehe…

    Suka

    • betul-betul sekali kang “Fir”,,
      harus berpikir positif aka harus melihatnya dari kacamata yang ngasih yang emang tertipu juga, dan nasibnya teman hidup saya yang giliran selanjutnya secara ga pakai 3D 😀

      Suka

  4. yang saya takutkan, jika saya menjadi korban upal justru malah dituduh sebagai pelaku pengedaran upal! jadi bingung dech!
    terima kasih sharingnya mbak 😀

    Suka

Tinggalkan Balasan ke Fir'aun NgebLoG Batalkan balasan