Sembuhkan Luka Pengasuhan, Agar Tulus Mencintai dan Dicintai Buah Hati


Sebagai orangtua muslim, kita dianjurkan untuk mengamalkan do’a Nabi Ibrahim AS dalam Surat As-Shaffat ayat 100, “Robbi hab li minash-sholihin,” Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.

Agar anak sholeh dan sholehah yang diidamkan setiap orangtua muslim itu terwujud serta tulus mencintai dan dicintai buah hatinya, maka ada ikhtiar yang harus dilakukan untuk menyertai do’a tersebut.

Agar tulus mencintai dan dicintai anak

Pertanyaannya, sudahkah kita sebagai orangtua tulus mencintai anak-anak yang diamanahkan tersebut, sehingga merasa pantas berharap balas juga dicintai oleh buah hati.

Seringnya tanpa disadari, kita sebagai orangtua malah menjadikan anak sebagai orang dewasa mini yang diarahkan untuk ‘balas dendam’ pada semua hal yang dulu tidak tercapai waktu kecil. Semoga jangan ya.

Ikut Kajian Parenting Agar Tulus Mencintai dan Dicintai Buah Hati

Pada tanggal 14 September 2025 lalu, saya ikut menghadiri kajian parenting sebagai jama’ah umum di Masjid Rabiatul Adawiyah.

Kajian dengan tema “Agar Tulus Mencintai dan Dicintai Buah Hati” sebenarnya dauroh wali santri yang diisi oleh Ust. Lukman Hakim (Founder Kuttab Ummul Quro Indonesia).

Saya semangat hadir karena temanya menarik, sebab menjadi orangtua tidak ada sekolah khusus. Setiap anak memiliki keistimewaan masing-masing yang tidak dapat dibandingkan dengan anak lainnya.

Selain itu, menjadi orangtua merupakan pembelajaran seumur hidup. Yuks mari ikut duduk dikajian parenting walau bukan lagi termasuk orang tua usia muda (baca: orang tua sudah sangat-sangat dewasa) 😳 .

Ini merupakan pertama kali saya mengikuti kajian parenting yang terlaksana berkat kerjasama Kuttab Ummul Quro dan Masjid Rabiatul Adawiyah.

Sebelumnya sudah pernah diadakan juga beberapa kali, tapi saya nggak ngeh apakah waktu itu kajiannya juga terbuka untuk umum.

Nah, kemarin itu saya datang telat sekitar 15 menit dari waktu yang diinfokan. Sebab, berkaca pada yang sudah-sudah, kajian telat 30 hingga 45 menit itu hal biasa 😳 .

Ternyata, kali ini ‘analisa sok tau’ saya sangat salah. Saya datang, kajiannya sudah dimulai.

Satu kata untuk panitia dari Kuttab Ummul Quro dan wali santrinya, “Keren!” On time! Jadi menambah semangat untuk rajin duduk di Majelis Ilmu dengan segala keterbatasan kondisi diri.

Namanya dauroh wali santri, tentu pengajiannya sudah memiliki audiens tetap, yaitu wali santri alias orang tua dari murid yang bersekolah di Kuttab Ummul Quro.

Biasanya, kalau datang ke suatu acara dengan jamaah khusus tersebut, saya akan browsing dulu mencari referensi tambahan untuk mempersiapkan kepala dalam menerima informasi. Tapi, kali ini saya agak lalai mencari info tambahan.

Untungnya saat datang ke kajian saya nggak salah kostum, nggak memakai gamis warna gonjreng (sebab terkadang saya masih rada-rada memilih ‘kostum’, dengan pemikiran “gamisnya ntar minta pertanggungjawaban kalau nggak dipakai dan masih tersimpan di lemari, ditambah kalimat pembenaran semua butuh proses belajar, termasuk dalam berpakaian”, hiks).

Padahal, saya merasa sudah paham benar dengan pepatah, “dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung” alias seseorang kudu menghormati dan menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di suatu tempat tanpa kehilangan jati diri.

Alhamdulillah, pada momen kajian waktu itu saya menggunakan gamis warna netral, walau bukan warna gelap.

Saya tetap merasa nyaman, walaupun lupa membawa masker. Banyak juga jama’ah umum dengan pakaian muslimah ‘standar’ seperti yang saya pakai, yang hadir dan duduk mendengar dengan khusuk.

Jamaah umum duduk membaur dengan Bunda-bunda sholeha yang sudah berpakaian syar’i lengkap dengan niqab-nya, yang sedang mendampingi putri-putri mereka mandengar tausiah parenting.

Satu hal yang menjadi catatan juga, ternyata boleh dibilang kalau menghadiri kajian itu memang sekalian menjadi ajang ‘silaturahim’ (baca: ngobrol) antar sesama bunda yang sudah lama tak bersua. Ngobrolnya nggak sabar menunggu rehat kajian.

Nggak semua sih, tapi beberapa yang jago multitasking. Apesnya, telinga saya juga ikut terdistorsi (baca: nguping, walau nggak paham apa yang diobrolkan *bilang aja kuping emak-emak masih kepo pada suara di sebelahnya, walau matanya menghadap pemateri dan jarinya menuliskan apa yang tertangkap telinga* Ups!)

Oiya, saya mencatatkan apa yang sempat saya pahami ketika mendengar kajian waktu itu di blog agar bisa dibaca ulang lagi, dan semoga bermanfaat juga bagi pengunjung dan pembaca blog. Sebab ada bahasan yang menarik menurut saya, yaitu pengasuhan pada anak akan berhasil jika orangtua sudah selesai dengan luka pengasuhan masa lalunya!

Hayuks menjadi orang tua sesungguhnya, bukan memainkan peran menjadi orang tua-orang tua yang merasa waktunya tersia-sia dengan urusan domestik keluarga. Hingga masih sibuk mencari validasi ke sana ke mari.

Atau masih sibuk menyalahkan luka pengasuhan masa kecil, padahal sudah memutuskan berumah tangga dan memiliki anak. Menikah dan memiliki anak bukankah sebuah pilihan yang sudah diputuskan diri? Mari berdamai dengan jejak luka masa lalu, tidak melupakan, tapi mema’afkan semua yang sudah terjadi.

Rangkuman Materi Agar Tulus Mencintai dan Dicintai Buah Hati by Ust. Lukman Hakim

Anak adalah pemberian, karunia dari Allah. Akan tetapi, kalau karunia itu tidak dijaga maka akan menjadi musuh di kemudian hari.

Kebahagian, termasuk anak di dalamnya bisa menjadi ujian di dunia.

Baca juga tulisan Sakinah Baersamau.

Kalau sebagian orang tua tidak menerima pemberian dengan baik (termasuk anak), maka itulah awal mulanya ujian.

Ada kalanya kehadiran anak belum direncanakan, atau berharap jenis kelamin tertentu tapi yang hadir tidak seperti harapan.

Jika sebagai orang tua di dalam hati terbersit tidak menerima pemberian berupa anak dengan baik, maka akan mempengaruhi cinta dan kasih sayang yang seharusnya menjadi hak anak.

Oleh sebab itu, mari cintai anak dengan tulus. Caranya gimana?

1. Dengan Rasa Syukur

Memohon pada Allah agar diberikan rasa syukur terhadap nikmat, termasuk rasa syukur memiliki anak. Merujuk pada do’a Nabi Sulaiman dalam QS: Al- Ahqaf, 15.

“Jadikanlah aku orang yang beramal shalih yang Engkau ridhai. Perbaikilah anak keturunanku untukku. Sesungguhnya aku bertaubat kepadaMu dari dosa-dosaku.”

Ayat tersebut berisi do’a seorang hamba untuk mensyukuri nikmat Allah, berbuat baik kepada orang tua, serta memohon kebaikan untuk anak keturunan.

Selain kurang rasa syukur, terkadang sebagai orang tua kita tidak dapat mencintai anak karena adanya luka bathin masa kecil.

Oleh sebab itu, kita kudu mema’afkan keterbatasan kedua orang tua kita dulu.

Maka rasa syuksur itu akan hadir jika kita sudah selesai dengan diri sendiri.

Agar dicintai dengan tulus, maka kita harus selesai dulu dengan diri sendiri. Syukuri fisik dan kecerdasan anak, jangan bandingkan anak dengan anak lain.

2. Fokus Beramal Sholeh

Manusia tidak ada yang sempurna, selalu ada kekurangan dan khilaf-nya. Maka tebus kekurangan atau kealpaan diri di masa lalu dengan fokus melakukan amal sholeh pada masa sekarang.

3. Perbaiki Keturunanku

Anak merupakan keturunan yang harus dipersiapkan dengan memberikan pendidikan.

Selain itu, kontrol juga 4 ‘pintu’ anggota tubuh anak, yaitu: mulut, mata, telinga, dan pertemanan.

Lihat apa yang anak makan, kendalikan apa yang mereka lihat dan yang didengar, serta dengan siapa anak bermain.

4. Bertaubat, Banyak Istighfar

Kenakalan anak bisa jadi cerminan dari diri dulu. Istighfar ke dalam diri dan minta ampun.

5. Berserah Diri

Setelah konsisten melakukan semua yang di atas, hasilnya serahkan kepada Allah. Sebab manusia hanya bisa berusaha dan penentu akhirnya tetaplah Allah subhanahu wa ta’ala.

Tips Agar Do’a Terkabul

  • ā€ŒBerdoa dengan ilah (yang ditaati dan dicintai), merengek, memelas, dan ulang terus.
  • Berdo’a dengan keyakinan bahwa Allah akan (ijabah) mengabulkan doa. Doa adalah rencana Allah.
  • ā€ŒJangan cancel doa. Semua doa akan dikabulkan, kecuali orang isti’jal (terburu buru, untuk mendapatkan sesuatu dengan cepat tanpa mempertimbangkan efek samping atau tanpa persiapan yang matang).

Selain itu, sebagai orang tua kita dituntut untuk sabar dalam membersamai anak. Tapi yang namanya manusia, terkadang dikuasai rasa marah melihat kelakuan anak.

Kita boleh merilis rasa marah, tapi dengan cara dikelola dengan baik.

Berikut kiat marah:

  • ā€ŒTidak berkata kasar

Ingat anjuran harus berkata baik atau Diam. Harus sepakat dengan pasangan kalau salah satu marah, maka yang lain diam. Allah bisa naikkan derjat dan menurunkan seseorang disebabkan kata-kata. Pilih Diam sampai bisa berkata yang baik- baik.

  • ā€ŒTidak merusak barang

ā€ŒSaat marah, harus ditanamkan dalam diri untuk tidak boleh menyakiti diri dan orang lain.

Satu hal, jangan pernah hukum anak-anak saat marah. Lebih baik tunggu sampai marah reda dan berdo’a yang baik-baik.

5 Tools, Cara agar dicintai anak dengan tulus

  • Menggungkapkan cinta pada anak. Anak harus tahu bahwa dia dicintai orangtuanya.
  • Sentuhan fisik, dicium, dipeluk. Sekalian diajarkan siapa dan batasan anggota tubuhnya yang boleh disentuh orang lain.
  • Doa, sembunyi dan terang-terangan untuk anak.
  • Berikan hadiah. Bentuk apresiasi terhadap pencapaian akhlak anak.
  • Sediakan waktu bermain. Sesibuk apapun sebagai orang dewasa dengan banyak kewajiban yang harus dipenuhi, luangkan waktu untuk bermain dengan anak.

Semangat dalam ikhtiar terbaik dalam mencintai dan dicintai buah hatinya ya, Temans.

Salam jejak parenting #Majelis Ilmu dari mata, rasa dan pikiran admin YSalma.

5 comments

  1. makasih banyak kak, memang sebagian orang tua ada yang menjadikan anaknya yang penting punya anak, tidak dibarengi dengan pengasuhan yang baik apalagi kalo pakai kekerasan, anak bisa jadi trauma. Semoga saja kita bisa mendidik anak dengan baik sehingga mencintai dan dicintai anak

    Suka

  2. Happy bacanya, serasa ikutan pengajian

    karena walau anak-anak saya udah nikah semua, parenting gak berhenti begitu saja

    Dulu, saya merasa beruntung ikut pengajian tematik tentang parenting sewaktu anak-anak masih kecil, sehingga saya bisa melakukan pendekatan pada anak-anak dengan lebih positif

    Suka

  3. Nggak sedikit sih orang tua yang secara nggak sengaja balas dendam atas pengasuhan yang mereka terima. Sehingga, banyak anak yang merasa tertekan bahkan diperlakukan nggak adil gitu dah.

    Penting banget belajar menjadi orang tua dan menyembuhkan luka pengasuhan. Biar bisa mencintai dan dicintai oleh buah hati.

    Suka

Tinggalkan Balasan ke Maria G Batalkan balasan