Hello November.
Hari pertamamu belum dihiasi hujan, malah nampak sedikit cerah yang dibayangi mendung. Aku sangat berharap bahwa hujanmu yang akan menyirami bumi nanti, tak hanya memberi kesegaran baru bagi tanah yang gersang.
Tetapi, juga mampu menghapus semua rasa ‘gerah’ yang dirasakan manusia bumi, dalam menjalani hidupnya sebagai makhluk sosial.
Kau tahu, November?
Oktober begitu banyak memberikanku sebuah kesadaran. Sayangnya, aku terlalu malas untuk beberapa jenak duduk menghadap layar monitor, sembari menggerakkan jari memencet keyboard, untuk segera mencatatkan semuanya.
Apa aku merasa semuanya begitu penting, sehingga merasa kewalahan sendiri saat harus menentukan prioritas, mana yang akan dipilih terlebih dahulu untuk dicatatkan.
Atau, sebaliknya. Sebenarnya, justru dalam alam bawah sadarku, mungkin tak satupun yang ingin benar-benar ku ingat tentang kenangan Oktober tahun ini.
Entahlah.
***
Benar adanya pesan dari orang-orang bijak, bahwa kesombongan karena merasa lebih secara materi, akan mudah dideteksi.
Tetapi, kesombongan karena merasa yang paling banyak berbuat, merasa paling banyak belajar dan menuntut ilmu, merasa paling sholeh atau sholiha, merasa paling sosial, sangat susah untuk disadari. Kecuali oleh diri sendiri dan Sang Pemilik Hati.
Tidak mudah untuk tetap bisa menahan diri agar tak terpancing oleh hal-hal yang mengatasnamakan silaturrahim. Tetapi arah pembicaraan justru lebih banyak berujung pada bahasan tentang ‘keanehan’ mereka yang memilih untuk berbeda sikap.
Orang baik dimata kebanyakan umum itu, masih lah mereka yang selalu siap sedia untuk diajak hangout. Mereka yang mengiyakan apa saja tanpa perlu banyak bertanya.
Sehat dan sakit, hidup dan maut, itu ernyata jaraknya memang sangat dekat, hanya berjarak satu tarikan nafas. Tapi, masih saja sering lalai dalam menyelesaikan kewajiban sebagia hamba, dan begitu gerak cepat untuk semua hal yang berbau kepentingan dunia 😥 .
November, tahukah kau, bahwa pada awal Oktober tahun ini, aku kembali seperti diingatkan, bahwa jodoh itu memang salah satu yang tak bisa diprediksi manusia.
Jika sebuah pernikahan akhirnya bubar jalan karena hadirnya cinta yang lain. Mungkin memang ada yang dipersalahkan sebagai penyebabnya.
Tapi, tidak semuanya karena ulah perempuan, yang kebetulan, sepertinya hadir belakangan dalam kehidupan seorang lelaki.
Banyak wanita lugu yang sebenarnya tertipu oleh cinta yang disemai seorang lelaki. Atau sebaliknya, ada lelaki rumahan yang langsung tersedak karena tanpa sengaja matanya menangkap senyuman sosok seorang perempuan yang berbeda.
Untuk kasus seperti itu, tahu kah kau November, bagi yang hanya jadi pengamat dari luar dan dari kejauhan, atau hanya mendengar cerita sepihak, mungkin akan begitu mudah menghakimi yang kebetulan mengalami itu dengan kata-kata.
Ternyata, tidak mudah untuk menjalani semua itu.
Mungkin, kesalahan mereka hanyalah nalar dan logika yang tumpul dan kalah oleh perasaan, saat cinta menyelusup dan menjalari hati mereka secara diam-diam.
Jika yang sempat berserah diri pada Sang Pembolak Balik Hati, mungkin akan bertahan menjalaninya. Tapi, sebagian yang lain, akan terseok melakoninya.
Aku tidak bisa menyimpulkan, apakah itu juga bagian dari takdir seseorang. Ntah.
Yang bisa ditangkap mataku, mereka sedang berusaha mencari kebahagiaan mereka. Dan, mereka berani mengambil keputusan untuk menentukan arah hidup mereka sendiri. Walau harus memutar langkah 360 derajat.
November, semoga yang saat ini merasa cintanya terkhianati, terkoyak, waktu akan menyembuhkan dan segera menemukan cinta yang lain juga.
Bukan sebagai pembuktian pada siapapun, tapi memang sudah menemukan ayunan langkah yang sama untuk melanjutkan kehidupan.
Semoga hujan bulan November benar-benar bisa sebagai pembasuh untuk semuanya.
Selamat menjalani ikatan kehidupan yang baru untukmu temans. Semoga sebagai pemerkuat untuk bahagia dunia,dan jannah kalian kelak. 🙂 ❤ .
***
Turut belasungkawa dan berduka cita atas tragedi kecelakaan pesawat Lior Air JT 610. Semoga semua korban mendapatkan tempat terbaik di rumah kebadaian, dalam dekapan bumi manapun. Keluarga yang ditinglkan diberi keikhlasan.
wah kalo maknanya “gerah” yang kayak gini
ya di tiap bulan mesti ada sih
xixixi
gak cuman di oktober aja
SukaDisukai oleh 1 orang
kalo ini, barangkali ‘gerah’nya berasa banget, krn melibatkan hati. Kalo bulan lain, hatinya mungkin dikesampingkan 😀
SukaSuka
Yeay… November rain. I love November too. Smga terjadilah sprti yg Mbak Ysalma tulis di atas ttg “kegerahan2” itu agar sgra berlalu.
SukaDisukai oleh 1 orang
Semoga ya, mas Desfortin.
Biar semua jadi adem kembali 🙂
SukaSuka
Hahaha iya sih, ini kayak beberapa bulan ini gerah banget. Semoga November sejuk-sejuk saja, dan pertengahan November nanti, Malang jangan hujan please. Saya mau main ke sanaaaaa *lah, ngapa doanya disini wgwgw 😀
SukaDisukai oleh 1 orang
Saya ikut bantu do’ain, agar malang cukup mendung mengundang saja selama Febri jalan-jalan di kota Malang. *sogokannya oleh-oleh ya Feb 😆 *
SukaSuka
Aaaaaaakh, Mba Salmaaaa :’
Aamiin banget ini doanya, ehehehe. Makasih banyak sekali yaaa, semoga tidaaa ujaaan selama saya disana hehehe.
Oleh-oleh Malang adalah pasir bromo. Okay, nanti saya kirimi :p
SukaDisukai oleh 1 orang
Hahaha,,, jangan pasir lah Feb, ntar kelilipan.
Cukup foto-foto kerennya aja 😉
SukaSuka
[…] hari ini, dua November, hujan belum jadi turun, walau rasa gerah udah ga bisa dikatakan […]
SukaSuka