Besok, tanggal 5 Juni 2011 adalah puncak dari peringatan secara global Hari Lingkungan Hidup Tahun 2011, dengan tema “Forests: Nature at your Service” atau “Hutan Penyangga Kehidupan”.
Untuk ikut berpartisipasi dengan kegiatan Hari Lingkungan Hidup Tahun 2011 itu, blog Alamendah membuat sebuah tantangan mengajak para blogger. So, sebagai seorang makhluk hidup di bumi ini, apalagi berasal dari desa yang dulu begitu hijau. YSalma merasakan sebuah keharusan untuk menjawab tantangan tersebut.
Sebuah postingan sederhana yang mudah-mudahan bisa memberikan ide kreatif bagi yang sempat membaca, dalam melakukan sebuah tindakan nyata untuk menjaga lingkungan hidup sekitarnya.

Photo di atas (diambil akhir April 2011), sisa lingkungan hijau di rumah orangtua yang masih ada. Foto halaman rumah waktu saya kecil .
Bekas pokok yang dipotong itu adalah pohon rambutan yang rindang. Rumah yang nampak di depan itu dulunya adalah kebun mangga, kebun duku. Desa kami memang dikelilingi perbukitan.
Seiring berjalannya waktu, kelahiran, kebutuhan tempat tinggal, kebun nan rindang itu diubah fungsi oleh pemiliknya menjadi tempat tinggal baru.
Perhatikan juga pot yang nangkring untuk tanaman di tembok pagar, itu bekas kaleng cat. Ibu saya menanam seledri di pot itu. Dari kecil saya sudah terbiasa melihat daur pakai seperti itu 😀 .

Foto di atas adalah tampak depan rumah hijau masa kecil yang sudah tampak tua (usianya sudah 32th-an lebih). Dulu di sebelah pokok pohon pisang, ada pohon belimbing wuluh yang dimanfaatkan untuk bumbu sayur. Dari pokok belimbing hingga pintu pagar ada pagar hidup dari pokok bunga kembang sepatu yang terawat rapi.
Sekarang semuanya hanya kenangan di alam bawah sadar saya, yang bisa diceritakan lewat postingan ini. Walaupun dicertitakan dan ditambah foto pendukung, lingkungan tempat tinggal hijau waktu saya masih kecil tidak sepenuhnya bisa dinikmati oleh generasi setelah ysalma 😦 .
Entah sampai kapan lingkungan rumah di kampung ini akan masih bernuansa hijau. Generasi saya yang membaca ini, jangan terlalu terburu nafsu untuk memperebutkan lahan dan hutan warisan pusako tinggi, yang masih kosong dan hijau untuk dijadikan bangunan lagi. Semua adalah titipan buat generasi berikutnya. Kita hanya diamanatkan untuk merawat dan melestarikannya.
Tinggal di perantauan dan perkotaan dengan lahan terbatas. Saya memperkenalkan junior untuk cinta lingkungan hidupnya, dengan kegiatan sayangi bumi, dengan tekad minimum mempunyai satu pohon rindang di depan rumah, serta mencintai kegiatan bersepeda 😀 .
Selamat Hari Lingkungan Hidup 2011 dan tahun-tahun berikutnya. Lingkungan hidup tetap tanggung jawab kita bersama.


mbaaa.. pekarangan rumahnya sejuk banget. rumahku di kampung jg masih hijau seperti itu. tp jauh dr hutan 🙂
SukaSuka
blue sennag membaca postingan ini
salam hangat dari blue
SukaSuka
Mbak, ada award di blog ku loh… silakan di lihat ya…. 😀
SukaSuka
Rumahnya teduh sekali Uni, mengingatkan saya pada kampung di Bukittinggi. Aih… taragak pulang kampuang jadinya, hahaha… 😀
Saya setuju dengan Uni, bahwa anak kita sedari dini harus dibuat sayang dengan lingkungan, paling tidak dengan membiasakannya membuang sampah pada tempatnya…
SukaSuka
rumah saya komplek, tidak ada hijaunya. kecuali keluar komplek masih ada sawah.
SukaSuka
Salam Takzim
Beda kepala beda sajian, aku juga baru menulis tantangan ini namun beda isi, tetapi tetap dengan tema lingkungan hidup, selamat sore mbak Ysalma
Salam Takzim Batavusqu
SukaSuka
[…] Lompat ke isi BerandaAboutAwardBuku TamuSang Pujangga ← Lingkungan Hidup dan Hijau Juni 7, 2011 · 5:38 pm ↓ Jump to […]
SukaSuka
[…] waduk, menambah wawasan anak tentang bendungan, budidaya ikan, dekat dengan lingkungan hijau, bermain air sepuasnya, sebuah rekreasi yang komplit dan murahkan […]
SukaSuka
[…] wisata untuk bermain air. Sumber mata air alam dengan sentuhan modern, tanpa meninggalkan konsep lingkungan hidup nan […]
SukaSuka
[…] saja yang terasa lebih segar, debu juga sangat berkurang, padahal hanya bergeser 500m. Jadi lingkungan hidup nan hijau sangat perlu […]
SukaSuka