Catatan Awal Maret dan Kenangan Februari


Catatan awal Maret dan kenangan Februari, tentunya ini murni dari sudut pandang saya pribadi, jadi akan bersifat sangat subyektif. Apa saja yang perlu dicatatkan untuk diingat? Mari dituliskan.

Lebih Aktif Main Media Sosial (bukan Blog)

Akhir-akhir ini saya hanya aktif menulis di blog ysalma ini, sementara blog satunya lagi dianggurin. Otomatis, saya lebih banyak memainkan ponsel daripada nongkrong di depan notebook buat menulis atau mencari bahan tulisan.

Saya membuka Blog dan FB, umumnya di notebook. Sedangkan Instagram dan WA otomatis dari ponsel.

Kalau ada yang nyelutuk, “ah, sama-sama online ini, kenapa harus terbagi-bagi begitu, ribet amat hidup lu, Mak.”

Iya, saya mungkin termasuk emak-emak ribet dalam artian gak bisa nyambi-nyambi.
Gak bisa seperti yang lain, yang dalam waktu bersamaan bisa buka blog, kemudian ke FB, chat di WA, upload foto di instagram.

Saya gak bisa. Harus konsentrasi satu-satu. Di depan notebook atau menyentuh ponsel.

Alasan utamanya adalah karena memori kedua gadget yang saya pakai itu, kapasitasnya gak bisa untuk menyimpan, apalagi membuka semua aplikasi itu secara bersamaan. Kasihan ya gw, hahaha.

Mau gak mau, suka tidak suka, ya, harus satu-satu.
Atau ada yang merasa tersentuh dan mau melempar saya dengan ponsel atau notebook baru? Boleh banget *kode* πŸ˜† .

Terus, apa yang menjadi catatan positif saya saat lebih banyak memainkan ponsel?

catatan-awal-maret-dan-kenangan-februari
Kuncup yang akan mekar menjadi bunga, kemudian luruh.

Gabung Dalam Grup WA Baru & Bertemu Teman Lama

Sebelum diajak bergabung, saya sempat nanya sama teman yang ngajak, “apa grupnya asyik? Apa grupnya membahas politik dkknya?”

Jawaban yang diterima, “Asyik.”

Baiklah. Bergabung.

Jujur. Kepala emak-emak saya sudah tak sanggup menerima obrolan atau membaca share tulisan orang lain yang bukan pemikiran yang nge-share tentang politik, yang kemudian dibahas lagi oleh mereka yang bukan tergabung dalam parpol manapun.

Tapi, kalau diskusi tentang opini pribadi secara sehat, masih boleh lah.

Kalau tidak, ya sudah, mending membahas apa yang bisa ditertawakan saja. Itu jauh lebih seru.

Apalagi itu grup, anggotanya berasal dari kampung kecil yang sama.

Kurang tegur sapa, ntar dibilang sombong. Kelebihan berakrab-akrab, dibilang ada udang di atas bakwan *kalo ini mah enak buat ganjel perut*.

Anggota grup, umumnya sudah lumayan lama tidak saling terhubung. Banyak yang sudah lupa daripada ingatnya.

Harus saling menjemput kenangan kembali untuk bisa saling mengingat.

Kesimpulan sementara sebagai anggota pasif?

Sama seperti umumnya grup yang anggotanya baru pertama kali terhubung, banyak yang melontarkan ide-ide cemerlang. Ingin mengambil bagian dari kemajuan daerah.

Jempolan, semangat teman-teman yang sudah pada sukses-sukses itu. Banyak yang ikutan support suara melalui kata-kata di layar ponsel.

Tapi, begitu ada yang bertanya tentang bentuk apresiasi yang akan diberikan pada salah satu teman se almamater yang sedang sakit.

Semua hening. Termasuk saya yang masuk kategori bukan siapa-siapa ini.

Mungkin anggota yang lain saling tunggu.

Hingga akhirnya ada yang menjawab bahwa kirim do’a yang ikhlas saja, sudah lebih dari cukup.

Hmmm,,
Kesimpulan sementara bergabung di grup yang baru dibuat tapi anggotanya sudah saling kenal dari remaja, biar saya simpan di kepala saja πŸ™‚ .

Menurut pemikiran bijak yang pernah saya baca, *lu, kebanyakan baca sih, Mak. Referensinya gak bener lagi πŸ˜› *. Jika kumpul-kumpul itu memang niatnya untuk saling merangkul, bukan hanya sekedar basa basi atau mencari ranah untuk eksis, bantuan sekecil apapun, bagi yang sedang membutuhkan, akan jauh lebih berarti daripada wacana mau berpartisipasi macam-macam dalam kemajuan kampung. Biar lah yang tinggal di kampung yang memikirkannya :mrgreen: *Lo, minta dipelototin atau ditimpuk rame-rame, YSalma?!*

Kalau begitu, lebih baik saling mengenal dulu lagi aja. Mari mendekatkan yang jauh, tapi tidak menjauhkan yang dekat. Setuju kan πŸ™‚ .

Grup Teman Yang Sudah Saling Kenal & Mau Saling Mengingatkan, Jauh Lebih Menyenangkan

Saya juga ikut grup WA almamater yang lain. Karena kami bertemunya sudah melewati usia 18 tahun, jadi sudah jauh lebih bisa saling memahami satu sama lain.

Membahas kajian serius, hayuk. Becanda, boleh. Nyeleneh, ga ada yang ngelarang.

Tapi, saratnya gak boleh tersinggung.

Berhubung anggotanya adalah orang Minang, maka bahasa harus bahasa Minang. Jika ada yang berbahasa Indonesia Raya (Logat orang Sumbar berbahasa Indonesia), dijamin bakal ada yang bersuara mengingatkan alias ngenyek πŸ˜† .

Sempat membahas beberapa kosa kata Minang yang ternyata ada sedikit perbedaan arti, antara daerah satu dengan lainnya.

Kami, anggota grup, pada umumnya menyayangkan generasi muda Sumatera Barat yang sepertinya sudah mulai tergerus oleh modernisasi.
Seakan merasa kurang modern kalau berbicara sehari-hari dengan menggunakan bahasa Minang.

Merasa lebih keren dengan “bahasa sakarek ula sakarek baluik” (Bahasa Indonesia setengah-setengah Minang).

Padahal, gak usah jauh-jauh melihat kaum modern Korsel atau Jepang, sesama Asia yang bisa menginvasi budayanya ke negara lain. Cukup melihat contoh yang ada di depan mata saja.

Bali adalah bagian Indonesia yang paling banyak bersinggungan langsung dengan globalisasi. Adat istiadatnya tetap terjaga dengan baik, bahkan jadi komuditi wisata.

Kaum Tinghoa yang sudah puluhan tahun bermukim di Indonesia, mereka tetap menjaga kebiasaan, tradisi nenek moyang mereka dengan baik.

Orang Jawa kalau ketemu sesamanya, sudah dapat dipastikan mereka akan berbicara bahasa Jawa. Yang gak ngerti tinggal melongo.

Begitupun dengan suku-suku lain yang pariwisatanya sudah jauh lebih maju.

Orang Minang, ketemu orang Minang, malah berbahasa Indonesi Raya. Apa kata dunia?

Bahasa Indonesia memang bahasa persatuan, itu harga mati.

Tapi, alangkah eloknya kalau sesama orang Minang, berada di wilayah dan ruang diskusi Sumatera Barat, berkomunikasinya juga dengan bahasa Minang.

Susah dimengerti? Makanya sama-sama belajar lagi.

Sayangnya, tak satupun dari kami sebagai anggota grup, yang saat ngobrol dalam kondisi waras itu yang jadi pejabat teras di pemerintahan.

Makanya hanya bisa nyinyir doang di medsos 😳 . Mohon dimaafkan.

Untuk membuat perubahan, mengembalikan semuanya kepada porsinya, ternyata akan cepat dilakukan oleh mereka yang mempunyai jabatan dan kekuasaan. Makanya dulu sekolah yang benar. Jangan pada syok-syok gak ingin bersinggungan dengan pemerintahan. *Mudahan ada calon penguasa atau yang sedang dekat dengan penguasa membaca ini*.

Modern itu bukan tentang melupakan tradisi baik, tapi menjaga semua kebiasaan baik dan bisa beradaptasi dengan baik pada perubahan tanpa kehilangan jati diri.

Banyak Membaca Status Keren Berisi Motivasi

Di Instagram, walau yang ditonjolkan adalah postingan foto. Tapi caption yang menyertai foto-foto keren itu banyak yang berisi motivasi pengingat yang keren. Bukan caption galau gak jelas ala-ala saya, seperti di bawah πŸ˜†

  • Beruntunglah mereka yang memiliki rindu. Itu pertanda bahwa mereka punya kenangan dalam hidup.

Simak tulisan Buih Kenangan untuk sekedar lebih meyakinkan.

  • Beruntunglah mereka yang merasakan ‘sakit’ karena setelah itu dia akan mengerti artinya bahagia.
  • Beruntunglah mereka yang pernah merasa kehilangan, karena ia akan merasakan arti memiliki yang sesungguhnya.
  • Beruntunglah mereka yang menikmati perjalanan. Hingga dia tidak sempat membandingkan tujuannya dengan tujuan orang lain.
  • Beruntunglah mereka yang memiliki hobi dan hobinya itu bisa menjadi penambah penghasilan.

***

Begitulah catatan kenangan tentang Februari. Saya pasti merindukanmu untuk bertemu tahun depan.

Selamat datang bulan Maret, semoga lebih baik lagi. Minimal lebih banyak menulis agar tetap waras 😳 .

***
Ssstt, kamu. Iya kamu.
Apa yang ku tulis, belum tentu tentang Aku, Kamu, Saya, Dia, ataupun Mereka.

Jadi, santai saja lah gak usah terlalu serius. ❀ ❀ ❀ .

16 comments

  1. hehe saya juga ada beberapa grup di wa, ikut nimbrung sekenanya saja. tapi bener juga sih kalau mbahas hal lain rame bener tapi giliran membantu yang mebutuhkan lama reaksinya malah kadang banyak alasan. tanya kenapa? *mari lebih baik kita instrospeksi diri aja ya mba.

    semoga Maretnya nanti lebih baik lagi mbaa πŸ™‚

    Disukai oleh 1 orang

  2. Aku juga ingin menulis lebih banyak pada bulan Maret ini…
    Mulai dari Desember, kuantitas postinganku cukup jauh berkurang dari bulan sebelumnya

    Disukai oleh 1 orang

      • Hahahaha…
        Ya gak harus postingan romantis juga kan..
        Sebenarnya udah banyak draft judul untuk di jadikan artikel…
        Cuma 3 bulan ini, rasanya susah ngembangin ide yang ada..

        Disukai oleh 1 orang

        • Kayaknya apa yang terlintas, harus langsung dituliskan. Karena begitu sudah tersimpan jadi draft, ngelanjutinnya malas, yang basilah, yang inilah *pengalamansendiri*

          Suka

  3. Idem untuk bagian sulit sambil-sambil, ngerjain satu baru pindah yg lain meski jadi ketinggalan kecepatan hehe. Selamat menikmati bulan Maret ya Uni.

    Disukai oleh 1 orang

  4. sampai sekarang saya kok belum bisa merasa nyaman ngeblog via hp ya. Bahkan via tablet yang layarnya besar pun tetap nggak nyaman. tetap lebih merasa enak pakai papan ketik, bukan yang touch screen

    Disukai oleh 1 orang

  5. Saya juga senang gabung di grup kalau bahasannya ringan dan tertawa-tertawa, Mbak. Capek baca status yang serius, pengen yang senang-senang aja biar hati selalu bahagia, ciyeehh.. πŸ˜€

    Disukai oleh 1 orang

Terima Kasih Untuk Jejakmu, Temans :)

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.