Jalur Lintas Sumatera Kurang Aman, Banyak Penjahatnya? Ternyata pertanyaan seperti itu yang ada dipikiran dari beberapa teman yang sempat membaca catatan perjalanan pulang kampung (mudik) lebaran 2016 ke Sumatera yang saya tulis. Mereka agak merasa merinding.
Pemikiran seperti itu tidak bisa disalahkan!
Cerita Serem Yang Beredar Tentang Lintas Sumatera
Dulu, sebelum saya jadi anak perantauan, Pulau Jawa itu lebih dari 1200 km jaraknya dari tempat tinggal, saya juga sering mendengar cerita bahwa sangat serem melewati Lintas Sumatera itu. Di daerah-daerah tertentu banyak bajing loncatnya.
Apalagi mereka yang merantau ke Pulau Jawa, pulangnya jarang-jarang. Dan TV di desa saat itu belum ada. Berita didengar hanya lewat siaran radio dan surat kabar.
Bahkan, saat saya ikut study tour ke Pulau Jawa di tahun 1994-an, saat melewati daerah tertentu (baca: Lahat), karena melintasi jalur itu pada malam hari, kami yang ada dalam bus juga diingatkan oleh supir dan knek untuk menutup jendela dan gorden. Lampu di dalam mobil dibuat seminim mungkin.
Karena si sopir harus kesentrasi penuh membawa mobilnya di jalan penuh kelokan dan masih hutan itu.
Menurut si sopir, kadang sekonyong-konyong ada lemparan batu ke kaca, atau tiba-tiba pohon tumbang. Jika mengalami hal seperti itu, sopir harus gesit, tidak boleh panik dan jangan sampai berhenti.
Secara logika, gimana mau berhenti, jalan kecil dan banyak belokan, di tengah hutan. Malam hari lagi. Tentu saja sangat berbahaya, juga bagi pengguna jalan lainnya.
Jika ada yang berniat jahat, tempat dan lokasinya memang sangat mendukung.
Sebelum masuk daerah ini, biasanya si sopir akan memastikan bahwa kendaraan dalam kondisi fit.
Jalur Lintas Sumatera Kurang Aman, Benarkah?
Setelah 20 tahun merantau ke Pulau Jawa dan lumayan sering bolak-balik lewat darat melintasi Lintas Sumatera yang sering dibilang kurang aman itu, Alhamdulillah baik-baik aja. Baik lewat Lintas Tengah, Lintas Barat ataupun lewat Lintas Timur Sumatera.
Daerah Lahat
Daerah ini masuk wilayah Sumatera Selatan. Jika lewat Lintas Tengah, hampir dipastikan kita akan melewati daerah ini bisa setengah hari dan ada hutan serta jalan berbelok.
Ketika saya kerja, ada beberapa teman saya yang berasal dari Palembang, saya pun membahas cerita kerawanan daerah Lahat yang beredar di masyarakat.
Menurut si teman, memang ada satu desa yang dulu kegiatan penduduknya seperti itu. Hal itu karena desa tersebut tidak punya lahan pertanian, jauh dari laut, sementara hutan belum digarap dengan baik.
Ada rasa kecemburuan sosial. Kepincangan dalam pemerataan perekonomian juga jadi pemicu tindak kejahatan ditengah masyarakat.
Tapi, biasanya mereka melihat-lihat kendaraan yang akan dihentikan.
Lampung, Bukit Kemuning, dan beberapa daerah lain, juga dibilang rawan tindak kejahatan. Hampir setiap propinsi di Sumatera dikatakan punya daerah yang rawan.
Legenda Bukit Tambun Tulang
Legenda rakyat tentang kejahatan di jalan lintas Sumatera yang menyusuri Bukit Barisan sepertinya sudah menjadi sebuah mitos. Bahkan diangkat jadi sebuah cerita fiksi.
Salah satunya tentang Legenda Bukit Tambun Tulang yang merupakan sebuah mitos yang dipercayai di daerah Minang.
Bukit ini diperkirakan terletak di jalan yang menghubungkan Kayu Tanam dengan Padang Panjang yang melintasi Bukit Barisan. Menurut cerita, daerah itu sekitar daerah Lembah Anai sekarang.
Konon katanya jaman dahulu kala, orang yang datang dari daerah pesisir (pantai) kalau mau menuju pusat negeri Minangkabau (Bukittinggi), mereka harus mendaki bukit dan menuruni lembah. Tak jarang mereka dirampok dan dibunuh di sebuah bukit yang dinamakan “Tambun Tulang”.
Sayangnya, legenda tersebut belum bisa dibuktikan dengan penelitian arkeolog 😆 .
Lintas Sumatera Diasumsikan Rawan
Menurut pendapat saya pribadi, daerah ini diasumsikan rawan karena:
- Jalan yang ditempuh itu kebanyakan melintasi hutan. Jarak antar kampung itu jauh. Pengendara yang belum terbiasa merasa mereka sudah melewati hutan begitu lama tapi belum juga melihat perkampungan. Ada rasa was-was. Jalan banyak belokan-belokan tajam, turunan dan pendakian. Jika kurang awas atau mengantuk, tabrakan atau lupa berbelok, kecelakaan sangat tinggi resikonya.
- Jalanan sepi. Karena jarak antar provinsi yang masih dominan hutan, tentulah tidak sepadat jalan lintas di Pulau Jawa. Setelah capek berbelok, ketemu jalan yang sangat lurus dan mulus. Kondisi ini justru membuat sopir lebih memacu kendaraan, seiring itu pun kantuk menyerang. Jika tiba-tiba ada yang melintas di depan, jarak dan waktu ngerem tidak sepadan, kaget, terjadilah kecelakaan.
- Jalan lintas, tentunya tidak selebar jalan dalam kota. Jalan semakin terasa kecil karena kiri kanan hutan dan bahkan jurang.
So, lintas Sumateraa itu sudah rawan di dalam pikiran mereka yang melintasinya. Rawan kecelakaan 
Lintas Sumatera Sekarang
Cerita rawan kejahatan, rampok atau penodongan, sepertinya perlu direvisi lagi. Sekarang jalan Lintas sudah tidak di dominasi hutan lagi.
Bukit Kemuning yang dulunya seperti melewati perbukitan seharian, sekarang hanya beberapa, sudah banyak perkampungan baru. Begitu pun dengan daerah Lahat atau daerah lain yang disebut-sebut rawan. Pos penjagaan ada di beberapa titik. Lahan-lahan perkebunan dan pengolahannya banyak dibuka.
Tips Melewati Lintas Sumatera
Semua dalam keadaan sehat dan fit. Sama dengan perjalanan ke daerah lain, kondisi kendaraan, kondisi kesehatan yang nyupir, kondisi persediaan kebutuhan selama perjalanan harus dalam kondisi prima.
Taati aturan diperjalanan & hati-hati. Terkadang, karena bahagia dan semangat mau pulang kampung atau mau liburan, kita selalu ingin buru-buru sampai di tujuan. Membawa kendaraan dengan salip sana sini, ugal-ugalan, jika ada hewan menghalangi jalan malah mengumpat.
Kalau sekiranya kita menyenggol hewan ternak, atau pengguna jalan lain, jangan salahkan kita bakal diamuk. Sama dengan di daerah lain, hewan yang awalnya tak bertuan itu, kadang ada saja yang langsung mengaku pemiliknya untuk minta ganti rugi.
Bawa peta, selain GPS. Penting untuk mengetahui kota berikutnya. Jika hendak bertanya pada penduduk setempat, sopan dan santunlah dalam bersikap.
Pilih waktu yang tepat untuk melanjutkan perjalanan. Mengantisipasi hal yang tidak diinginkan, seperti pohon tumbang, binatang buas melintas, kendaraan mati di tengah hutan. Jika waktu sudah sore, dan jalur di depan adalah hutan yang lumayan panjang, sebaiknya menepi dulu mencari tempat istirahat.
Kesimpulan dari tulisan jalur lintas Sumatera kurang aman, banyak penjahatnya! Kalau menurut saya, itu tidak lah sepenuhnya benar.
Saya pribadi belum pernah mendengar pengalaman langsung dari yang mengalami kasus tersebut saat melewati 3 jalur lintas Sumatera tersebut.
Tapi, kalau cerita mereka yang mengalami kecelakaan, baik karena ngantuk, gak sempat ngerem, atau malah disenggol kendaraan lain, atau malah melihat langsung kecelakaan, itu sering.
Rawan tidaknya suatu daerah, tergantung kita sebagai pejalan. Mau daerah manapun yang kita lewati, kita harus bisa menyesuaikan dan melihat kondisi tempat yang akan kita lalui.
Jangan lupa selalu berdo’a menurut kepercayaan masing-masing. Selamat berpetualang di Lintas Sumatera yaa 🙂 .
YSalma 
Alhamdulillah jika sekarang lintas Sumatera aman. Walaupun dulu semasa kuliah beberapa kali melintas menggunakan bus Dan tidak pernah terjadi apa-apa namun berita-berita yang beredar membentuk pemikiran saya, bahwa lintas Sumatera jalannya rawan oleh kejahatan. Untunglah sekarang tidak ya, Buk.
Mengenai Bukit Tambun Tulang namanya sendiri sudah bikin bergidik, timbunan tulang 🙂
SukaSuka
Cerita kerawanannya memang dari dulu menyeramkan ya, Un. Apalagi cerita dr para bapak sopir. Tapi kayaknya rawannya krn faktor alam plus banyaknya legenda seputar Bukit Barisan ini, salah duanya ya tentang bukit yg penuh timbunan tulang itu 😀
SukaSuka
Inti nya apapun yg terjadi hajar aja terus jalan yaaa
jangan panik dan jangan berhenti
SukaDisukai oleh 1 orang
Haha, asal jangan sampai nabrak orang.
SukaSuka
Seumur hidup belum pernah ke sumatra. Juga baru pertama kali denger bahwa banyak orang yang percaya bahwa lintas sumatra banyak pwnjahatnya. Namanya juga omongan, ya pasti cepat menyebar meskipun itu adalah sesuatu yang salah.
SukaDisukai oleh 1 orang
Seperti jalanan lainnya, mungkin memang ada yg mengalami hal tersebut, kemudian tersebarlah ceritanya, berhubung jalan lintasnya memang melewati hutan dan sepi, yaa semakin merasa rawan dan was-was duluan bagi yg mau lewat. Mau kedaerah manapun, waspada itu harus 🙂
SukaSuka
tahun lalu nyoba aman-aman aja kak
SukaDisukai oleh 1 orang
Saya dan beberapa teman jg sering menjalaninya, Alhamdulillah aman2 aja. Tapi kalau yg mengalami kecelakaan krn ngantuk dan ga sempat ngerem, ada teman yg mengalami beberapa kali
SukaSuka
Suka sekali Uni dengan postingan begini, memberikan gambaran kekinian, tidak memanjakan ketakutan berdasarkan ‘katanya’, tetap waspada dan kendaraan fit (yg berlaku di jalur manapun). Meski belum melintas Sumatera melalui jalur darat, senang membayangkan paduan hutan dan gunungnya. Salam
SukaDisukai oleh 1 orang
Setuju, Bu. Kalau melintas saat mudik lebaran, ramai. Tapi kalau melintasinya saat hari biasa, lumayan sepi. Seperti berpetualang ke tempat lain yg sepi, perasaan was-was membuat kita siaga kan 🙂
SukaSuka
[…] juga pendapat saya tentang Jalur Lintas Sumatera Kurang Aman, Banyak Penjahatnya? […]
SukaSuka
Kalau truk kayu gitu masih banyak yang lewat nga sich. Jadi memantapkan niat ke Sumatera naik darat kalau dengar info seperti ini.
SukaDisukai oleh 1 orang
Kemaren saat arah balik ada beberapa, yg banyak ngangkut sawit sampai penuh banget, juga ngangkut tebu.
SukaSuka
Untuk kasus kriminal sekarang bukan hanya di Lahat, Muara Rupit, Bukit Kemuning, Daerah Hutan setelah Baturaja. Tapi yang sering didengar sekarang di Muara Rupit. Barusan saya baca di blog juga, yang mudik pakai motor hampir kena begal di Muara Rupit. Untung saja bisa meloloskan diri. Jadi sekarang kejadian kriminal bisa dimana saja. hanya Allah yang tahu. Kita hanya berusaha mencegah hal itu terjadi dengan cara-cara yang telah disebutkan oleh mbak diatas.
SukaSuka
Kalau menurut saya, kasus kriminal itu bisa diperjalanan mana saja, bukan hanya dilintas Sumatera.
Di jalur Pantura yang padat aja sangat-sangat banyak terjadi.
Saya dari 96 melintasi jalur lintas Sumatera hampir setiap tahun, Alhamdulillah aman-aman saja. Perjalanan tidak selalu mulus, pernah mogok juga.
Yups, setiap perjalanan jauh, harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya.
SukaSuka
Pan kita yang dibahas diatas lintas Sumatera mbak. Inti sih kita tidak boleh takabur dan persiapan harus matang. Segala sesuatu terjadi karena ijin Allh dan pasti ada jalan keluar. Tergantung kitanya bagaimana. Saya juga pernah hampir mogok tepatnya, Kejadiannya sesuda makan malam di daerah lampung sekitar jam 10an malam. Masih dekat rumah penduduk sih tapi semua pintu udah nutup. Mobil di gas ga mau jalan. Mau ngutak-ngatik ga ngerti mesin banget dan malam lagi ga terlalu keliatan. Akhirnya sesuadah didiemin sebentar sudah jalan lagi, Tapi engine check lamp nyala sampai Merak baru normal. itu saja saya sudah hampir stres gimana dengan mbak yang pernah mogok. Mogok dimana mabk?
SukaSuka
Hehe iya, saya pernah mogok di daerah Manna Bengkulu, udah malam juga. Tapi beruntung ga berapa jauh dari bengkel, walau sudah tutup, orangnya mau diketuk dan dibungunkan.
SukaSuka
saya sangat ingin touring lintas sumatera dari jkt-aceh-jkt.jalur mn yg paling singkat jarak tempuhnya?
SukaSuka
Kalo tujuannya Aceh, kayaknya Lintas Timur yang lebih singkat, tidak terlalu sepi dan jalan lumayan mulus *saya tahunya hanya hingga Sumbar. Riau-Medan-Aceh, belum pernah menjelajahnya 🙂
SukaSuka
Mba, mau tanya.. saya baru kali ini mau ke padang bawa kendaraan sendiri.. jalur yang ramai dan medan nya ga terlalu sulit, jalur mana ya Mba?
SukaSuka
Kalau menurut saya, ambil jalur lintas Timur aja Mas.
Jalur yang lumayan ramai dibanding dua jalur Sumatera lainnya, jarang sepi oleh truk dan bus dan medannya standar. Jadi, jarang yg merasa jalan sendirian ditengah hutan 😀
SukaSuka
jkt – padang naik motor baiknya lintas mana bu ysalma?
SukaSuka
Wah. Kalo itu saya kurang tahu pasti. Sering lihat di lintas Tengah dan Timur, rata-rata hanya sampai Palembang atau Jambi. Kayaknya belum pernah lihat yg sampai Padang.
SukaSuka
lewat lintas timur aja aman kok… tapi usahain jangan lewat malam hari
SukaSuka
Betul banget, lagian kalau malam matanya juga sudah ngantuk, lebih baik digunakan untuk istirahat sejenak.
SukaSuka
Mbak Salma, Kalo jalan yang kondisinya bagus sekarang ini yang mana? Lintas Timur atau Tengah? Trims
SukaSuka
Kalo pastinya sekarang, saya kurang tahu. Kalo tahun lalu, tetap aja ada beberapa spot di jalan lintas yg rusak. Kalo dulu, mah setiap lebaran itu, jalan lintas mulus.
SukaSuka
Mau berbagi pengalaman, saya kemarin mudik dari riau-pekalongan,jateng. Saya melewati lintas timur, jalan di lintas timur cukup mulus dan baik hanya saja masih banyak lubang di daerah palembang, saya kurang tau nama daerahnya. Jalannya cukup ramai jadi tak perlu khawatir jalan sendiri di tengah hutan, kampung2 juga jaraknya tak terlalu jauh, yang pasti tetap waspada saat masuk wilayah palembang tadi, jalannya rusak dan hutan pada saat malam hari. Lebih baik istirahat dan lanjutkan keesokan hari. Smg bermanfaat.
SukaSuka
Terima kasih tambahan infonya. Semoga semakin bermanfaat bagi yang memerlukan.
Saya juga dapat info dari teman yg sudah mudik ke Sumbar, Lintas Tengah jg lumayan mulus, hnya ada beberapa lubang2 kecil. Biasanya, kalau yg ke SUmbar dan lumayan sering lewat jalinsum, Lintas Tengah lebih jadi favorit.
SukaSuka
[…] sebuah catatan yang tak terlupakan. Pengalaman seru itu juga bisa dibagi kepada orang lain, seperti cerita pengalaman melewati Jalur Lintas Sumatera […]
SukaSuka