Undangan Buka Bersama (Bukber) Mulai Bergema di Grup. Akankah Sebatas Wacana?


Ajakan atau ide untuk berbuka bersama (bukber) pada bulan Ramadhan dari masing-masing grup yang diikuti sudah mulai bergema. Grup yang anggotanya sudah bangkotan perkenalannya, malah sudah mulai membahas ini dari awal-awal puasa. Maka, meluncurlah kata-kata bernada menyetujui rencana baik tersebut dari semua anggota. Tapi, seringnya hanya sebatas wacana.

Undangan Bukber Sebelum Janur Kuning Berkibar? Hayuks!

Jawabannya tentu hayuks aja. Masih sorangan inih! Kesempatan memperkuat jalinan persahabatan.

Jika sudah bekerja, masih sorangan atau belum terikat dalam ikatan resmi, atau masih jadi pengantin baru dan belum direpotkan oleh ‘buntut’ yang perlu disamakan suaranya terlebih dahulu, ajakan bukber itu akan langsung diiyakan, di-shedule dan pasti terlaksana.

Bahkan, bisa buka bersama setiap hari dengan grup yang berbeda akan dijabani. Mulai dari bukber tim kerja, rekan sekantor, teman sekolah di setiap level, teman komunitas yang diikuti, teman gaul, hingga teman dari teman.

Tujuan dari bukber itu sendiri tentunya untuk melebarkan sayap-sayap tali silaturrahim, sembari berharap ketemu jodoh yang klik *bagi yang sorangan tentunya* 😳

Bukber itu semakin terasa tuntutannya jika tinggal jauh di perantauan.
Alasannya? Karena buka sendirian itu bisa bikin nyesek hati 😳 .

Kalau untuk cowok yang masih sendiri dan di perantauan, mudah menyiasatinya, tinggal datangi saja masjid-masjid yang menyediakan ta’jil.

Nikmat buka bersama dengan sesama musafir dapet, mata dan hati pun akan mendapatkan ‘makanan baik’ dari suasananya. Sekalian safari taraweh. Mantap kan.

Kalau untuk zaman sekarang, selain tujuan silaturrahim di atas, juga ada tuntutan eksistensi diri untuk memperbaharui status medsos dengan memajang foto-foto kece dari kegiatan bukber  ❤ .

Kalau menurut saya, jika waktunya bisa, kenapa tidak?

Asalkan, bukbernya tidak meninggalkan kewajiban lain (baca: shalat magrib).
Kegiatan buka bersama tersebut sangat-sangat seru untuk dilaksanakan.

Apalagi jika setiap berbuka itu ada yang mentraktir *maunya* :mrgreen: .

Tapi, jangan pula yang ‘mentraktir’ sampai patah arang dengan acara bukber hanya karena kata-kata ocehan bernada bercanda  seperti berikut ini ya, Temans :

  • Ngajakin buka bersama sih banyak, tapi pada minta traktiran semua. Dan tak satu pun yang ngajakin untuk menghabiskan sisa hidup bersama *nyindir apa nyindir? 😳 *.
  • Ngajakin dan ikutan acara buka sih semangat. Giliran bayar? Pada ngomong, ‘bayarin dulu bukanya yak, ntar diganti’. *Woi,,, buka itu harus jelas dari awal, traktir, patungan, atau apalah namanya. Harus disepakati dari awal membahas acara*.
Kata Semangat Untuk Buka Bersama - YSalma
Kegiatan Bukber pun beregenerasi 😳 .

Tips Buka Bersama Agar Kewajiban Shalat Tidak Tergadai

Dulu, saat masih sorangan hingga sudah menikah dan punya anak, saya termasuk rombongan yang rajin ikut buka bersama. Seru aja menjalaninya 😳 .

  1. Waktu itu, kalau buka diadakan di mall, kita reservasi tempatnya milih setelah waktu magrib

Dengan kata lain, saat waktu buka tiba, kita mbatalin puasanya dengan minuman /camilan yang mudah didapatkan dulu. Kemudian melaksanakan shalat magrib. Setelah itu, baru deh ke tempat makan yang sudah dipilih dan mulai menyantap menu buka dengan makan makan yang disuka.

2. Jika bukber di tempat/saung makan, dipastikan dulu tempat yang dipilih itu ada mushola atau dekat tidak dengan tempat ibadah.

Sehingga, bukber lancar, ibadah juga kelar ❤ .

Sudah Berkeluarga, Bukber Seringnya Hanya Sebatas Wacana?

Bagi yang sudah berkeluarga atau emak-emak rumahan, ajakan untuk berbuka puasa bersama di luar rumah itu sebenarnya membutuhkan ekstra semangat untuk bisa mengiyakan dan menghadirinnya.

Apalagi, jika yang dituju ketika keluar itu hanyalah bukber tanpa embel-embel lain. Ngebayangin ribet dan macet udah keburu males duluan. Belum lagi keingat kebiasaan peserta yang akan menghadirinya.

Pada sepakat kan, jika komunikasi yang terbangun tidak ada kenangan ‘rasa senasib’ di dalamnya, maka akan malas untuk didatangi.

Dalam artian, pulang bukber malah jadi punya bahan tambahan untuk ngegosip. Kalau seperti itu, mending bukber bersama keluarga aja deh.

Atau sebaliknya, masih belum bisa berdamai dengan kenangan bersama ‘mantan’ di masa lalu. Acara bukber di lingkungan terkait bukanlah momen yang mengasyikkan untuk dijabani kan.

Tetapi, kalau di grup sih ga mengutarakan keberatan tersebut. Semua tetap pada bilang iya, oke, ikutan aja, terserah mau di mana tempatnya, tentukan aja tanggalnya. Pelaksanaannya mah nihil.

Bahkan, sebuah grup yang antar anggotanya sudah kokoh ikatannya, kuat kenangan yang akan dijemput, sudah mempunyai tradisi kebiasaan bukber, terkadang masih aja bahasan tentang ajakan buka puasa bersama itu berakhir sebatas wacana. Tak lain karena barharap semuanya bisa ikutan ngumpul. Yo susah.

Gimana Caranya agar Bukber dengan Teman Bisa Sukses Terlaksana?

Tentukan tanggal, tempat, dan langsung buat daftar untuk diisi anggota, siapa saja yang bisa hadir. Dengan cara seperti ini, biasanya bukber akan segera terlaksana.

Memang sih, tidak semua anggota yang ada bisa ikut. Akan tetapi, bagi yang waktunya tidak bentrok, insyaa Allah pada bela-belain datang.

Kalau harus menunggu semuanya bisa menyamakan waktu, bukber hanya akan jadi perbincangan grup.

Buka bersama sahabat yang biasa saya hadiri dari waktu masih belia dulu, dua tahun terakhir ini saya tidak bisa ikutan hadir. Alasannya karena tanggalnya bentrok dengan kegiatan anak. Seperti biasa, kegiatan emak pun harus mengalah sekarang ini. *Emak-emak masih aja sibuk mikirin bukber? Iya dong. Kan ngumpul bareng sohib lama itu salah satu yang bisa bikin ngakak dan merasa masih pada muda (baca: menjemput bahagia dengan kenangan) 😳 *

Selamat melaksanakan acara buka bersama bersama teman, sahabat lama dan komunitas ya, temans YSlma 🙂 .

12 comments

  1. Kalau teman sekelasku yang ngajakin bukber, ujung2nyq hanya sekdar wacana saja, hehehe
    Tapi kalau teman sekelas nya istri, tiap tahun selalu berhasil.

    Disukai oleh 1 orang

  2. Sampe ada iklannya yak, wacana forever, wkakwkkawa

    Sejauh ini sih gak pernah ikutan buber berskala besar, seperti smp atau sma. Paling hanya di kalangan internal aja, teman-teman deket yang gak sampe 10 orang juga, obrolannya juga biasanya diskusi malahan, ahaha

    Kalau tahun ini gak bisa ikutan buber, sudah ada si kecil yang gak bisa ditinggal, ahaha. Tetap saja berbuka puasa di rumah itu adalah yang terbaik, 🙂

    Disukai oleh 1 orang

    • Saya karena anak perantauan, dulu rajin ikutan bukber. Semakin kesini, hanya bukber dengan sahabat dekat yg masih dibela-belain, itupun kalau ga bentrok dengan kegiatan anak.

      Setelah punya anak, prioritas berubah. Nanti, kalau mereka sudah mandiri, mungkin udah beda lagi yaa 🙂

      Suka

  3. Sudah 6 tahun, tak ada yang ajak buka bersama, semakin menua, sepertinya sudah mulai berkurang sirkel kongkow-kongkownya

    Suka

  4. Di Grup WA alumni SMA sy jg ad undangan bukber bg yg muslim. Yg dilaksanakan tgl 11 Juni bsok. Bhkan yg non muslim pun klau mau ikutan boleh, tentu silaturahmj maksudnya dan yg pasti ad kontribusi dana utk bukbernya.

    Oya, istilah sorangan itu sbnrnya bhasa mana ya? Kok mirip sprti bhs. Banjar gitu, hee…

    Disukai oleh 1 orang

Terima Kasih Untuk Jejakmu, Temans :)

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.