Pengalaman Ikut Mendengarkan Seminar Motivasi Dik Doank


Seminar motivasi yang diisi Dik Doank ini kegiatannya diadakan pada Sabtu 3 Desember 2016 lalu di sebuah sekolah. Acara yang diperuntukkan untuk wali murid dan umum.

Dalam selebaran, acara ini merupakan Seminar Parenting dengan tema “Menuju Pendidikan Berkualitas, Mempersiapkan Generasi Unggul di Era Digital,” dengan pembicara, bpk. Irwan Rinaldi, founder Sahabat Ayah (Psikolog), Ibu Rita Nurlita (Praktisi Pendidikan Anak) dan Dik Doank (founder Sekolah Kandang Jurang Doank)

pengalaman-ikut-motivasi-dik-doank
Ngambil foto di awal acara, sebelum ‘dikritik”, hasilnya burem lagi 😦

Antusiasme Peserta Mendengar Pembicara Utama

Tetangga saya sebenarnya ada juga yang berminat ikutan, tapi maunya, investasinya bukan yang untuk umum, tapi investasi untuk wali murid alias seikhlasnya, hehehe. Biasalah prinsip ekonomi ibu-ibu, kalau bisa bayar murah, kenapa tidak 😳 .

Tidak seperti parenting orangtua wali murid umumnya, yang biasa didominasi ibu-ibu, kemaren itu bapak-bapak yang hadir lumayan juga. Mungkin karena adanya penekanan di selebaran bahwa peran ayah lah yang paling menentukan pembentukan karakter seorang anak di era digital ini.

Jalannya Acara

Saya sampai di tempat acara sudah lewat beberapa menit dari waktu yang ditentukan (kurleb 15 menit), registrasi, dapat ringkasan materi tentang Peran Ayah. Nyampe tempat duduk acara baru saja dibuka dengan do’a bersama.

Kita peserta tidak dibagikan susunan acara secara tertulis, hanya dibacakan oleh MC, jadi peserta yang datangnya agak telat seperti saya dapat dipastikan tidak mengetahui urutan pembicara.

Dua pembicara pertama sudah berada di lokasi acara.

Acara diawali dengan pementasan murid-murid sekolah, diantaranya tari Saman dan grup band sekolah. Serta menayangkan kegiatan yang sudah dilakukan murid-murid sekolah tersebut.

Di area lain juga sedang berlangsung acara lomba mewarnai, games sains dan bazar.

Kemudian ‘bintang acara’ yang sudah terkenal sebagai presenter TV, Dik Doank datang, bersalaman dengan panitia, tanpa duduk, langsung mengucapkan salam pada peserta yang hadir.

Pengalaman Pembicara, Berbicara Banyak

Karena acara berlangsung di aula terbuka. Jam terbang Dik Doank sebagai presenter televisi yang punya nama di zaman jayanya, caranya dalam memfokuskan peserta seminar yang sudah pada ibu-ibu dan bapak-bapak sangatlah elegan.

Dik Doank berhasil membuat peserta menyimpan semua gadget, dan hanya fokus pada materi yang di sampaikannya.
Tak ada catat mencatat, rekam merekam, mengambil foto atau video oleh peserta *kecuali tim dari panitia*. Atau peserta asyik sendiri, tidak serius. Semua mendengar setelah kena ‘sindir Dik Doank’, hahaha.

Menyampaikan materinya nyantai, tidak terkesan ‘berat’, bahkan banyakan ketawanya, tepatnya mentertawakan kekonyolan kita para orang tua dalam medidik anak yang disampaikan Dik Doank.

Untuk mengingat hal-hal yang penting, Dik Doank mengajak peserta untuk mengulang apa yang diucapkannya sekitar tiga kali, disertai gerakan.

Semua peserta antusias dan semangat serta dengan senang hati mengikuti semua yang diminta Dik Doank.

Para orang tua aja langsung nyangkut apa yang harus disimpan di kepala. Kalau anak-anak diberi materi pelajaran dengan cara seperti itu, sepertinya akan sangat menyenangkan. Khusus tipikal anak saya.

Dengan nyantai Dik Doank mengkritik para orangtua, guru dan tamu undangan panitia, sebagai pendidik yang secara tidak langsung sudah mengajarkan pada anak-anak sikap acuh, kurang menghargai realisasi acara yang sedang berlangsung yang sudah direncanakan jauh-jauh hari.

Bahkan dia berhasil membuat salah satu tamu undangan yang ingin pamit duluan, akan meninggalkan tempat di saat dia masih berbicara, dibuat tak berkutik.

Jika si tamu orang penting dan ditunggu di tempat lain, dia juga orang penting yang sedang ditunggu. Tapi, saat ini, pembicaraan yang sedang berlangsung, itu lah yang lebih penting.

Dik Doank juga mengatakan bahwa guru yang hadir apakah sudah seorang pendidik atau masih seorang pengajar, hanya guru dan Tuhan yang tahu.

Mulai saat itu para guru tidak boleh berpikir bahwa apa yang dikerjakannya merupakan sebuah pengabdian karena mengabdi itu hanya pada Allah bukan pada pekerjaan atau manusia.

Tapi, profesi guru merupakan profesi yang paling dekat mengantarkan ke pintu surga. Maka tetaplah pada niat awal memilih guru sebagai profesi yaitu menunjukkan murid dari yang tidak berilmu menjadi mempunyai pengetahuan. Karena generasi penerus bangsa ini salah satunya ditentukan oleh tangan para guru. Berat pertanggungjawabannya.

Idealnya sih pemerintah seharusnya memberikan hal yang sangat layak untuk para guru.

Profesi guru bukan juga untuk mencari uang. Kalau mau mencari uang, lakukanlah kegiatan berniaga di luar kegiatan sebagai guru *saran yang keren*

Dik Doank juga mengingatkan para orang tua untuk tidak bergantung sepenuhnya kepada sekolah dalam pendidikan anaknya. Bergantung itu hanya kepada Yang Diatas, sekolah hanyalah salah satu jembatan.

Bagaimana bisa akan mendapatkan output yang baik, jika sebagai orang tua kita belum pernah benar-benar ikhlas melakukan sesuatu Atas Nama dan Hanya Untuk Tuhan.

Diminta berdo’a saja, kita yang sudah mengetahui adab berdo’a, tapi dalam prakteknya hanya menyetarakannya dengan kemaluan. Tak pernah sungguh-sungguh menengadahkan tangan saat memohon pada-Nya, hanya membuka sedikit telapak tangan di atas paha, mana mintanya banyak lagi *semua peserta hening*. Sangat tertohok.

“Jika kau ingin anakmu sholeh, perbaiki dulu dirimu sebagai orang tua dan muliakanlah anak orang lain terlebih dulu.” Duh!

Penyampaian yang energik dan membicarakan hal paling mendasar yang sering kita sepelekan, membuat pembicaraan Dik Doank yang berlangsung hampir dua jam itu terasa kurang.
Semua peserta masih sangat antusias.

Ibarat mendengarkan mantan anak badung yang berbagi pengalamannya dalam menemukan jati diri, yang pencapaiannya sebagai anak muda sudah pernah dibaca dan didengar.

Dik Doank juga sudah menjadi orang tua dan berhasil menyediakan wadah pintu pengetahuan bagi anak-anak lain yang tidak bisa mencapai pintu sekolah formal.

Cerita dari pengaaman narasumber, terasa lebih mudah untuk dipahami para peserta dibanding teori-teori ini itu.

pengalaman-ikut-motivasi-dik-doank-pembuka-tari-saman
Penampilan tari Saman.

Susunan Acara Kurang Pas, Bintang Pembicara Lain Terasa Redup

Sangat sayang sebenarnya, padahal materi yang disampaikan dua pembicara lain sangat-sangatlah penting.
Hanya saja, karena beliau-beliau berbicara setelah panggung dikuasai Dik Doak sepenuhnya, acara jadi terasa antiklimaks.

Penyampaian materi yang seharusnya sebagai tema inti seminar parenting kali ini, justru diulas di sisa waktu acara. Banyak peserta yang sudah beranjak seiring dengan beranjaknya Dik Doank dan tamu undangan yang tadi tertahan juga beranjak.

Saya juga pernah menghadiri acara parenting yang hampir mirip sebelumnya. Saat itu yang menjadi bintang utamanya adalah Kak Seto.

Panitia menyusun acara dengan menempatkan dua pembicara lain terlebih dahulu. Sehingga ketika Kak Seto datang dan mengisi acara, energi peserta yang sudah tersedot saat mendengar pemateri lain seperti kembali terisi penuh. Semua pengisi acara juga mempunyai panggungnya sendiri-sendiri.

Mungkin lain kali, jika mengundang pembicara bintang yang sudah terkenal, pembicara lain harus jadi pembuka acara. Sama seperti pembukaan sebuah grup musik, bintang utama pastilah akan ditunggu hingga akhir acara, bukan begitu Temans?

18 comments

  1. wah.. menohok sekali itu mbak yang disampaikan dik doank. 🙂 sebenarnya materinya sudah banyak yang tahu ya.. penyampaian yang tepat itu kuncinya. hehe.

    Disukai oleh 1 orang

  2. Assalaamu’alaikum wr.wb, mbak Ysalma…

    Bagus sekali ada seminar parenting seperti itu buat ibu bapa yang tentunya selama ini sibuk dengan urusan kerja mereka. Tambah lagi adanya tetamu undangan yang sudah terkenal akan menambah semangat untuk mengetahui bicaranya. saya terkesan dengan bicara yang menyentuh guru dan matlamat pendidikannya. Mudahan itu menambah kesedaran buat para guru yang mendengarnya. Iya mbak, setiap orang ada tarikan tersendiri dalam menyampaikan bicaranya di khalayak ramai. Ia memerlukan kemahiran dan keikhlasan hati. Barulah bisa sampai ke dasar hati yang mendengarnya.

    Salam manis dari Sarikei, Sarawak. 🙂

    Suka

    • Waalaikummussalam bunda Fatimah,
      Sepakat bunda, pendidikan merupakan pembentuk generasi penerus bangsa. Harus diseriuskan membenahinya.
      Mendidik tanggung jawab semuanya. Sesuatu yang disampaikan dari hati biasanya akan menyentuh hati.

      Suka

  3. Cara menyampaikan materi ala Dik Doang memang asik. Tahun 2010 saya mengikuti acara blogger di daerah Blok M yang salah satu pembicaranya Dik Doang. Cara dia lebih nampol, karena kita terlibat aktif.
    salam uni.

    Suka

    • Wah keren si Uda, ternyata sudah lebih dulu mendengarkan Dik Doang jadi pembicara langsung.
      Betul sekali Da. Semua peserta dilibatkan dan yang dibahas apa yang biasa kita lakukan, tapi biasanya kita mengerjakannya sambil lewat aja. Asal sudah dikerjakan aja.

      Suka

  4. Dik Doank itu memang komunikatif ya..
    nonton wawancara dia aja ditv udah keliatan deh kemampuannya menarik perhatian orang
    bener harusnya dia ngomong terakhir aja ya, supaya tamu2 betah nungguin

    keren amat sekolahnya mampu mengundang pembicara berkualitas

    Suka

    • Benar kak, ternyata memang ada kelebihan pembicara yang pernah jadi aktor dengan pembicara umum.
      Cara dia menahan undangan tamu yang hendak pamit itu, nohok, tapi ga membuat tersinggung 😀

      Suka

    • Heheh, generasinya beda sama Asti tentunya.
      Dia presenter bola, nyanyi juga, olah ragawan juga, dia pernah jadi pembawa api Olimpiade. Kayaknya artis serba bisa doi dulunya.

      Suka

Terima Kasih Untuk Jejakmu, Temans :)

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.