Sakinah Bersamamu merupakan tema kajian rutin bulanan khusus muslimah di Majelis Ilmu bersama Ustadzah Siti Khadijah, yang diselenggarakan di Masjid Rabiatul Adawiyah pada Selasa 10 Juni 2025 lalu.
Bagi Ibu-ibu sholeha yang bertugas, itu merupakan bagian dari syiar yang berharab ridho Allah.
Sedangkan bagi saya, tanggal 10 Juni 2025 merupakan 3 bulan berpulangnya Ibunda yang juga bertepatan dengan hari kelahiran Ibunda Rahimahullah.
Bagi mereka yang ilmu pasrahnya sudah khatam, tanggal yang mengingatkan kehilangan orang terdekat, itu merupakan hal biasa.

Tapi bagi saya yang sempat ‘trauma’ dengan berpulangnya orang-orang terdekat, langkahnya masih tertatih. Walau sadar bahwa giliran berikutnya mungkin saja saya. Tapi tetap saja saya perlu waktu untuk membujuk hati dan kepala agar ikhlas, agar gak ‘protes’ tanpa suara.
Semoga dengan hadir dan mendengarkan tema kajian ilmu ini, kepala yang masih terasa blank mendapatkan pencerahan, mengingat kembali bahwa semua yang ada di dunia ini, termasuk pasangan, orangtua serta anak, semua hanyalah titipan. Dan berharap semua usaha baik yang saya lakukan pada momen kajian bulanan tersebut menjadi penerang kubur Ibunda.
Tema kajian Sakinah Bersamamu juga sangat cocok untuk Temans yang sudah berumah tangga, tapi pikiran masih sibuk mempertanyakan kebahagiaan dalam berkeluarga.
Sementara bagi saya yang sempat hadir sebagai jamaah, yang pasangannya juga sudah berpulang, maka tema kajian ini sebagai pengingat bahwa menyatukan dua orang dalam komitmen pernikahan tidak lah mudah.
Selagi masih diberi kesempatan bersama di dunia ini, semangat menjaga ritme langkah bersama pasanganmu, Temans.
Sesuai dengan ungkapan “ikatlah ilmu dengan tulisan” maka mari kita catatkan inti dari kajian Sakinah Barsamamu yang dapat saya tangkap, agar dapat dibaca lagi di kemudian hari.
Baca juga catatan belajar di majelis ilmu menjadikan hidup bermakna.
Sakinah Bersamamu Harus Diusahakan, Gak Bisa Sekedar Berharap
Seiring waktu mengarungi bahtera rumah tangga bersama pasangan, banyak realita yang dihadapi agak melenceng jauh dari mimpi saat memasuki gerbang pernikahan. Prasangka dan praduga pun menguasai diri.
Diri jadi lupa, kalau sebelum menjadi pasangan suami istri, sudah banyak ikhtiar meyakinkan diri yang dilakukan. Sudah beribu kata yang dilangitkan untuk memohon petunjuk, jika memang dia jodoh mudahkanlah, akan tetapi jika bukan jodoh maka berilah tanda untuk berhenti sebelum melangkah ke jenjang pernikahan.
Nah, kalau sudah melewati gerbang pernikahan dengan rasa syukur, jika di pertengahan jalan ada yang tidak sesuai harapan, bukan kah itu bagian dari ujian pernikahan itu sendiri?
Oleh sebab itu, sebelum pikiran berlarut-larut mempertanyakan jodoh yang katanya merupakan cerminan diri, apalagi ketambahan diri merasa lebih baik dari pasangan yang menemani langkah kehidupan saat ini, jangan sampai kehidupan keluarga diisi dengan saling menyalahkan. Atau selalu iri dengan kehidupan tetangga yang nampak rukun.
Maka sempatkan diri tafakur sejenak untuk mengingat kembali kandungan Al Qur’an surat Ar-Rum ayat 21 yang selalu tertera pada udangan pernikahan seorang muslim dan muslimah.
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang.”
Tujuan pernikahan dalam Ar-Rum 21 adalah tercapainya sakinah (tentram atau kedamaian hati), mawaddah (kasih sayang dalam cinta yang mau saling memberi perhatian dan dukungan), serta warahmah (penuh rahmat) dalam rumah tangga.
Ingat juga tentang ta’aruf yang sudah dilakukan sebelum memutuskan bahwa dialah pasangan yang cocok, yang diperkuat tafsir Ibnu Katsir bahwa saat taaruf akan ada kecendrungan alami dalam mencari dan menemukan jodoh atau pasangan sehati.
RSPD, Kunci Mendapatkan Kehidupan Rumah Tangga Sakinah
Keluarga sakinah menurut Ustadzah Siti Khadijah sangat bisa diupayakan dengan mengetahui kuncinya yaitu dengan melakukan RSPD dalam menjalani kehidupan berumah tangga.
- R (Ridho): Hadirkan Ridho Allah dalam Rumah Tangga
Jika kehidupan rumah tangga tidak seperti yang diharapkan, maka diri harus ridho menerima bahwa rumah tangga adalah ujian. Kalau ridha maka tidak akan saling menyalahkan yang lain.
Untuk memperkuat diri, maka ingat selalu kisah istri Fira’un Asyiyah binti Muzahim. Beliau dikenal sebagai wanita yang teguh imannya walau hidup bersama Firaun yang dzalim, dan menjadi salah satu dari empat wanita penghuni surga yang sudah dijamin, yaitu selain Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, dan Maryam binti Imran.
Diri harus yakin bahwa pasangan sekarang adalah yang Allah pilihkan untuk kita, sebab Allah sudah tetapkan 50 ribu tahun sebelum penciptaan.
Bersamai rasa ridho dengan ugkapan “Hadza min fadhli rabbi” yang berarti ini nikmat dari Allah atau Ini adalah karunia dari Tuhanku.
2. S (Syukur): Syukur hadir jika sudah ridho.
Syukur harus selalu dihadirkan dalam kehidupan berumah tangga, tujuannya agar kita tidak sombong. Sombong bukan hanya tentang merasa diri lebih dari yang lain, tapi sombong juga tentang diri yang selalu mengeluhkan hal yang tidak atau belum didapatkan.
Kalau mau dihitung, begitu banyak nikmat yang sudah diterima, termasuk didalamnya nikmat sehat, nikmat kebebasan menghirup udara tanpa alat bantu, nikmat bisa melihat, dan banyak lagi. Tapi kita menganggap bahwa itu hal yang sudah seharusnya. Padahal banyak orang di luar sana yang menginginkan kondisi tubuh yang sehat.
Jika kita tidak berterima kasih pada yang sedikit, bagaimana Allah mau mengasih yang banyak.
Maka sudah sepantasnya berterima kasih telah diberikan suami seperti sekarang, porsinya sudah pas untuk kita. Mungkin bisa jadi suami yang masih dianggap kureng itulah yang akan membawa kita ke surga. Alhamdulillah.
Yakin kan juga bahwa kebahagiaan rumah tangga bukan tentang materi, tapi kebaikan disetiap prosesnya.
3. P (Positive thinking)
Jangan sekali-kali merasa berjuang sendiri. Laki-laki dan perempuan memiliki cara berbeda dalam menyikapi setiap kondisi yang dihadapi. Tetap berpikir positif terhadap pasangan yang nampak ‘kurang ikhtiar’ di mata kita, bisa jadi pasangan sedang ikhtiar dengan caranya sendiri.
Kita sering berburuk sangka pada pasangan dan Allah, akan lebih baik saling percaya dan berpegangan tangan dalam menghadapi gejolak rumah tangga.
4. D (Do’a): Do’akan pasangan dan anak-anak
Puncak dari semua ikhtiar dan usaha yang dilakukan dalam mewujudkan keluarga sakinah adalah do’a. Do’a adalah pelindung serta harapan kebaikan bagi rumah tangga. Salah satu do’a yang dianjurkan adalah surat Al-Furqan ayat 74:
“Rabbana hablana min azwajina wa dzurriyatina qurrota a’yun waj’alna lil muttaqina imama”, artinya Ya Rabb, anugerahkanlah kepada kami pasangan dan keturunan sebagai penyenang hati kami, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.
Penutup
Menikah itu bukan mencari yang sama, tapi saling melengkapi satu sama lain.
Semangat mewujudkan keluarga sakinahmu, Temans.
Salam jejak #Majelis Ilmu dari mata, rasa dan pikiran YSalma.

[…] Baca juga tulisan Sakinah Baersamau. […]
SukaSuka