Mencari Jalan Pintas


Mencari Jalan Pintas ke suatu tempat di sekitar tempat tinggal, saya lakukan beberapa hari belakangan ini. Selama ini, jika ingin berkunjung ke tempat dimana ada salah satu sahabat saya tinggal, saya mengikuti jalur umum. Dan ternyata, jalur itu merupakan jalur kendaraan umum, muter-muter dan membuat pantat dan pinggang pegal.

Niat menyusurinya terkendala oleh hujan yang rajin menyirami bumi setelah siang menjelang.

mencari-jalan-pintas

Setelah mendengar cerita dari tetangga yang lagi senang-senangnya gowes blusukan ke tempat-tempat baru, saya pun penasaran untuk menyusuri rute yang diceritakan, tapi tidak dengan sepeda *takut nafas dan dengkulnya minta istirahat, repot kalau minta ditinggal dan ga mau melanjutkan perjalanan 😛 * melainkan dengan sepeda motor.

Hmm, ternyata jalur yang baru saya ketahui itu memang jalan pintas menuju tempat tinggal sahabat. Waktu tempuhnya sangat singkat. Jalannya termasuk bagus dan lapang. Lumayan teduh juga dan tidak berdesakan dengan pengguna jalan lain alias macet.

Selama ini saya kemana aja?

Setelah menjajal jalan pintas yang baru saya ketahui, saya melipir untuk mencari sesuatu untuk menghilangkan dahaga. Duduk ngaso dibawah pohon yang sangat rindang dan tentu saja adem, dengan ditemani cendol khas Bandung menurut pengakuan si penjual. Nikmat dan damai.

Saking menikmati rasa adem lewat kulit dan kerongkongan, saya jadi lupa jepret-jepret.

Hanya sempat menjepret rindangnya dahan pohon diatas kepala yang seperti atap kedua setelah langit. Hijau. Paru-paru bumi yang memberikan oksigen gratis bagi makhluk. Betapa damainya, tanpa hiruk pikuk suara-suara yang merasa benar.

mencari-jalan-pintas-dan-oksigen-gratis-di-paru-paru-bumi
Tempat teduh dan damai itu masih ada. Hanya beberapa kilometer dari ibu kota.

Kemaren itu merupakan penelusuran jalan pintas yang penuh kedamaian bagi saya pribadi.

Tapi, bagi penguasa di negeri ini, jalan pintas untuk mencapai kursi kekuasaan seringkali melibas semua aturan yang sudah mereka buat sendiri.

Jangankan pemimpin yang ucapannya seperti titah bagi yang mendengarkan, kita-kita aja dalam setiap tulisan yang akan dikomentari selalu ingat untuk tidak melibatkan SARA.

Nusantara itu majemuk, saling menghormati adalah keharusan!

Jika penduduk biasa ucapannya dianggap menyinggung SARA, kemudian dia dimintai pertanggungjawaban atas tindakannya itu, seorang pemimpin yang melakukan kekhilafan yang sama, seharusnya juga melalui proses yang sama dimata hukum.

Itu baru mencerminkan bahwa hukum itu tidak tajam sebelah dan tumpul disisi lain. Bersalah atau tidak, hukumlah yang menilai.

Mereka yang ingin menyuarakan ketidakadilan yang dilihatnya, janganlah terlalu cepat dicap sebagai orang-orang yang dimanfaatkan oleh segelintir orang yang mencari jalan pintas menuju kekuasaan.

Tapi, memang tidak menutup kemungkinan juga, bahwa kadang keramaian selalu saja dimanfaatkan oleh orang-orang yang ingin membuat ricuh. Waspada!

Negara Indonesia ini adalah milik rakyat Indonesia, Pemerintah adalah mereka yang diberi amanah untuk menjalankannya. Jangan nodai kepercayaan kedua belah pihak oleh adu domba segelintir orang. Berbeda pendapat hal biasa dalam berdemokrasi, tapi tetap dengan kepala dingin dan tutur kata yang sopan.

Jika masih ada yang bersuara melihat ketidakadilan dan mengingatkan pemerintah, itu menandakan bahwa rakyat masih peduli dengan kedamaian negeri tercinta ini.

Salam Damai Indonesia.

34 comments

  1. wah, dari tadi baca artikel tentang ketidak adilan, ketidak puasan ama pemerintahan..
    heu..berat mah untuk otakku ini…
    smoga aja didengar ama pemerintahan tentang ketidak nyamanan ini,..

    Disukai oleh 1 orang

    • Menyuarakan pendapat krn melihat kesenjangan, itu bukannya sebuah keharusan, asal jangan semakin membuat kericuhan, didengar atau tidak oleh pemerintah, itu soal lain 😀

      Suka

  2. sepakat sekali mbak. mari hidup damai! negeri ini nggak cuma satu agama, sudah sejak berdirinya diingatkan kalau berbeda- beda tapi tetap satu jua. sekarang tepa slira dan tenggang rasa cuma ada di buku sd, penerapannya nol besar. saling memaafkan untuk kekhilafan hanya berlaku untuk anak tk. yang lebih dewasa malah sibuk gontok- gontok an sendiri. 😦 semoga besok demo 4 november berlangsung damai. *apasihmalahnyambungnyakesana. 😀

    Disukai oleh 1 orang

    • Hooh,, tapi jangan jadi kebiasaan juga petinggi, pejabat, asal ngomong tentang SARA yang melukai keberagaman di Indonesia.
      Kata ma’af mudah diucapkan, tapi hukum juga harus ditegakkan, biar jadi contoh 😀

      Disukai oleh 2 orang

  3. Assalaamu’alaikum wr.wb, mbak Ysalma…

    Saya juga suka mencari jalan pintas agar cepat sampai ke tujuannya. Selalunya saya akan bertanya dahulu malah melukis mapnya sekali daripada membayangkan dalam otak yang akhirnya menjadi sesat jalan dan tentu lebih lama untuk sampai. Mudahan untuk kebaikan mencapai kejayaan hidup, jangan suka pintas-pintasannya ya nanti tidak banyak kenangan hidup yang mahal untuk diceritakan. malah jadi malu….

    Salam manis dari Sarikei, Sarawak. 🙂

    Suka

    • Waalaikumsalam, bunda Fatimah, benar sekali. Malu bertanya bisa sesat di jalan. Apalagi sok tahu penunjuk jalan kampung orang lain 😀
      Benar juga, pengalaman semakin banyak dengan panjangnya jalan hidup yang telah dilalui 🙂

      Suka

  4. Mmm, Cinta sbnrnya ga trll bgtu suka politik dan pemerintahan.

    Tp kl utk kedamaian, Cinta aminkan sja, aamiin aamiin aamiin, Indonesiaku, mari berdamai. 😊

    Suka

      • Hu um, bnr mba Salma. Cinta lbh pro ke org2 yg berdemo, tp mereka yg brdemo bnr2 dg jln damai, dg niat baik tnpa ditunggangi atau diembel2i kpntingan lain. Cinta yakin, dmnapun pengacau psti ada, mgkn dlm demo itu jg ada, tp hrs pula diingat bhwa ga smua yg demo bgtu, ada mreka yg tulus, bnr2 krn rsa cintanya kpa Al-Quran dan hnya mrngharap ridho-Nya, dan Cinta mengamini mereka, menghargai dan salut sm mreka. Seandainya Cinta ga sakit, mgkn Cinta akan ikut juga aksi damai itu, tp apa daya, Cinta di rmah dg kondisi ptah tulang yg ga memungkinkan brda di luar rumah, 😢

        Disukai oleh 1 orang

        • Semoga ke depannya ini sebuah pembelajaran bagi semuanya. Kita bisa saling menghormati perbedaan yang ada dan tak perlu saling mengusik.
          Waduh, Cinta kenapa? *saya belum sempat BW 😦 * Semoga cepat pulih dan kembali beraktivitas seperti biasa.

          Disukai oleh 1 orang

  5. Setuju sama postingan dan comment Mbak Salma yang aku like itu. Baik rakyat biasa atapun petinggi harus menjaga lisan. Meminjam kalimat Mbak Salma, jangan asal ngomong tentang SARA yang bisa melukai keberagaman di Indonesia. 👍

    Suka

  6. Jalan Pintas ternyata bisa juga masuk homonim, homograf sama homofon ya mbak. Mirip-mirip tulisannya, mirip-mirip pengucapannya eh tapi beda makna. Hehehe damai Indonesia! 💪💪💪

    Disukai oleh 1 orang

Terima Kasih Untuk Jejakmu, Temans :)

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.