Belajar Mengabadikan Beningnya Embun Pagi Dalam Bingkai Foto


Profesional photografer yang sempat membaca, sangat-sangat diharapkan untuk memberi tips keren cara mengambil foto embun, khususnya untuk pengguna kamera ponsel tanpa properti tambahan lain. Berbagi ilmu itu kan tidak pernah rugi kan *maunya* 😳 .

Proses Terbentuknya Embun

Embun merupakan uap air yang kembali menjadi tetesan air.

Embun sering diidentikkan dengan pagi karena prosesnya di alam umumnya terjadi pada malam hari.

Sebenarnya tidak harus melewati malam untuk bisa melihat embun.

Cukup memperhatikan gelas yang berisi es batu. Saat proses es mencair, diamkan, maka dibagian luar gelas terjadi pengembunan. Atau saat melakukan perjalanan saat hari hujan, kaca mobil bagian dalam akan berembun.

Pada saat belajar ilmu pengetahuan alam di sekolah pasti juga sudah sering mendengar bahwa embun terbentuk karena adanya suhu yang lumayan dingin dan kondisi yang tenang, bersamaan dengan uap air yang mencapai titik jenuh hingga tak mampu lagi menampuang uap dan kembali menetes menjadi air.

Malam adalah kondisi yang umumnya tenang.
Pengecualian untuk malam setelah adanya badai dengan angin kencang yaa. Itu mah tidak akan menghasilkan embun cantik di pagi hari :mrgreen:

Embun di Daun Selalu Menakjubkan

Kita tentunya sepakat bahwa embun yang paling spektakuler adalah embun yang menempel di daun, kelopak bunga atau tumbuhan lain di alam.

Tapi embun yang membuat jiwa berdecak kagum itu ya titik embun di ujung daun *menurut saya, karena ngambil fotonya lumayan butuh perjuangan kalau menggunakan kamera ponsel*. Tidak harus sepakat untuk semua beda pendapat 😉 .

Jiwa yang tenang sering diibaratkan dengan setetes embun.

Tetes embun itu termasuk air suci dan mensucikan lho. Sehingga bisa digunakan untuk bersuci alias berwudhu.

Embun semakin indah dan menakjubkan kalau sudah dalam bingkai foto para photografer profesional.

Mengabadikan Embun Butuh Usaha

Mengabadikan embun dalam sebuah bingkai foto tak semudah merasakan kesegarannya dalam satu sentuhan.

Khusus bagi saya yang mengaku-ngaku suka mengabadikan apa yang dilihat dengan kamera ponsel sederhana.

Saya baru menyadari bahwa bukan proses terbentuknya embun aja yang memerlukan udara dingin dan ketenangan.

Proses untuk mengabadikan sebuah foto embun yang sesuai dengan apa yang dilihat langsung oleh mata, sangat-sangat butuh perjuangan.

Menahan tangan yang mendadak tremor, jantung yang tiba-tiba berdegup lebih cepat, nafas yang memburu.
Udah kayak berhadapan dengan gebetan yang ditaksir lama, tapi saat diajak janjian ketemu, mendadak muncul rasa takut dicuekin apalagi ditolak 😳 .

Belum lagi pinggang yang langsung berasa encok karena kelamaan jongkok. Ditambah tatapan aneh orang yang lewat. Lengkap sudah penderitaan emak-emak ini dalam usaha motret embun.

Ssstt,,, kata penggiat Hak Cipta, semua itu namanya proses dalam menghasilkan sebuah karya *duelah bahasanya 😳 * dan itu harus dihargai.

Pesan moralnya, jangan suka copas sembarangan, ngaku-ngakuin tulisan atau foto orang lain, tanpa memberikan link sumber yang benar #eh.

Setelah lumayan lama berusaha moto embun dan foto embunnya selalu blur, akhirnya perjuangan menenangkan hati (baca: memfokuskan kamera hp) atau hanya kebetulan belaka, sebuah keberuntungan pun mampir juga. Jepret.

Setidaknya, setelah melihat hasil foto embunnya, saya bisa langsung tersenyum dan semua pegal saat mengambilnya serasa terbayar lunas *tsaah*

Sepertinya ini kebetulan yang jarang terulang lagi. Lihat aja foto-foto embun yang saya punya di instagram, hanya beberapa yang lumayan 😆 .

Embun Tenangkan Jiwa Yang Gelisah

Itu sih kata pujangga 😳

Jiwa pengelana mulai memberontak saat pekatnya malam menyapa dan terasa dingin.
Terlelap sejenak bersama ringkuk gigil dan gemerutuk geligi.
Terjaga dengan lingkar mata menghitam, bersamaan dengan suara kokok ayam.
Bersegera.
Berkejaran dengan mentari memburu embun.

Saling tatap dan bertukar senyum.
Kasmaran sepihak.

Embun berbisik bahwa ia tidak pernah memilih daun, rumput atau bunga mana tempat ia akan muncul.
Tapi, kehadirannya selalu menyegarkan atau memperindah kembali apa yang sudah sempat layu.
Bahkan saat mentari sepenuhnya meniadakan malam dan menguasai siang, ia pun rela menghilang demi memberikan bening pada pagi esok.

Jiwa yang sudah punya badan, tertunduk malu.
Ia selalu ingin berlari ke tempat yang jauh dan sulit dijangkau, sementara yang dekat dan sudah dalam genggaman sering terabaikan tanpa sapaan.

Terima kasih untuk semua pembelajaranmu wahai setetes embun disatu pagi. Tak ada alasan lagi untuk tak selalu mempunyai empati dalam diri. Salam ❤ ❤ ❤ .

Temans, bagaimana denganmu apa sangat akrab dengan embun dan sudah lihai mengabadikannya dalam bingkai foto yang menyejukkan mata, boleh bagi tipsnya.

18 comments

  1. Saya kalau motret embun baik pakai hape atau kamera digital, selalu memakai timer 2 detik, alasanya ya biar gak goyang saat nekan shutter.

    Kadang juga nge-crop hasilnya biar lebih bisa kelihatan gede…hahaha

    Iya, main-main di sawah buat motret itu sering dilihatin sama orang-orang yang lewat, ahahaha.

    Tentunya selain cuci mata di sawah, udaranya juga seger…hehehe jadi pulang motret tuh sudah bahagia…ahaha

    Disukai oleh 1 orang

    • Oalah, ternyata harus di timer ya. Pantesan, setiap mau dipencet, fokusnya langsung kemana-mana lagi.
      Terima kasih untuk tipsnya mas.
      Motret itu bentuk tamasya jiwa juga ya *halah, perumpamaannya* 😀

      Suka

      • Kalau mau coba-coba, beli aja lensa makro buat ponsel yang murmer, lumayan kok zoom dan jarak fokusnya… 🙂

        Sudah lama ini gak motret makro, sawah sudah jauh…ahahaha jadi kangen ke sawah…

        Disukai oleh 1 orang

        • Lensa tambahan sangat membantu juga yak. Boleh juga buat amatiran yg mau belajar ini.
          Berarti libur dlm waktu dekat ini tinggal main ke sawah melepas kangen mas 😀

          Suka

  2. Udah super jarang nemu embun di tanaman, padahal dirumah banyak tanaman, tapi yg ada di daun bukanya embun malah debu polusi. Sedih kalo diceritain….

    Suka

    • Berarti malamnya lumayan hangat. Kalau ditempat saya krn masih hitungan kampung, pagi masih suka berkabut dan embun masih banyak.
      Ikutan sedih ngebayangin kalau satu waktu embun jadi sesuatu yg langka di dedaunan dan rumput 😥

      Suka

Terima Kasih Untuk Jejakmu, Temans :)

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.